Sweet 25 | Bagian 17

1.6K 125 5
                                    

Now Playing | Exo - Don't Go

Jika di sini memang tempatmu, takdir tak akan membuatmu berlalu.

——

Bagian 17 | Still Here

***


"Ya, udah! Bi Nanin aja yang ikut bantu Tata di apartment kalau Mbok Surti nggak dibolehin," putus Tata pada akhirnya.

Ia dan Mommy Anne sedang merumuskan siapa yang akan ikut membantunya di apartmentnya yang akan beralih fungsi menjadi office sementara untuk Colorè. Tata benar-benar menepati ucapannya untuk tidak menggunakan butik. Padahal butik itu 100% miliknya. Tapi entah kenapa, ia merasa Reveninna juga memiliki bagian disitu. Padahal, sahamnya saja sedikit. Lebih banyak saham milik Arash malah.

Anne menolak dengan keras. "No! Kalau Bi Nanin ikut kamu, siapa yang bantu Mommy urus anak-anak Mommy?" Tanya Anne galak

Ah! By the way, yang dimaksud anak-anak disini adalah tanaman hias. Bukan Daniell ataupun Tata.

"Astaga, Mommy! Kan punya tukang kebun," frustasi Tata.

Anne menyilangkan kakinya dengan gaya angkuh. "Bukannya nggak mau memanfaatkan tukang kebun dengan baik, Mommy cuma udah klop aja sama Bi Nanin," balasnya.

"Iya deh, terserah Kanjeng Ratu aja!" Kesal Tata.

"Emang harusnya begitu!" Sombong Anne.

"Iya, Mom. Iya!" balas Tata. Jujur saja dirinya sungguh malas berdebat.

"Good!"

"Berarti–"

Selain Reveninna, mommynya juga suka memotong pembicaraan ternyata. "Tapi, Mommy tetap nggak setuju Bi Nanin ikut kamu!"

"Mom, ayolah..." Mohon Tata dengan puppy eyesnya.

Tapi yang namanya juga Anne Ananta Wong, mana mempan dikasih puppy eyes. Dikasih tas Dior selusin saja masih baru mempertimbangkan, apalagi hanya sekedar puppy eyes. Mempertimbangkan saja malas.

"No! Sekali no, tetap no. Paham?!" Balas Anne tegas.

Anne melanjutkan perkataannya lagi, "kamu boleh bawa yang lain. Mau lima atau sepuluh juga boleh. Asal jangan Nanin aja."

Tata tersenyum miring. "Okay! Berarti boleh Mbok Surti ya?"

"Apalagi Mbok Surti!"

"Ish, Mommy mah!" Rengek Tata.

"Nggak suka? Kamu lupa yang gaji mereka itu Mommy?"

Tata benar-benar merajuk, ia berdiri lalu menghentak-hentakkan kakinya bak anak kecil yang dilarang memakan ice cream oleh mamanya.

"Kenapa nggak ubah ruang bawah tanah jadi kantor? Ada banyak ruang bawah tanah yang nggak dipakai kan," sahut Marco yang baru keluar kamar dengan membawa iPad di tangan kirinya.

Sweet 25Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang