Cerita ini berada tepat dibawah perlindungan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia. (UU No. 28 Tahun 2014). Dilarang mengcopy-paste atau memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun, baik digital maupun fisik.
⚠️ Cerita ini mengandung kata da...
"Tetapi Mama membeli tiga tas dengan model dan warna yang sama."
"Mama sengaja membelinya. Satu untuk Mama, dan sisanya untuk adik dan kekasihmu." jawab Althea.
Sementara Gerald yang mendengar itu mengerutkan dahinya, "Mama membelikan satu untuk Atha?"
"Tentu saja. Mama sudah menganggap Luna sebagai putri Mama sendiri."
Gerald membuang napasnya kasar, "Gerald rencananya akan membeli tas yang lain untuk Atha, Mama."
"Ya sudah beli saja."
"Atha akan marah kepadaku, karena ia pasti mengira aku hanya melakukan pemborosan saja."
"Cari alasan yang bagus, Sayang. Jangan kalah dengan Ayahmu."
Gerald menggelengkan kepalanya. "Mama ada yang ingin dibeli lagi? Karena Gerald saat ini masih berada di Delvaux."
"Mama sudah memesannya lewat telepon kepada Lucas. Kamu tenang saja, kamu tidak perlu membelikan Mama apapun lagi di Delvaux, kecuali kalau kamu ingin memberikan Mama kejutan."
Gerald mengernyitkan alisnya. "Lalu kenapa Mama tetap menyuruhku untuk datang ke Delvaux? Mama bisa meminta Lucas untuk mengirimkannya ke hotel tempatku menginap."
"Mama ingin kamu mengambil salah satu tas yang sudah Mama pesankan untuk Luna. Mama ingin kamu memberikan tas itu kepada Luna secara langsung."
"Jadi Gerald datang ke toko ini hanya untuk mengambil tas untuk Luna?"
"Bukan itu saja, Gerald! Ya kamu tetap harus membawa tas lain yang sudah Mama beli. Mama tidak membayar Lucas untuk mengantarkannya sendiri ke hotel tempatmu menginap."
Gerald membuang napasnya kasar. "Jadi Gerald datang ke Delvaux hanya untuk mengambil seluruh tas pesanan Mama?"
"Exactly."
Gerald berdecak pelan. Pria itu pun menyuruh Lucas yang sedari tadi berdiri di sampingnya, untuk memasukkan seluruh barang pesanan Ibunya ke mobilnya. Walau sekesal apapun Gerald kepada Ibunya, ia akan tetap menuruti sekecil apapun permintaan Ibunya itu kepadanya.
Setelah memastikan seluruh barang pesanan Ibunya masuk ke dalam bagasi dengan aman, Gerald pun memberikan Lucas sebuah tip, sebelum pria itu masuk ke dalam mobilnya dan pergi menuju ke tempat tujuannya yang lain.
Gerald lalu mengendarai mobilnya dari pusat kota Paris menuju ke area Avenue Montaigne, di mana tempat tujuan berikutnya berada. Gerald memarkirkan mobilnya setelah ia sampai di tempat yang ia tuju. Gerald sedikit terkejut ketika mendapati suasana ramai pada tempat tersebut, padahal waktu setempat baru menunjukkan pukul empat sore.
Pria itu lalu mengedarkan pandangannya untuk mencari seseorang. Ketika mendapati keberadaan orang tersebut, Gerald pun tersenyum tipis sembari berjalan menghampiri orang tersebut.
"Gerald!"
"Apa kabar, Matt?" tanya Gerald sembari memeluk singkat pria itu.
Matthew, adik sepupunya yang merupakan anak terakhir dari Ellena Gallagher pun tersenyum lebar. "Sangat baik. Kau sendiri?"
Gerald mengangguk pelan, "Kekasihku sedang dalam pelatihan untuk Paris Fashion Week."
"Ugh, Paris Fashion Week."
