You:
Asisten biadab. Udh lo sono ngebo. Jgn lupa berdoa biar ga kebablasan

Jeriko:
Sama-sama, Pak. Senang bekerja dengan anda 🙏

Alih-alih membaca file yang dikirim Jeriko, Ervan memilih membuka email lebih dulu. Bersama tumpukan kontak masuk lainnya, nama Jeriko muncul paling atas. Ervan mengambil duduk di pinggir ranjang. Informasi yang diberikan Jeriko lengkap sekali. Mulai dari luas tanah bangunan, pemilik asal tanah sebelum dibeli, biodata pengurus sekolah, jumlah siswa, hingga feedback yang diberikan wali murid terdapat di dalam dokumen tersebut. Di akhir dokumen, disisipkan bukti penerimaan dana senilai 400 juta oleh pihak penanggung jawab dan keterangan kebutuhan yang perlu dibayarkan, berikut fasilitas-fasilitas yang perlu ditambah dan direnovasi.

Ervan tersenyum puas. Berbanding terbalik dengan SDM yang ada di Laa Foodie, Om Brata cukup bijak memilih pengurus yayasan. Pintar, detail, teliti, memuaskan, gesit, cepat tanggap, dan semoga juga jujur. Tidak ada yang dimudahkan bila orang-orang yang bekerja sama dengannnya tidak memiliki kejujuran.

Ervan berniat kembali meletakkan ponsel begitu selesai membaca, tetapi tangannya justru tidak sengaja menyenggol pigura di atas nakas hingga posisinya berubah terlungkup. Pria itu sempat tertegun ketika mengangkatnya. Pigura tersebut berisi foto dirinya dan sang istri ketika mereka masih berpacaran. Dia sengaja meletakkannya di sana untuk mengobati rindu sewaktu-waktu. Dengan tangan sedikit gemetaran, Ervan mengusap-usap potret di dalam pigura yang terhalang kaca. Tiba-tiba saja jantung berdegup kencang sekali. Kedua netranya bahkan sudah berkaca-kaca sekarang.

"You know ... I'm just an ordinary man with a stupid brain, Na. Bahkan setelah kamu pergi tanpa pamit, aku nggak pernah mau mengikuti ego dengan nyewa mata-mata buat nyari kamu. I still want you—selalu. Harapanku masih sama ... semoga kita bisa dipertemukan kembali dan bisa ngobrol dari hati ke hati. Aku yakin banget alasan kamu pergi bukan karena niat jahat. Efek kehadiran kamu di hidup aku bawa dampak besar banget dan aku nggak pernah bisa lepas dari bayang-bayang kamu. It's crazy when I can't replace you." Sedetik kemudian dia mendongak. Seraya memejamkan mata, Ervan bergumam, "I don't know why, malam ini rasa kangenku lebih nyesek dari kemarin-kemarin. Apa aku perlu ambil jeda buat liburan? Tapi nggak ada waktu buat aku santai-santai. Uhm ... apa aku ke Surabaya aja sekalian ngecek yayasan?"

***

Ervan tipikal orang yang tidak suka menunda pekerjaan dan membuang-buang waktu. Dia akan langsung mendepak orang-orang yang tidak bisa mengikuti sistem kerjanya. Berbanding terbalik, Ervan akan sangat baik dan royal kepada orang yang mampu bekerja dengan gesit dan bisa menjaga loyalitasnya. Contohnya seperti Diana, Jeriko, dan jajaran stakeholder lain di Najiya Fast. Kinerja orang-orang yang paling sering bersinggungan dengannya ini patut diacungi jempol. Termasuk soal membantu mengimplementasikan rencana-rencana yang sudah dia susun.

Terbukti pada pukul sepuluh pagi, sekertaris sekaligus orang kepercayaan Om Brata yang hampir tidak memiliki waktu luang semenjak Laa Foodie hampir kolaps, bisa hadir sesuai keinginannya di Najiya Fast. Diskusi alot sudah berlangsung sejak sejam yang lalu dan belum ada tanda-tanda akan berakhir dalam waktu dekat.

"Bapak sudah melakukan riset mengenai feedback yang diberikan konsumen? Apa yang dikomplain sama mayoritas dari mereka?"

Lawan bicaranya mengangguk, kemudian menunduk untuk membaca laporan di laptop. "Sudah, Pak. Melalui beberapa platform marketplace, ditemukan banyak sekali konsumen yang mengeluh jika produk-produk Laa Foodie semakin mahal. Setelah diselidiki, ukurannya diperkecil tanpa sepengetahuan Pak Brata—selaku founder dan CEO Laa Foodie, sementara harganya dinaikkan. Pihak produksi mendapat titah dari CPO. Alasan yang melatarbelakangi, yakni agar keuntungan yang didapat semakin besar padahal harga bahan baku sampai saat ini masih tetap sama."

After We Divorce [New Version]Where stories live. Discover now