Cerita ini berada tepat dibawah perlindungan Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia. (UU No. 28 Tahun 2014). Dilarang mengcopy-paste atau memplagiat cerita ini dalam bentuk apapun, baik digital maupun fisik.
⚠️ Cerita ini mengandung kata da...
Tawa sinis tidak lama keluar dari bibir Gerald, ketika pria itu kembali mengingat mengenai kejadian tadi di ruang rawat di rumah sakit milik keluarganya. Mungkin apabila Gerald sedang tidak di dalam misi untuk memenangkan kembali wanitanya, Gerald sudah tidak akan berada di situ, di detik pertama ia diacuhkan. Tetapi karena dia yang sedang berada di dalam sebuah misi untuk memenangkan kembali wanitanya, maka Gerald pun rela melakukan hal apapun, walau hanya berdiam diri karena di acuhkan untuk tiga jam lamanya.
Gerald mengucapkan terima kasihnya kepada sang pelayan yang telah mengantarkan makan siangnya, ketika piring berisikan skirt steak pesanannya berada tepat di atas meja di hadapannya. Setelah si pelayan tersebut pergi, Gerald yang hendak menyantap makanannnya pun ia urungkan, ketika mendapati pesan dari sekretarisnya yang menanyakan di mana keberadaannya.
Jika sekretarisnya itu menanyakan di mana keberadaannya di waktu makan siang, maka Gerald dapat memastikan bahwa ada hal lain yang ingin wanita itu sampaikan, selain ingin mengetahui di mana keberadaannya. Dan benar saja, setelah Gerald memberitahu di mana lokasinya saat ini, tidak beberapa lama seorang wanita berambut berwarna cokelat itu pun sampai di mejanya.
"Hey."
"Have a seat, Clara."
"Thanks, kamu habis dari mana?" tanya Clara ketika wanita itu sudah berada di kursinya di hadapan Gerald.
"Rumah sakit."
Mendengar itu, Clara yang sebelumnya sedang melihat-lihat buku menu pun mendongakkan wajahnya, menatap Gerald dengan khawatir. "Are you okay?"
Gerald menganggukkan kepalanya, setelah menyisip kopinya. "Perfectly fine."
"Lalu tujuan kamu ke rumah sakit untuk apa?"
Gerald menaikkan satu alisnya, "Dan sepertinya itu bukanlah urusanmu, Clara."
Clara terdiam. Gerald benar, hal tersebut bukanlah urusannya. "Maaf."
"Ada apa mencariku?" tanya Gerald menatap wanita itu dengan datar.
Clara berdeham pelan, sebelum menutup buku menu di tangannya dan menatap Gerald dengan tatapan memohon. "Ibuku."
Clara menundukkan wajahnya ketika melihat Gerald yang menghela nafasnya, sesaat setelah Clara mengatakan kata tersebut. "Aku minta maaf, Ge."
"Ada apa dengan Ibumu?"
"Kondisinya semakin parah, Ge. Hari libur kemarin aku sempat datang ke North Carolina untuk menemuinya, tetapi saat aku sampai di sana, hal pertama yang ia katakan ketika melihatku adalah kamu."
"She want to meet you, Ibuku merasa dia sudah banyak merepotkan kamu dan dia ingin berterima kasih untuk itu."
"Aku tidak membantunya sama sekali, Clara. Aku memberikan uang kepada kamu, karena kamu berhasil memuaskanku. Kamu mendapatkan uang dariku, dan kamu gunakan untuk biaya pengobatan Ibumu. See? Aku sama sekali tidak turut andil dalam perawatan Ibumu." ujar Gerald.
Clara menganggukkan kepalanya. Apa yang diucapkan oleh Gerald memang benar adanya. Dia tidak turut andil langsung dalam pembiayaan perawatan Ibunya Clara, tetapi melihat bagaimana pria itu rela mengeluarkan lebih di setiap kali mereka bercinta karena pria itu yang tahu ke mana uang itu akan pergi, Clara menganggap pria itu turut andil langsung dalam pembiayaan perawatan Ibunya.
"She's very sick, Ge. Mungkin dari semua kesempatan yang dia miliki untuk bertahan hidup, satu-satunya hal yang ingin ia lakukan adalah menemui kamu dan berbicara kepada kamu."
Gerald terdiam mendengar perkataan dari Clara. Hingga dirinya yang dikejutkan dengan kedua tangan wanita itu yang kini sudah berada di atas tangan kirinya yang berada di atas meja. "Clara."
"Gerald, aku mohon. Aku hanya ingin melihat Ibuku mendapatkan keinginannya di sisa-sisa hidupnya. Aku siap untuk melakukan apapun setelahnya, asalkan kamu bersedia untuk menemui Ibuku." mohon Clara.
Gerald membuang nafasnya berat, sebelum mengelus pelan tangan sekretarisnya itu untuk beberapa saat sebelum melepaskannya. "Dua hari sebelum hari ulang tahun adikku aku memiliki waktu kosong, kita bisa pergi ke North Carolina untuk menemui Ibumu."
Clara yang terkejut atas perkataan Gerald sontak bangkit dari posisinya dan memeluk pria itu, sembari mengucapkan ucapan terima kasihnya kepada pria itu di sela-sela pelukannya. Sementara Gerald yang terkejut atas tindakan spontan Clara itu pun hanya bisa mengangguk pelan, seraya membalas rengkuhan Clara. Dan tanpa keduanya sadari, terdapat sepasang mata yang menatap tajam ke arah ke duanya, sedari awal mereka berbicara.
____________________ Clara — Gerald, anyone?
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.