Gerald mengalihkan tatapannya ke arah wanita yang sedang duduk di seberang kursi yang sedang Matthew duduki. Sementara Matthew yang mengerti tatapan bingung dari sepupunya itu pun berdehem pelan, "This is Camille, kekasihku."
Gerald mengangguk pelan, sembari mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan wanita itu, yang langsung dibalas. "Gerald Gallagher."
"Camille Arquette."
"A local?" tanya Gerald yang dibalas dengan anggukan kepala oleh Camille.
"Nice." balas Gerald. Pria itu lalu mendudukkan tubuhnya di samping Matthew, "How's the club so far, Matt?"
"Perkiraanmu tidak pernah salah. Klub milikku seperti sudah ditakdirkan untuk berada di lokasi ini." jawab Matthew dengan bangga. Gerald mengangguk setuju, klub yang baru saja didirikan oleh sepupunya itu memang langsung ramai, bahkan di hari pertama klub ini buka. Pemilihan lokasi yang berada di daerah yang mahal juga membuat klub milik Matthew memiliki kesan mewah dengan sendirinya.
"Kekasihmu itu Lunaby Wilhalm?"
Gerald menganggukkan kepalanya mendengar pertanyaan yang diberikan oleh Camille. "Ada apa?"
"Kekasihmu baru saja mendapatkan label sebagai model dengan bayaran termahal dalam Paris Fashion Week tahun ini."
Gerald tersenyum bangga, "As she should."
Camille mengangguk setuju, "Aku setuju. Kekasihmu itu memang sudah sepatutnya menjadi model dengan bayaran termahal, mengingat betapa profesional dan banyaknya jam terbang yang sudah kekasihmu itu lakukan."
"Kamu bekerja di dunia fashion?"
"Aku sedang merintis butik kecilku sendiri."
Gerald melirik ke arah Matthew, "Kalian sudah lama menjalin hubungan? Karena saat adikku menggelar acara pernikahannya kemarin aku tidak melihatmu."
Matthew tersenyum menyeringai, "Camille masih ingin memprivasi hubungan kami."
Gerald mengerti itu, karena dirinya dan Lunaby pun melakukan hal yang sama beberapa bulan lalu, di awal mereka kembali bersama. Pembicaraan mereka pun berlanjut ke hal-hal lain, hingga tanpa sadar mereka sudah menghabiskan hampir dua jam hanya untuk berbincang.
Klub milik Matthew pun semakin lama menjadi semakin ramai, bahkan lantai dansa pun sudah dinyalakan, seakan-akan jam enam sore merupakan waktu yang sangat tepat untuk berdansa. Matthew dan Camille pun sudah tidak lagi duduk bersamanya di meja ini, karena mereka yang harus mengurus klub yang sudah mulai ramai.
Ketika Gerald sedang memainkan ponselnya, suara seorang wanita yang memanggil namanya pun membuat Gerald mengalihkan tatapannya dari ponselnya.
"Gerald." ujar wanita itu, "Gerald, right?"
Gerald mengernyitkan alisnya, mencoba mengenali siapa wanita di hadapannya itu, yang naasnya tidak bisa ia lakukan. "Sorry?"
Wanita yang seakan mengerti kebiasaan dari Gerald pun langsung mendudukkan tubuhnya di kursi yang ada di hadapan Gerald dan tersenyum, "Are you sure you don't remember me?"
Gerald menggelengkan kepalanya. Pria itu sama sekali tidak mengingat nama dari pemilik wajah di hadapannya ini. "Sorry—"
Wanita itu dengan cepat memotong ucapan Gerald, sembari menggenggam pergelangan tangan Gerald yang berada di atas meja. "Aria. Aku Aria, dan dulu kita sering bercinta."
Dan sepertinya, kehidupan Gerald di Paris tidak akan sejalan sebagaimana dengan apa yang ia perkirakan.
____________________
Kalo kalian ingat, aku pernah nyinggung Aria di awal cerita ini. Ada yang tau, dia ini siapa?
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.