Sweet 25 | Bagian 35

Start from the beginning
                                    

"Iya, capek banget," ujar Amimy mengeluhkan hal yang sama.

"Hi, capek ya? Sama kok, aku juga," sahut Channel.

Katakan saja mereka lebay. Tapi serius, asal kalian tahu, jarak dari rumah Tata ke area bunga matahari itu jauhnya ngalahin kalian sama gebetan. Tak terhingga dude, jauhnya. Belum lagi kalau gebetannya punya cem-ceman lain. Aduh ... Makin jauh dah, tuh jarak. Canda jarak.

Okay! Back to reality. Sekarang, semua orang yang berpartisipasi dalam photoshoot Coloré di kebun bunga matahari tengah menjalankan tugasnya masing-masing. Seperti, para model yang sedang touch up make up-nya. Fotografer yang tengah mengatur kamera. Serta beberapa crew yang tengah mempersiapkan ringlight dan tetek-bengek lainnya untuk menunjang keindahan dan ke-aesthetican dalam berfoto.

"Siap?" Tanya Ero.

"Siap!" Jawab semuanya serentak.

"Okay, mulai!"

Ketika persiapan telah selesai, para model langsung siap-siap bergaya. Seperti kegiatan piknik pada umumnya, mereka bergaya seolah-olah sedang meminum jus, memakan semangka, serta berbaring di tikar atau pura-pura berjalan dengan menenteng tas piknik.

"Finish!" Teriak Ero lantang.

Photoshoot sesi kedua telah selesai. Ini juga menjadi sesi photoshoot terakhir mereka. Karena, photoshoot dengan tema lain sudah dikerjakan oleh para model Tata dengan bantuan staff Ero yang lain.

"Ini beneran selesai, kan?" Tanya Amimy dengan nada yang lemah lembut layaknya Putri Keraton.

"Iya kay-" Ero memotong jawaban Chanell. "Eits, sebentar-sebentar!" Kemudian ia berjalan menyusuri deretan pohon bunga matahari yang berbaris rapi. Entah akan kemana Ero. Tidak ada yang tahu kecuali Tuhan dan dirinya sendiri.

"Mau kemana tuh, si Boss?" Tanya salah satu staff Ero yang tadi memegang lampu semacam bohlam namun berbentuk panjang.

Karena tidak ada yang tahu jadi tidak ada yang menjawab. Hanya Channel saja yang menggeleng dan Amimy yang mengedikkan bahu.

Selang beberapa waktu Ero datang dengan napas yang tersengal-sengal seperti habis mengikuti perlombaan lari marathon. "Huuh ... huuh ... gue ... huuh ... gue baru tahu ka-kalau hutan lo aesthetic banget," ucapnya disertai napas yang memburu.

Mendengar itu semua pun terkesiap. Termasuk juga Tata. "Aesthetic gimana?" Bingungnnya.

Mana ada coba hutan aesthetic. Dimana-mana hutan itu nyeremin. gelap, banyak tumbuhan besar, semak belukar, bahkan sampai binatang liar. Kesimpulan sotoy inilah yang selalu muncul di otak Tata ketika sedang memikirkan hutan. Meskipun hutan di halaman belakang rumahnya hanya hutan buatan, tapi tetap saja, Tata selalu berpikir seperti itu. Sepertinya otak cantiknya itu memang sudah terdoktrin dengan film-film bergenre horor ataupun thriller yang biasa ia tonton di Netflix.

"Lah, gimana sih lo masa nggak tahu?" Kesal Ero.

"Sorry ya, gue orang sibuk! Nggak punya waktu lari-larian di hutan kayak lo tadi," balas Tata.

"Udah-udah. Kenapa malah jadi ribut, sih?" Amimy berusaha menengahi.

"Iya, ih! Panas-panas nggak boleh ribut!" Sahut Channel yang sedang mengipasi wajahnya dengan topi pantai.

Sweet 25Where stories live. Discover now