I'm Only Me When I'm With You | Chapter 15

Start from the beginning
                                        

    "Luna, apa pekerjaan kamu sudah selesai di New York?"

    "Sudah, Dad. I have finished all of my work for this week." balas Lunaby sebelum kembali bertanya, "Ada apa, Dad?"

    "Dadda ingin bertemu dengan kamu, apa boleh?"

    Lunaby terdiam, karena tidak biasanya Ayahnya akan meminta izin kepadanya seperti ini. Biasanya pria itu akan langsung menentukan tempatnya, atau datang ke tempat Lunaby dengan dalil memberikan kejutan. "Tentu saja, Dadda ingin kita bertemu di mana?"

    "Di rumah."

    Keheningan pun seketika menyelimuti keduanya, yang untungnya dengan cepat Ayah Lunaby hilangkan dengan pertanyaan dari pria itu, "My Girl, bisa kita bertemu di rumah Dadda?"

    Lunaby membuang nafasnya berat, terlalu sulit baginya untuk menerima tawaran itu, terutama setelah sepuluh tahun lamanya Lunaby tidak pernah kembali ke rumah tersebut. "Kita bisa bertemu di California right? Or New York? Just like the usual."

    "Luna, My Girl."

    "Dad, please, you know—"

    "Ibumu sakit, Luna. Dan kondisinya kian memburuk." potong Ayah Lunaby yang seketika membuat Lunaby terdiam di tempatnya. Walau perkataan Ibunya sangat membekas di ingatannya, tetapi mengetahui bagaimana kondisi Ibunya saat ini cukup membuat Lunaby terdiam lemas.

    Ayahnya memang sesekali menyinggung perihal Ibunya yang sedang sakit, tetapi Lunaby tidak mempunyai pikiran bahwa penyakitnya akan membuat kondisi wanita tua itu menjadi kian memburuk.

    "Lunaby,"

    Lunaby mengangkat dagunya, sebisa mungkin untuk tidak membuat air matanya terjatuh dan membasahi pipinya. "Semoga ia lekas sembuh, Dad."

    "Luna, bagaimanapun juga ia tetaplah Ibumu, bukan? Wanita yang Dadda cintai."

    "Semua orang yang menikahi wanitanya sudah pasti karena mereka mencintai wanitanya, Dadda."

    "Lunaby," panggil Ayahnya dengan lirih, "Pulang ya? Temui Ibumu, dia sangat merindukanmu."

    "Dadda tahu alasan kenapa Luna bisa berakhir di California dan New York." balas Lunaby dengan cepat, juga dengan air mata yang mulai mengalir.

    Terdengar helaan nafas panjang di seberang sambungan, mendengar itu, Lunaby sangat mengetahui bahwa Ayahnya saat ini sedang menahan entah emosinya atau kekecewaannya. "Luna, Dadda tidak pernah meminta apapun dari kamu selama ini, Dada selalu mendukung kamu, karena Dadda yakin kalau kamu bisa, dan kamu membuktikan itu semua."

    "Tetapi Luna, My Girl, Dadda meminta kamu untuk menjenguk Ibumu, karena Dadda sudah tidak kuat lagi melihat tangisan Ibumu setiap harinya. Tangisan wanita yang aku cintai, yang selalu menyebut nama putri kami di setiap detiknya."

    "Luna, Dadda benar-benar hanya minta satu itu dari kamu. Temui Ibumu lagi, Sayang. Dadda mohon kepada kamu."

    "Kembali pulang, Sayang, kembalilah pulang." lanjut Ayahnya dengan lirih. Lunaby yang mendengar itu menggeleng pelan, karena baginya, permintaan Ayahnya kali ini sangatlah berat untuknya. Berat karena hubungan antara Lunaby dan Ibu serta Kakaknya yang tidak pernah baik sejak sepuluh tahun silam.

    "Dad—"

    "Lunaby, Dadda hanya ingin menyampaikan itu. Dadda harap kamu mau memikirkannya, Dadda jujur saja tidak sanggup lagi melihat keadaan Ibumu yang seperti ini. Dan Luna, My Girl, alasan Dadda meminta kamu seperti ini tidak lain tidak bukan ialah, Dadda tidak ingin membuat kamu menyesal di kemudian harinya. Dadda mencintai dan merindukan kamu, My Girl Lunaby." ujar pria tua itu sebelum akhirnya memutuskan sambungan antar keduanya dengan cara sepihak, dan meninggalkan Lunaby yang sedari tadi hanya terdiam di tempatnya.

I'm Only Me When I'm With You [COMPLETED]Where stories live. Discover now