I'm Only Me When I'm With You | Chapter 47

Magsimula sa umpisa
                                        

    Lunaby mencibir. Wanita itu berjalan meninggalkan Gerald menuju ranjang mereka. Ketika ia melihat Gerald yang mengikutinya, Lunaby dengan cepat mengambil salah satu bantal besar yang ada di atas ranjang, dan melemparkannya ke arah pria itu. Gerald yang tidak siap pun harus terhuyung ke belakang, ketika bantal besar tersebut membentur kepalanya. Sementara Lunaby yang melihat itu langsung tertawa kencang.

    "Atha!"

    Lunaby tertawa dengan kencang, ketika melihat tubuh Gerald yang terhempas diantara tumpukan pakaian mereka di lantai. "Katanya pemain basket handal, tetapi menangkap sinyal dari bantal yang aku lempar saja tidak bisa."

    "Aku memang handal. Kamunya saja yang terlalu gengsi untuk mengakuinya."

    Lunaby mencibir, "Alasan."

    Gerald menaikkan satu alisnya. Pria itu lalu bangun dari posisinya hingga menjadi duduk. "Bagaimana kalau kita buktikan secara langsung?"

    "Kamu menandingku bermain basket?" tanya Lunaby yang langsung dibenarkan oleh Gerald.

    "Just an easy game. Aku tahu kekasihku tidak handal dalam bidang olahraga."

    Lunaby kembali melemparkan satu bantal ke arah pria itu, "Fuck you."

    "Love you more, Honey. Jadi bagaimana, are you down?"

    Lunaby yang merasa dianggap remeh oleh kekasihnya itu pun langsung menganggukkan kepalanya, "Tetapi aku memiliki satu syarat."

    "Apa?" tanya Gerald dengan penasaran.

    "Aku mempunyai pilihan untuk meminta bantuan dari orang lain."

    Gerald mengerutkan dahinya, "Kamu ingin bermain curang sepertinya."

    "Bukan bermain curang, Leon. Aku merasa apabila hanya aku dan kamu yang bertanding rasanya tidak adil. Kamu pria, dan aku wanita."

    "But you're pretty good at basketball, Samantha."

    Lunaby mengerucutkan bibirnya, "Kalau aku menang, aku akan mendapatkan apa?"

    "Kamu bisa meminta apapun yang kamu inginkan dariku." balas Gerald, "Berlaku juga kepadaku. Kalau aku menang, aku bisa meminta apapun darimu."

    "Dan apabila kamu kalah, maka kamu harus menuruti apapun keinginanku."

    Lunaby mengernyit, "Itu sama saja, Leon!"

    Gerald terdiam, memikirkan kembali perkataannya. Pria itu pun membuang napasnya kasar, "Kamu ada saran?"

    "Kalau aku yang menang, aku ingin kamu untuk tidak menemaniku selama satu bulan penuh di Paris." jawab Lunaby yang langsung tidak disetujui oleh Gerald.

    "Kenapa seperti itu?!"

    "Leon, kamu masih harus bekerja di Chicago. Apa yang dikatakan oleh Glatea pagi tadi di ruang makan adalah benar. Walaupun kamu merupakan pemimpin dari Gallagher Corporation untuk saat ini, tetapi kamu juga memiliki kewajiban untuk bekerja langsung dari kantormu. Aku tidak ingin karyawan barumu mengecapmu buruk, hanya karena kamu yang memaksa untuk selalu bersamaku." jelas Lunaby.

    "Tetapi aku tidak mungkin meninggalkanmu sendirian di Paris, Tha."

    Lunaby menggeleng pelan, "Leon, aku tidak sendirian. Aku akan bersama agensiku dan teman-teman modelku yang lain, aku akan aman. Lagi pula aku sudah melakukan ini untuk sepuluh tahun lamanya, aku sudah terbiasa."

    "Tetapi Tha—"

    "Kamu masih boleh mengunjungiku selama masa karantinaku di Paris, Leon. Hanya saja aku tidak ingin kamu selalu berada di Paris dari awal hingga masa karantinaku berakhir. Aku ingin kamu tetap melakukan pekerjaanmu, dan fokus di sana. Itu yang paling penting."

    "Kamu lebih penting."

    Lunaby tersenyum. Wanita itu pun berjalan mendekat ke arah Gerald dan mengelus wajah pria itu, "I know. Tapi kamu sendiri yang mengatakan kalau kita tetap harus fokus dalam apa yang kita tuju, bukan? Dan dalam permasalahan kali ini fokus kita berbeda, Leon. Kamu tidak bisa untuk selalu berusaha menyamakan fokusmu denganku."

    Gerald terdiam untuk beberapa saat, hingga pria itu mengambil tangan Lunaby yang ada di wajahnya untuk ia cium. "Am I the luckiest man in the world because I have you?"

    Lunaby terkekeh, "I think you are."

    "Babe, let's forget about the basketball. Aku lebih ingin bermain hal yang lain denganmu saat ini." ujar Gerald sembari mengalungkan tangannya pada pinggang Lunaby, dan mendekatkan tubuh wanita itu dengan tubuhnya.

    "Bermain apa yang menyenangkan?"

    "Maybe making—"

    "Board game!"

    Gerald mengerutkan dahinya mendengar sahutan dari Lunaby. Pria itu bahkan yakin seratus persen, bahwa wanitanya mengerti —sangat mengerti, maksud dari ajakan bermain pria itu. "Bukan itu yang aku maksud, Tha."

    "Aku baru ingat bahwa board game yang aku pesan beberapa hari yang lalu sudah tiba di sini." jawab Lunaby sembari menjauh dari tubuh Gerald dan berjalan keluar dari kamar.

    Tetapi sebelum Lunaby membuka pintu kamar, Gerald lebih dulu mencegatnya. "Kamu ingin ke mana?"

    "Bertanya kepada Joe. Sepertinya Joe yang menyimpannya, karena aku belum mengambilnya dari dia."

    "Are we really going to play a board game?" tanya Gerald dengan tidak terima.

    Lunaby menganggukkan kepalanya, "Sayang, besok kita sudah akan pergi ke Paris, dan sesampainya di Paris aku akan langsung disibukkan dengan proses pre-quarantine. Jadi kita tidak memiliki waktu lain selain saat ini."

    "Kita bisa memain board game di pesawat, tetapi kita tidak bisa bercinta di pesawat —I mean, tidak akan senyaman bercinta di ranjang ini, Samantha." balas Gerald.

    "Tetapi aku ingin bermain board game bersamamu sekarang, Leon." pinta Lunaby dengan bibir yang mengerucut.

    Gerald membuang napasnya kasar. Bagaimana pun juga keinginan wanitanya merupakan prioritas utamanya, walaupun harus membuat Gerald menahan gairahnya sekali pun. "Fine, tetapi aku ingin kamu malam ini untukku."

    Lunaby tersenyum dengan lebar, "Tentu saja, nanti aku biarkan kamu memilih lingerie apa yang ingin aku gunakan malam ini. Deal?"

    "Deal."

"

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.
I'm Only Me When I'm With You [COMPLETED]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon