◜09◞ Gladys & Tawuran

1.7K 231 89
                                    

"Bukan hanya menjadikan dirinya yang pertama, tapi juga satu-satunya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bukan hanya menjadikan dirinya yang pertama, tapi juga satu-satunya."

☆☆☆

Gladys berjalan menuruni tangga dengan langkah kecilnya. Hari sudah gelap, matahari telah kembali dirumah nya dan digantikan oleh bulan.

"Papa, Mama. Gladys berangkat dulu ya." Gadis itu menyalami kedua orangtuanya.

"Berangkat sama siapa, nak?" tanya Vina pada putrinya itu.

"Gladys berangkat sendiri kok Bun, lagian cafenya deket sini. Gladys jalan kaki kok,"

Alden menganggukkan kepalanya, jika saja Abi ada disini di sudah memastikan putranya itu sudah lebih dulu mengunci pintu agar sang adik tidak pergi.

Lelaki itu sangat tidak ingin adiknya sampai kenapa-napa. Dulu Gladys kira Abi adalah seorang Abang yang sangat overprotektif terhadap dirinya.

Tapi ternyata dia salah, Abi hanya menjalankan tugas dan kewajiban dia sebagai seorang Abang. Pengganti sang Papa saat tidak ada dirumah.

"Nggak mau Papa anter?" Gladys menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin merepotkan sang Papa.

"Yaudah Gladys berangkat dulu ya, assalamu'alaikum," pamit Gladys, setelah mendengar salamnya dijawab, gadis itu beranjak pergi.

Gladys membuka pintu gerbang rumahnya dan berjalan menyusuri jalan, angin malam menusuk tulangnya.

"Semoga didepan ada taksi, gue takut telat."

Gadis dengan rok selutut dan hoodie coklat itu benar-benar terlihat manis. Kali ini adalah kali pertamanya mengerjakan tugas berkelompok. Dia berharap ini bisa jadi awal dia bisa dekat dengan teman-temannya yang lain.

"Nggak ada taksi." Bibir gadis itu melengkung kebawah sedih.

Gladys dan Gladisty benar-benar duplikat hanya saja kedua sifat mereka berbeda. Jika Gladys lebih sering menunjukkan ekspresi datar dan tenang. Maka Gladisty memiliki sifat yang menggemaskan. Mood gadis itu benar-benar sangat penting.

Gladys berjalan cepat saat melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam. Dia tidak bisa berdiam diri seperti ini. Dia akan terlambat.

Namun langkah kakinya terhenti saat melihat didepan ada sekumpulan orang sedang memenuhi jalan. Pantas saja jalan disini sepi. Rupanya ada yang menghalangi.

Gladys mengabaikan mereka gadis itu terus berjalan disisi jalan. Namun tubuhnya terasa menegang ditempat. Gadis itu mematung menatap kedepan saat sekumpulan orang itu mulai saling bertengkar.

Sekumpulan orang itu mulai memencar hingga kini Gladys berada ditengah-tengah mereka. Tubuh gadis itu bergetar saat netra nya melihat orang dihadapannya tersungkur karena sebuah pukulan.

"Abang, Gladys takut ...." Perlahan lelehan air mata nya mulai berjatuhan.

Keringat dingin mulai mengucur deras di kening serta tangannya mulai terasa dingin juga.

SAGLA 2 (SELESAI)Where stories live. Discover now