11. KHAWATIR DAN PERASAAN BERSALAH

3.5K 555 7
                                    

"Pantes aja kelakuan lo sama kayak sampah dijalanan."
-Ayyan-

Pak Jarwo yang masih keliling mengecek setiap kelas merasa ada yang memanggilnya, merinding. Siapa sore-sore begini menjelang maghrib yang berteriak tak karuan? Sebenarnya sudah biasa baginya mendengar suara-suara aneh dikeheningan gedung sekolah SMA sanjaya ini. Sesuai mitos pasti selalu ada hal-hal mistis disetiap sekolah.

Tak urung ia mendekati ruangan yang menjadi sumber suara itu. Tapi bukannya semakin keras karena semakin dekat, itu justru semakin dekat suaranya semakin menghilang. Membuat sang satpam sekolah itu merasa was-was, takut-takut sedang dipermainkan oleh makhluk tak kasat mata. Pak Jarwo ngacir ketakutan tak tentu arah.

Dibalik ruangan sana, yakni ruang osis Ayyan misuh-misuh tidak karuan sembari berusaha membuka knop pintu ruangan itu.

"Argh... Woi buka! Buka pintunya!" Teriak Ayyan.

BRAK. BRAK. BRAK.

"Lo mau kerem anak orang sampe mati hah?!!! Pak Jarwo.... buka pintunya!!!"

BRAK. BRAK. BRAK.

Alana hanya memandangi tingkah cowok itu dari tempat duduknya. "Ck. Sampe kapan lo mau teriak-teriak gak jelas kayak orang gila gitu. Sampe tenggorokan lo kering juga gak bakalan ada yang denger. Ini udah mau maghrib, pak Jarwo pasti udah balik."

Ayyan menoleh greget cewek tomboy itu. Bisa-bisanya ia santai disituasi seperti ini, ini sudah terlarut sore ia masih terkurung didalam ruangan. Ia membuka ponselnya menghubungi siapapun yang bisa dihubungi. Tapi nihil, ceklis satu abu-abu, semua tidak ada yang aktif.

Ayyan menatap cewek didepannya itu yang sedang duduk santai sembari mencoret-coret kertas didepannya.

"Lo sengaja kan, sekongkol sama Lutfi buat ngunci ruangan ini biar lo bisa lama-lama sama gue? Ngaku lo!" Ujar Ayyan

Alana menatap balik Ayyan dengan gaya bibirnya yang menceng. "Hiiiiieeehh... Pede banget lo, najis gue barengan sama lo."

"Mana ada maling ngaku." Ujar Ayyan "Kalo mau deket-deket gue bukan gini caranya."

"Hiiih mendingan sih gue deket sama pemulung sampah daripada sama orang kayak lo." Sinis Alana

DEP.

Gelap, petang, dan hitam. Listrik ruangan itu mati. Listriknya tak berfungsi, membuat suasana kembali mencenkam horor. Tapi Ayyan tetap santai tak merasa takut sedikitpun. Ia berjalan meraba-raba dinding mencari benda putih yang bernama saklar. Setelah menemukannya, 'Tak'. Ternyata benar, listriknya benar-benar mati tak memancarkan cahaya. Bahkan hanya ada samar-samar bayangan hitam tak jelas.

Ia berbalik badan seraya berucap. "Pantes kelakuan lo sama kayak sampah dijalanan." Kata Ayyan pedas.
Hening...

Hening...

Tak ada suara yang menyahut. Biasanya jika ia mengatakan hal-hal yang cukup menusuk pedas, cewek itu akan langsung menimpalinya. Itulah membuatnya tertantang dengan sipat Alana. Tapi ini tidak, cewek itu tidak menyahutinya. Ayyan sedikit mengerutkan keningnya. Ia tak melihat apapun karena begitu gelap.

"Kenapa diem, ngrasa kan lo kalo selama ini sipat sama kelakuan lo kayak sampah." Kata Ayyan lagi.

Hening....

Al La Na [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang