◜10◞ Mimpi

1.8K 221 105
                                    

"Ada yang melesat setiap kali pagi menghilang, bukan butir embun yang menggumpal di lengkung dedaunan

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

"Ada yang melesat setiap kali pagi menghilang, bukan butir embun yang menggumpal di lengkung dedaunan. Melainkan wajahmu yang selalu hadir di mimpi."

— Maman Suherman

☆☆☆

Gladys menghabiskan susu vanilla hangat nya dan berpamitan untuk kekamar lebih dulu.

Setelah makam malam gadis itu mengambil gitar miliknya dan duduk di kasur menatap gitar itu.

"Mimpi gitar dilempar itu masih terngiang-ngiang di otak gue," ujar gadis berpiyama baby panda itu.

Teriakkan keras dan tamparan adalah mimpi yang sangat sulit ia lupakan. Terlebih lagi mimpi yang melibatkan gitar yang dilempar.

Semua itu benar-benar menganggu pikirannya, "Ini semua apa sebenarnya? Kenapa gue selalu dihantui sama mimpi-mimpi ini?"

Gadis itu menyimpan kembali gitar miliknya dan merebahkan tubuhnya menatap langit-langit kamar.

"Gue merasa hidup ditubuh gue sendiri tapi dengan jiwa orang lain."

Gladys selalu merasa tubuhnya adalah miliknya tapi jiwanya milik orang lain. Kilasan-kilasan memori dalam bentuk mimpi bukan lah sebuah kebetulan.

Sudah 2 tahun dia merasakan ini dan waktu selama ini bukanlah sebentar dan sebuah kebetulan.

Perlahan kedua netra indah gadis itu terpejam, Gladys terlelap dalam tidurnya.

☆☆☆

Sarga menatap pantulan dirinya pada cermin besar dihadapannya. Tangannya terulur mengusap dahinya yang terbalut perban putih.

Luka lemparan batu 2 hari yang lalu masih basah. Ingatannya kembali mengingat bagaimana Gladys mengobati luka itu.

Gladys berlari kecil menuju Sarga dengan menggenggam kantong kresek hitam berisi obat merah dan perban putih.

"Sarga ... Ga...." Gladys menepuk-nepuk pipi Sarga saat melihat lelaki itu menutup kedua matanya.

Sarga yang merasa terganggu mengerjapkan kedua matanya, sakit di kepalanya kian menjadi.

"Lo udah balik?" Gladys menganggukkan kepalanya dan membantu lelaki itu membenarkan posisi duduknya.

"Kepala lo sakit banget?" tanya Gladys kontras dengan nada khawatir dan cemas.

Siapa yang tidak cemas saat melihat orang lain terluka cukup parah dihadapan kita? Terlebih lagi dia terluka karena ingin menyelamatkan dirinya.

"Dikit." Sarga menyentuh dahinya yang terasa basah karena darah.

Gladys membuka kantong kresek nya dan mengeluarkan kapas serta obat merah dari dalam. Dituangnya obat itu pada kapas dan diarahkan pada kening Sarga.

SAGLA 2 (SELESAI)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