"Iya pak, saya asli Bandung. Pak Darman sendiri asli Jakarta?" Jawab Hesti sambil menanyakan kota kelahiran pak Darman.

"Bapak bukan asli orang Jakarta dokter. Bapak teh dilahirkan di Bandung, lalu bapak merantau ke Jakarta mencari pekerjaan yang mapan. Eeehh malah kedapetan jadi sopir di Jakarta." Jawab pak Darman yang masih fokus dengan jalanan.

"Pak Darman teh orang sunda... Hesti pikir pak Darman asli Jakarta... Gak masalah mau bekerja sebagai apa pak, yang penting teh uangnya halal atuh. Panggil Hesti aja ya pak!" Ucap Hesti melihat pak Darman dengan senyum yang diangguki oleh pak Darman.

"Neng Hesti teh betah di Jakarta?" Tanya pak Darman.

"Betah atuh pak. Di Jakarta teh, Hesti dapat keluarga baru kayak pasien Hesti di sini." Jawab Hesti tersenyum gingsul.

"Neng Hesti Dr. Sp. Kanker ya seinget bapak..." Ucap pak Darman.

"Iya pak. Memang kenapa ya pak?" Jawab Hesti sambil penasaran kenapa tiba-tiba pak Darman menanyakan pekerjaannya.

"Di Bandung, bapak teh punya kenalan neng, Pemilik Rumah Singgah Anak Kanker. Siapa tahu neng Hesti mau memberi mereka semangat, denger-denger neng Hesti idola anak Sp. Kanker di RS. Jaya Abadi kan." Ucap Pak Darman membuat Hesti tertarik ingin ke rumah singgah itu.

"Pak Darman bisa aja... Boleh minta alamat rumah singgahnya pak?" Jawab Hesti menanyakan alamat Rumah Singgah Anak Kanker itu.

Pak Darman memberhentikan mobilnya karna memang sudah sampai di bandara. Pak Darman keluar dan mengambil koper milik Hesti, dan Hesti keluar dari mobil mengambil alih kopernya dari pak Darman.

"Nuhun pak Darman." Ucap Hesti.

"Sami-sami neng Hesti. Ini kartu nama pemilik rumah singgah anak kanker, disitu ada alamatnya." Jawab pak Darman sambil menyerahkan kartu nama pada Hesti dan Hesti menerimanya.

"Pak Darman, Hesti pamit... Titip salam buat Dr. Reza terima kasih untuk tumpangannya. Tolong sampaikan ke Dr. Reza untuk membuka amplop yang tertulis to:anak-anak hebat, di situ ada CD. tolong bilang ke Dr. Reza bahwa CD diputar waktu tgl 2 januari saja ya pak. Terima kasih, Assalamualaikum pak." Pamit Hesti tersenyum gingsul sebelum masuk ke bandara.

"Iya in shaa allah nanti bapak sampaikan. Hati-hati ya neng Hesti! Wa'alaikumussalam." Jawab pak Darman tersenyum.

"Dia memang gadis yang tulus. Terlihat dari cara bicaranya kepada seseorang. Semoga kau selalu bahagia neng Hesti." Doa pak Darman memandang tubuh mungil Hesti yang sudah tak terlihat lagi.

Hesti duduk di kursi tunggu sambil memegang HPnya memastikan bundanya tidak apa-apa di sana dengan cara menanyakannya pada ayahnya hingga Hesti teringat sesuatu.

"Oh iya aku lupa..." gumam Hesti menepuk dahinya pelan lalu kembali fokus ke HPnya mencari kontak seseorang.

"Assalamualaikum."

"...."

"Tidak ada yang ketinggalan kok dokter. Saya hanya ingin bilang, kalo surat yang saya titipkan tadi diberikan waktu Putri selesai kemo saja ya dokter."

"...."

"Saya mau mereka fokus dulu ke kesembuhan Putri."

"...."

"Terima kasih Dr. Reza. Maaf mengganggu."

"...."

"Yasudah kalo begitu dokter. Assalamualaikum."

"...."

Hesti menutup teleponnya dan beranjak dari duduknya karna pesawat yang membawanya kembali ke Bandung sudah tiba.

DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang