◜08◞ Berangkat Bareng

1.9K 225 127
                                    

"Orang bilang, pertemuan pertama selalu kebetulan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Orang bilang, pertemuan pertama selalu kebetulan. Tapi, bagaimana caramu menjelaskan pertemuan-pertemuan kita selanjutnya? Apakah ada campur tangan Tuhan di dalamnya?"

☆☆☆

Gadis kecil dengan rambut dikuncir dua berlari dengan langkah kecilnya, "Abang-abang bangun!" teriak Syifa seraya berjalan menuju kasur dimana sang Abang tengah tertidur.

Sarga menggeliat dari tidurnya saat tangan mungil menepuk-nepuk pipinya. "Kenapa sih, Cil? Abang masih ngantuk,"

Syifa mengerucutkan bibirnya, "Abang bangun kata Bunda udah siang, Abang harus ke sekull,"

Sarga merenggangkan kedua tangannya dan bangun dari tidurnya. Lelaki tampan itu menatap adiknya yang menatap dirinya dengan mata yang mengerjap-gerjap lucu.

"Iya Abang bangun, sini gendong." Syifa merentangkan kedua tangannya dan disambut oleh pelukan hangat dari Sarga.

"Abang kebo, susah dibangunin." Sarga terkekeh kecil dan mencium pipi gembul adiknya.

Baginya Syifa adalah hidupnya, saat bersama Syifa dia merasakan ada desiran hangat saat gadis kecil itu memanggil nya dengan panggilan 'Abang'.

"Gaga ...." Tubuh Sarga menegang saat mendengar panggilan itu.

Sarga menolehkan kepalanya kesamping menatap Syifa, jantungnya berdenyut nyeri, ada perasaan aneh dalam dirinya.

"Cil, kenapa panggil Abang gitu?" suara Sarga bergetar.

Ada sebuah getaran dalam dirinya saat mendengar Syifa memanggil nya seperti itu.

"Nggak tau, Sipa tiba-tiba aja ngomong gitu, Bang."

Sarga memejamkan matanya, panggilan Syifa sangat sama dengan panggilan gadis dalam mimpinya.

"Piee," teriak lelaki tampan itu, gadis bersurai panjang itu membalikkan badannya dan tersenyum cerah. "GAGA!" gadis itu berlari dan memeluk tubuh lelaki itu.

Netra tajam itu memerah, mimpi semalam benar-benar menganggu hatinya. Jika dia bisa melihat wajah Gladys disalah satu gadis dalam mimpinya.

Maka yang lainnya tidak bisa, hanya cahya redup yang menutupi wajah yang lain. Terkadang dia bingung bagaimana bisa dia mengungkapkan arti mimpi dia selama ini jika yang bisa ia lihat hanya Gladys dan Gladys.

"Abang kenapa?" Syifa mengusap pipi Abangnya saat melihat lelaki itu terdiam dengan mata yang memerah.

Sarga terlonjak kaget saat tangan mungil itu menyapu kulitnya. "Abang nggak pp, kita kebawah ya? Abang mau mandi."

Syifa menganggukkan kepalanya dan melingkarkan tangannya pada leher Sarga. Langkah demi langkah Sarga terus terfokus pada penggilan 'Gaga dan Piee', kenapa terdengar tidak asing?

SAGLA 2 (SELESAI)Where stories live. Discover now