66. KRITIS

2.7K 430 51
                                    

Hai

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Hai.... Masih ada yang nungguin Alana gak nih?

Vote dulu sebelum baca itu lebih baik loh. Haha

Komen banyak-banyak pada bagian yang bikin kalian ikut ngerasain gimana karakter tokoh itu ya...

Tandai typo oke 👌

Happy reading 🙌

.A. L. A. N. A.

BUGH....

Tit. Tit. Tit.

Saat hendak memukul Shofia kembali, pergerakannya terhenti kala Kit FBI Headset Mic miliknya terus berbunyi disaku hodienya.

"Lapor, Agen 2 pada Agen 1. Lun, Ayyan ambil langkah cepat masuk ke Markas. Lo bisa denger gue kan? Lun?"

Suara Abraham terdengar khawatir dari seberang sana.

Ia mentap Shofia dengan tajam. "Denger, gue gak akan bongkar apapun tentang lo. Tapi kalo lo masih mau main-main sama Alana, gue gak akan segan-segan bikin reputasi keluarga lo hancur." Peringatan dari Aluna seraya menempelkan satu sticker Mafia di telapak tangan Shofia. "Ngerti?"

Primadona sekolah itu mengangguk takut pada sosok pembunuh berhodie hitam ini. Sebelum pergi, Aluna sempatkan menggores sedikit luka dipergelangan tangan kanan Shofia. Tangan yang sudah berani menjambak rambut Alana hingga rontok, tangan yang sudah mencuri uang Upil dan menuduh Alana, tangan yang pernah menyiramkan tinta spidol hitam di kepala Alana.

"Agen 1 pada Agen 3. Ayyan, lo jangan maju sedikitpun kalo gue belum dateng. Ngerti." Pesan Aluna pada Ayyan melalui Headset Mic itu.

____

CETAR...

CETAR...

Alana terus memejamkan matanya menahan sakit yang menjalar ke seluruh tubuh kala Genta terus mencambuknya.

"Gue bukan psikopat yang bisa handal menyiksa mangsanya. Gue juga bukan pembunuh yang bisa secepat kilat melumpuhkan musuh. Gue cuma pengin lo mati secara perlahan dan ngerasain hal yang sama kayak gue waktu liat Mama mati!"

CETAR....

Tidak ada suara jeritan dan ringisan apapun dari bibir Alana. Mulutnya dilakban begitu kuat hingga kesusahan untuk mengerang sakit. Cowok di depannya ini sangat tidak memiliki hati. Bukankah pengecut jika dia terus melawan musuhnya yang sudah teraniaya? Genta lupa hal itu yang pernah menjadi pedoman perkumpulan Geng Motor ini. Ia terlalu dibutakan dendam.

"Hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan .... Laa haula walaa quwwata illabillaahil'aliyyil 'adziim ...."Alana terus memanjatkan do'a dalam hati kepada Sang Kuasa. Ia berharap jika dirinya mati sekarang maka hapuskanlah segala fitnah yang menerpanya. Dan jika Tuhan berkehendak menyelamatkannya, Alana berjanji ia akan berpuasa nadzar selama satu minggu setelah tragedi ini.

Al La Na [END] ✔Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora