12. TEROR 1

3.7K 593 17
                                    

Malaikat selalu benar, setan selalu salah, manusia bisa benar bisa salah.
-Ayyana Yadawa-

"Jam berapa sekarang?" Tanya seorang pria paruh baya itu yang sedang duduk santai dikursi sembari membaca koran. "Darimana saja kamu?"

"Belajar." Jawab Ayyan. "Tadi ada tambahan wak-"

"Belajar berkelahi?" Kata Nanda yang sudah melihat ada luka lebam disekitar wajah putranya itu.

"Ayah, tadi Ayyan emang dari sekolah buat belajar. Terus tiba-tiba-"

"Ayah tidak pernah mengajari kamu untuk belajar berkelahi. Cukup tahun lalu saja, jangan ulangi perilakumu yang dulu." Tunjuk Nanda pada putranya.

Belum sempat Ayyan akan mengatakan sesuatu lagi, sudah disergah cepat oleh Nanda. "Berani kamu menjawab perkataan saya?!"

Ayyan menunduk. Jika Ayahnya sudah mengganti kosakatanya menjadi 'Saya dan Anda', itu berarti ia sedang dalam amarah besar. Begitu pemahaman Ayyan sejak kecil. Ia tak berani menatap orang yang dihadapannya itu. Bagaimanapun ini adalah salahnya, dan ia harus menerima konsekuensinya.

"Masuk kamar. Obati lukamu!" Perintahnya dengan nada sedikit merendah.

Ayyan mendongak cepat. "iya"

Ayahnya tidak jadi marah?
"Selamat gue" batinnya.

Ia sendiri heran kenapa Ayahnya langsung berubah pikiran, yang tadinya naik darah jadi turun darah. Tak mau berpikir lama, akhirnya Ayyan bergegas menaiki anak tangga menuju kamarnya.

Dikamar, cowok itu mengobati lukanya sendiri. Tidak ada yang mengobatinya seperti bundanya lagi jika ia terluka. Sesekali ia meringis kesakitan, bayang-bayang wajah Alana yang pucat, wajah Alana yang sesak napas, wajah Alana yang ketakutan. Membuat batinnya ikut terasa sesak. Perasaan bersalah semakin menggelitik dalam relung hatinya lebih tebal. Bagaimana cara ia meminta maaf? Untuk bisa akrab saja susah, apalagi minta maaf dengan cara lembut. Ego dan gengsinya selalu menang didalam jiwa yang ia miliki.

Ayyan berdecak frustasi.

Ia meraih ponselnya membuka aplikasi yang berlogo telepon berwarna hijau dengan tulisan whatsapp. Tangannya bergerak membuka room chat grup kelasnya dengan icon nama 'Excellent The Xll MIPA 5' ia menekan profil kelasnya itu mencari nomor dengan name 'Alana'. Tapi tidak ada sama sekali, ia meneliti kembali name-name yang terletak pada berbagai nomor yang belum sempat disimpan olehnya.

Gerakannya terhenti saat melihat nomor dengan name 'Preman Sekolah' yang ia yakini itu adalah nomor kontak Alana dengan pangkat familiarnya. Ayyan segera menyimpannya kebagian kontak.

Alana. Dengan info terakhir dilihat pukul 19.45 dan sekarang pukul 19.47. Itu artinya cewek itu online 2 menit yang lalu. Ayyan segera mengetik sesuatu disana.

Ayyana:
Alana...

Ceklis dua biru, berarti sudah dibaca tapi kenapa tidak dibalas.

Ayyana:
Lan..
Ini gw Ayyan.
Gw mau minta maaf soal tadi.

Ceklis dua biru. Lagi-lagi tak ada balasan. Ayyan semakin bingung bagaimana cara minta maafnya. Ia sangat kaku untuk masalah cewek seperti ini. "Apa gue telpon ya? Tapi kalo gak diangkat gimana?" Batinnya.

Al La Na [END] ✔Where stories live. Discover now