"Dr. Hesti..." ucap Reza mengerutkan keningnya.

"Selamat sore Dr. Reza! Apakah saya mengganggu?" Ucap Hesti sembari tersenyum di depan Reza.

"Sore Dr. Hesti... Tidak, silahkan duduk dokter! Ada yang bisa saya bantu?" Tanya Reza mempersilahkan Hesti duduk.

"Begini Dr. Reza.... maaf saya harus pulang hari ini juga, karna bunda lagi sakit di Bandung. Maaf dokter,jika kepulangan saya tidak sesuai jadwal." Jawab Hesti menunduk.

"Harus hari ini juga dokter? Kenapa tidak besok pagi saja?" Tanya Reza lagi.

"Tidak bisa dokter... Bunda saya sudah memanggil-manggil nama saya. Saya takut jika terjadi apa-apa... Tolong izinkan saya untuk pulang Dr. Reza!" Pinta Hesti memohon membuat Reza mengijinkannya.

"Baiklah Dr. Hesti.... saya mengijinkanmu untuk kembali ke Bandung." Jawab Reza membuat Hesti tersenyum lega dan Reza membalasnya.

"Terima kasih dokter. Oh iya, apakah saya boleh minta tolong?" Tanya Hesti diangguki oleh Reza. Hesti memberikan kotak itu pada Reza.

"Di dalam situ ada beberapa surat yang sudah saya beri nama. Saya minta tolong dokter berikan surat ini pada seseorang yang namanya ada di setiap amplop. Saya tidak bisa pamit pada mereka, karna saya buru-buru dokter. Oleh sebab itu saya minta tolong pada Dr. Reza." Jelas Hesti membuat Reza sedikit mengerutkan kening saat melihat beberapa surat di dalamnya.

"Boleh. Nanti saya akan kasih ke mereka." Jawab Reza tersenyum membuat Hesti membalas senyum itu.

"Oohh iya, Dr. Reza ini berkas yang berhubungan dengan Ilham. Dan 2 minggu yang lalu dia sudah melakukan kemo tahap pertama. Saya minta tolong pada Dr. Reza untuk melakukan kemo Ilham selanjutnya." Pinta Hesti.

"Kau pergi meninggalkan banyak sekali kerjaan kepadaku Dr. Hesti!" Jawab Reza bergurau membuat Hesti tersenyum.

"Maaf Dr. Reza..." Ucap Hesti.

"Tidak apa-apa. Saya hanya bercanda Dr. Hesti!" Jawab Reza.

Hesti beranjak dari duduknya dan menyalami Reza tanda terima kasih.

"Terima kasih atas kerja samanya Dr. Hesti...Semua pasien kanker di sini, sangat mengidolakanmu. Saya harap ini bukan terakhir kalinya Dr. Hesti kesini, kalo ada waktu luang Dr. Hesti bisa main kesini..." Ucap Reza tersenyum.

"Sama-sama dokter. Justru saya yang seharusnya berterima kasih karna saya sudah disambut hangat di sini dari mulai awal saya bekerja sampai sekarang. Semoga Dr. Reza tidak kapok mengajak saya bekerja sama...." Jawab Hesti sedikit bergurau mencairkan suasana membuat Reza tertawa kecil.

"Tentu tidak Dr. Hesti... justru saya berpikir untuk memindahkanmu bekerja dari RS cabang ke RS pusat." Jawab Reza.

"Terima kasih Dr. Reza atas tawarannya, saya akan meminta ijin dulu pada kedua orang tua saya. Saya permisi dulu, Assalamualaikum." Jawab Hesti membalikkan badan.

"Wa'alaikumussalam. Dr. Hesti... pak Darman sudah menunggu di parkiran dokter." Ucap Reza membuat Hesti membalikkan badannya lagi.

"Terima kasih Dr. Reza." Jawab Hesti meninggalkan ruangan Reza.

Hesti menuju keluar dari rumah sakit pusat ini dengan membawa tas dan barang-barangnya di kardus. Otomatis Hesti harus melewati bagian resepsionis.

"Kok Dr. Hesti pake bawa kardus segala?? Mau kemana?" Tanya Jihan dalam hati saat melihat Hesti hendak keluar rumah sakit. Jihan langsung berlari mendekati Hesti.

"Dr. Hesti!!" Panggil Jihan yang sudah berada di samping Hesti.

"Astaghfirullah... Jihan kamu ngagetin aja!" Istighfar Hesti mengelus dadanya karna kaget. Jihan hanya nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Maaf dokter... Dr. Hesti mau kemana? Kok barang-barangnya di keluarin dari ruangan?" Tanya Jihan melihat kardus yang ada di pelukan Hesti.

"Saya mau balik ke Bandung." Jawab Hesti seadanya.

"Apa?? Malam ini juga dokter?" Tanya Jihan masih terkejut dan Hesti menjawabnya dengan mengangguk.

"Kenapa dokter? Gak betah di sini? Atau ada yang nyakitin Dr. Hesti lagi??" Tanya Jihan khwatir seperti tak ingin dokter di depannya itu pergi.

"Gak kok Jihan. Saya betah di sini dan Gak ada yang nyakitin saya atau berniat jahat sama saya. Tapi saya memang harus pulang, bunda saya sakit di sana...." Jelas Hesti.

"Astaga... maaf Dr. Hesti, Jihan gak tahu." Ucap Jihan.

"Gak apa-apa Jihan. Saya pamit ya, makasih selama ini sudah mau jadi teman saya. Maaf kalo ada kata-kata saya yang bikin kamu sakit hati..." Ucap Hesti membuat Jihan sedikit berkaca-kaca karna Jihan sudah menganggap Hesti kakaknya.

Jihan berhambur memeluk Hesti yang sudah meletakkan kardusnya di lantai.

Hesti membalas pelukan Jihan dan mengelus punggung Jihan.

"Dr. Hesti gak pernah bikin Jihan sakit hati... kata-kata Dr. Hesti selalu bikin Jihan kagum sama dokter. Justru Jihan minta maaf karna selama ini selalu jahilin Dr. Hesti. Jihan sudah anggap dokter sebagai kakak Jihan..." Ucap Jihan dengan air mata di pipi.

Hesti melepaskan pelukannya dan memegang kedua bahu Jihan lalu tersenyum.

"Terima kasih sudah mau menganggap saya sebagai kakakmu. Justru kak Hesti akan kangen sama kamu yang jahil. Selalu jadi Jihan yang kak Hesti kenal ya... jangan pernah berubah!" Jawab Hesti tersenyum menghapus air mata Jihan yang ada di pipi.

Jihan semakin tak rela melepaskan Hesti untuk kembali ke Bandung saat Jihan mendengar Hesti bilang "kak Hesti".

"Panggil saja kak Hesti ya!" Ucap Hesti tersenyum memperlihatkan gingsulnya.

Jihan tidak bisa bicara apa-apa, dia hanya bisa mengangguk menjawab ucapan Hesti.

"Kak Hesti pamit dulu ya Jihan. Assalamualaikum." Pamit Hesti tersenyum sambil mengambil kardus yang di lantai.

"Hati-hati ya Kak Hesti... wa'alaikumussalam." Jawab Jihan melihat punggung Hesti semakin menjauh dan menghilang.

"Terima kasih.... kak Hesti..." Gumam Jihan tersenyum dalam tangisnya.

DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU Where stories live. Discover now