25. SIN 90=1

3.7K 594 7
                                    

"Rasa suka gue ke lo ibarat tan 90 yang kalo dihitung sama apapun hasilnya tetep tak terhingga."
-Ayyan-

"Ayolah, cobain sekali-kali lo kan gak pernah." Ajak Genta.

"Emang enak Ta?" Tanya Alana ragu.

"Siapa yang ngomong gak enak. Cobain makannya sekali aja lo bakal nagih." Ujar Genta meyakinkan.

Alana mendekat pada Genta dan duduk disamping cowok itu. Genta tersenyum manis dihadapannya.

"Serius nih?"

"Lima rius kalo perlu. Ragu banget lo Lan. Jaman sekarang mana ada remaja yang gak cobain gituan." Tutur Genta.

"Gue cewek."

"Gak ngaruh, lagian lo juga mau kan."

Genta menyerahkan satu batang rokok bermerek djarum coklat pada Alana. Alana awalnya ragu untuk menghisap rokok seperti teman-temannya, mengingat penyakitnya begitu ganas. Tapi melihat Genta, Zul dan yang lain begitu menikmati benda itu membuat dirinya tergiur untuk mencoba.

Inilah penyebab Alana mengidap penyakit asma. Karena terlalu sering berkumpul bersama para cowok diberbagai tongkrongan, dan mayoritas teman-teman cowoknya itu begitu deras dalam hal merokok. Dan otomatis Alana tanpa sengaja menghisap setiap kepulan asap sang perokok. Jadi wajar saja kalau dibilang penyakitnya begitu ganas. Karena biasanya orang yang menghisap asap rokok akan lebih berbahaya daripada sang perokok.

Kali ini Alana bolos lagi. Bukan, bukan kali ini saja. Hampir setiap hari dia usahakan mencuri jam pelajaran untuk bolos. Masa bodo dengan omelan sang seksi kesiswaan, lagian Ayyan bukan orang penting dihidup Alana. Ia berasumsi Ayyan hanya akan dekat jika ada Raffa. Lihat saja setiap disekolah Ayyan tidak pernah akur padanya. Tapi lumayan tidak setegas dulu sebelum dekat.

"Nih." Genta memberikan satu korek gengsol pada Alana.

"Lan lo apaan dah, jangan main-main." Tegur Aryo sedikit khawatir.

Tapi sebisa mungkin Aryo tidak mengeluarkan ekspresi itu karena Alana yang pernah memintanya dulu, ia tidak mau kalau teman sekolahnya tau riwayat penyakitnya.

"Udah lah Yo. Gak papa juga sekali doang. Lagian Alana juga yang pengin." Ujar Zul.

"Bengek gue ah. Nyalain koreknya." Titah Alana pada Genta.

Alana menyatukan batang rokok itu dengan api dikoreknya. Genta tersenyum miring melihat cewek tomboy didepannya ini. "Polos banget." Batin Genta.

Cewek itu hendak mendekatkan rokoknya ke bibir untuk dihisap, tapi pergerakannya terhenti kala ada seseorang menyentak tangannya dengan kasar. Sehingga membuat batang rokok itu melayang jatuh dari tangannya.

"Anjeng! Apaan dah lo-"

Ucapan Alana terhenti kala melihat siapa pelaku yang menghentikan aktivitasnya tadi.

"Siapa yang ngajarin lo kayak gini?" Tanya Ayyan tegas.

Suasana di WB menegang seketika yang tiba-tiba kedatangan seksi kesiswaan tanpa diundang. Tidak seperti biasanya orang ini mengecek keamanan sampai di WB, paling jauh sampai belakang sekolah.

"Gue tanya siapa yang ngajarin lo kayak gini." Sekali lagi penuh wibawa penegasan.

"Gue pengin sendiri." Jawab Alana santai.

"Pengin sendiri? Lo pikir ini gorengan apa yang bisa-"

"Lo gak usah ikut campur. Ini hak asasi." Genta angkat bicara didepan Ayyan.

"Tau apa lo soal hak asasi?" Ucap Ayyan. "Sekolah kita punya peraturan dilarang ngerokok-"

"Boleh. Boleh ngerokok kalo diluar sekolah. Dan sekarang kita gak diarea sekolah. Gue harap lo gak lupa sama kawasan sekolah lo." Ujar Genta lagi memotong perkataan Ayyan.

Al La Na [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang