◜36◞ Ungkapan & Keputusan

1.3K 167 141
                                    

"Saya bukan apa-apa tapi saya harus menjadi segalanya

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

"Saya bukan apa-apa tapi saya harus menjadi segalanya." - Karl Marx

☆☆☆

Alan, lelaki tampan berusia 20 tahun yang saat ini menjabat menjadi Ceo mudah di perusahaan keluarganya. Memiliki tubuh yang atletis, hidung yang mancung dan bibir merah alami.

Memiliki sifat penuh kasih sayang dan cemburuan, terutama jika menyangkut dengan sang peri kecilnya, Gladys. Apapun akan ia lakukan demi gadis kecilnya. Sekali pun nyawanya menjadi taruhan.

Sama hal nya seperti saat ini lelaki tampan itu tengah berbaring di kasurnya seraya menatap langit-langit kamar nya. Pikirannya berkelana kesana-kemari.

"Puyeng gue." Alan membenturkan kepalanya pada bantal.

Pangeran yang baru saja masuk kedalam kamar sahabatnya itu menatap aneh apa yang sedang Alan lakukan.

"Kenapa sih, Lan?"

Alan menatap tajam sahabatnya itu, "Lo tanya kenapa? Gue pusing monyet, ini semua kenapa makin runyem."

Pangeran memutar bola matanya malas, "Iyalah makin runyem kan ini baru part tiga puluh enam." Pangeran tersenyum dengan wajah menyebalkan khas miliknya.

"Monyet!" Alan melempar bantal itu tepat mengenai wajah tampan Pangeran.

Lelaki itu mengusap hidung nya yang terasa sedikit sakit, lembaran Alan tidak bisa dianggap main-main.

"Sadar nggak sih, Ran. Semua keluar dari rencana kita dua tahun lalu," ucap Alan terdengar putus asa.

"Seja awal kita susun semua sebaik mungkin, demi apa? Demi Gladys dan Sarga. Kalau tau bakal kek gini saat pertemuan keluar gue gak akan nyetujuin rencana balik ke Indo."

Hatinya terasa begitu sakit, emosi nya terasa membuncah. Semua yang tersusun rapi ternyata dapat hancur dalam sekejap.

Pangeran berjalan kearah kasur dan duduk di samping Alan. Lelaki beralis tebal itu membaringkan tubuhnya.

"Gue tau bukan cuman lo yang hancur disini tapi gue juga. Tapi Lan, lo harus ingat kita punya rencana tapi tuhan punya kehendak."

"Jika pun gue tau ini semua bakal terjadi gue nggak akan biarin kita semua balik ke Indo."

Pangeran menepuk bahu sahabatnya itu, dia tahu bagaimana Alan begitu menyayangi Gladys. Sejak dulu hanya Alan yang selalu menunjukkan sifat over protektif pada Gladys.

"Jangan lupa rencana awal kita udah selesai yaitu mempertemukan Gladys dan Sarga. Walaupun saat ini mereka lagi terjebak dalam masalah yang benar-benar rumit."

Alan mengusap wajahnya kasar, "Terus bagaimana dengan tugas Bastian?"

"Dia berkerja dengan baik, sedikit lagi dia akan selesaikan tugasnya itu."

SAGLA 2 (SELESAI)Onde histórias criam vida. Descubra agora