Cerita ini berada tepat dibawah perlindungan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia. (UU No. 28 Tahun 2014). Dilarang mengcopy-paste atau memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun, baik digital maupun fisik.
⚠️ Cerita ini mengandung kata da...
"Memangnya ada apa dengan dia? He seems nice." tanya Lunaby kepada James.
"Aku pernah menjadi juru foto untuk agensinya, dan Luna percaya padaku, sikap yang dia tunjukkan kepadamu selama ini bukanlah sifat aslinya. Dia kasar, dan pengatur." jelas James.
Lunaby mengerutkan dahinya, tidak begitu percaya dengan apa yang James jelaskan. Karena selama ia mengenal Elijah, pria itu selalu menunjukkan sikap yang lembut dan hati-hati kepadanya.
"Lunaby Gallagher."
Lunaby sontak melebarkan matanya, "James!"
James terkekeh, "Intinya kamu harus mendengarkan apa kataku. Jangan sampai kamu tertipu dengan sikap Elijah kepadamu, okay?"
"Kamu tenang saja."
_____
"How was your day, Babe?"
Lunaby yang sedang memakan cereal sebagai makan malamnya hanya mengedikkan bahunya saja, ketika kekasihnya yang saat ini berada di negara bagian lain bertanya kepadanya. "Membosankan. Aku hanya melakukan pemotretan dengan James untuk sampul salah satu majalah dari Eropa."
"Kenapa membosankan? Tha, kamu akan menjadi sampul depan sebuah majalah, isn't that fascinating?" tanya kekasih Lunaby yang saat ini masih berada di ruang kerja milik pria itu.
"Kamu masih bekerja?" tanya Lunaby.
Pria itu mengangguk, "Axel memintaku untuk mengirimnya laporan inventaris dari Gallagher Corporation kepadanya."
"Are you happy?"
Pria itu menatap ke arah kamera, melihat ke arah Lunaby yang saat ini sedang menatapnya dari balik layar. "Of course, I am. Aku sudah mengatakan hal ini seribu kali kepadamu, aku bahagia, Samantha."
"Aku bahkan tetap bahagia walaupun aku sangat merindukanmu di sini." lanjut pria itu yang membuat Lunaby seketika memerah.
"I miss you more, Leon." balas Lunaby. "Seharusnya aku sudah di dalam perjalanan menuju Chicago, tetapi dibatalkan akibat masih ada satu sesi foto yang harus aku lakukan besok."
"Dengan James?" tanya pria itu yang langsung dibenarkan oleh Lunaby. Semenjak kekasihnya itu mengetahui mengenai kondisi seksual James, kekasihnya itu memang sudah tidak seposesif dulu, terutama hal tersebut sudah menyangkut dengan James. Kekasihnya bahkan lebih mempercayakan Lunaby kepada James, apabila ia tidak bisa berada di dekatnya.
"James meminta ikut ke Chicago, di saat ia tahu bahwa aku akan ikut denganmu bermain golf di Irlandia."
"Jangan biarkan dia ikut, Tha." jawab pria itu dengan cepat.
Lunaby tertawa, dentingan yang berasal dari ponselnya terdengar, dan Lunaby melirik singkat ke arah notifikasi tersebut. Ketika mengetahui siapa yang mengirimnya pesan, Lunaby pun terdiam beberapa saat.
Gerald Gallagher, kekasih dari Lunaby yang mengetahui perubahan sikap dari kekasihnya itu pun mengerutkan dahinya, "Sayang, is everything okay?"
Lunaby melirik ke arah Gerald yang saat ini masih menatapnya dari balik laptop pria itu, sebelum menggelengkan kepalanya pelan dan meneruskan pesan yang ia dapat kepada kekasihnya.
"Sebelum kamu marah, biarkan aku menjelaskannya terlebih dahulu." ujar Lunaby dengan cepat.
"Tadi di saat aku sedang bersama James saat kami sedang istirahat, aku tidak tahu mengapa ia bisa berada di gedung agensiku. Dia masuk ke dalam ruangan tempat aku melakukan foto, dan dia secara tiba-tiba saja menegurku dan mengajakku makan siang."
Lunaby membuang napasnya berat, "Leon, percaya padaku, kamu bahkan bisa bertanya James, aku menolaknya. Aku bahkan sama sekali tidak ada niatan untuk menerima tawarannya, tapi dia seperti menerima, tetapi juga langsung mendakwaku bahwa aku akan melakukan makan malam dengannya, tanpa persetujuanku."
"Dan aku pikir ia tidak serius dengan ucapannya, tetapi ternyata ia benar-benar serius dengan ucapannya. Aku bahkan sama sekali tidak tahu bagaimana dia bisa memiliki nomor ponselku."
Lunaby menatap cemas ke arah Gerald yang masih setia dengan keterdiamannya, "Aku juga sudah bersumpah untuk tidak bersikap baik lagi kepadanya. James mengatakan kepadaku kalau dia bukanlah pria baik."
"Kirimkan nomor ponselnya ke aku, Tha."
Lunaby menatap Gerald dengan terkejut, "Kamu tidak marah kepadaku?"
Pria itu mengerutkan dahinya, "Dan dengan alasan apa aku marah kepadamu?"
"Karena dia mengirimku pesan... mungkin."
Gerald terkekeh, yang justru semakin membuat Lunaby menjadi bingung. "Samantha, aku tidak marah kepadamu. Lagi pula aku bangga kepadamu, kamu justru mengatakan yang sejujurnya dibandingkan menutupinya, thank you for trusting me, Sayang."
"Dan juga Tha, alasan lain aku tidak marah ialah karena aku percaya kepadamu. Aku percaya bahwa kamu tidak sebodoh itu untuk memilih pria itu dibandingkan aku."
"Kamu percaya diri sekali." cibir Lunaby.
Gerald tertawa di tempatnya, "Remember Tha, what belongs to me, will always come back to me."
"And you belong to me, like I belong to you. I love you, Samantha."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.