Ada seseorang menepuk bahu Rafa pelan membuat Rafa menoleh ke arahnya.

"Thanks Raf... lo udah rela ngorbanin perasaan lo demi kakak gue. Tapi sepertinya Hesti sudah punya seseorang di hatinya, dan itu bukan lo ataupun Lutfar." Sahut seseorang itu yang ternyata Lutfi. Rafa mengerutkan keningnya mendengar ucapan Lutfi.

"Apa Hesti sudah punya pacar?" Tanya Rafa mengira seseorang yang ada di hati Hesti adalah pacarnya.

Lutfi menggelengkan kepalanya membuat Rafa semakin penasaran siapa seseorang yang ada di hati Hesti.

"Terus siapa?" Tanya Rafa penasaran.

"Nanti gue kenalin lo sama dia." Jawab Lutfi dan Rafa hanya mengangguk pasrah.

Kantin RS.

Reza dan Aulia duduk di bangku kantin RS. Mereka memesan makanan yang sama dan Reza yang mentraktir sesuai janjinya tadi pada Aulia. Reza dan Aulia sudah selesai makan.

"Ok sekarang Dr. Aulia bisa bilang apa yang pengen Dr. Aulia omongin?" Tanya Reza pada Aulia yang masih minum.

Aulia masih fokus dengan minumnya membuat Reza tersenyum melihat Aulia yang seperti anak kecil.

"Dr. Aulia itu kecil-kecil tapi makannya lumayan ya..." goda Reza membuat Aulia malu.

Fadil masuk ke area kantin untuk membeli sesuatu. Mata Fadil tak sengaja melihat Reza dan Aulia berduaan makan di salah satu bangku kantin.

Senyum jahil terukir di bibir Fadil, lalu Fadil menghampiri mereka berdua.

"Ekhhemm... ada yang asik berduaan nih!" Goda Fadil pada sahabatnya. Reza dan Aulia menoleh ke sumber suara.

"Hay bro!" Sapa Reza berdiri menyalami Fadil sedangkan Aulia tetap duduk masih fokus dengan minumnya.

"Sibuk banget sama minumnya sampai gak dijawab sapaan orang." Sahut Fadil menyindir Aulia dan Aulia hanya nyengir.

"Tau tuh! Kecil-kecil makannya banyak banget." Jawab Reza membuat Aulia cemberut.

"Kan Aulia cuman makan satu piring Dr. Reza." Bantah Aulia membuat Reza tertawa kecil.

Fadil hanya mengamati kedua teman di depannya itu.

"Hati-hati za! Nanti lo kepincut lagi sama Aulia." Bisik Fadil pada Reza membuat Reza memukul pelan perut Fadil

"Ngaco lo! Gue udah anggap dia sebagai adik gue." Jawab Reza berbisik pada Fadil.

Fildan hanya tersenyum dan mengangkat bahunya.

"Gue pergi dulu mau beli sesuatu buat Putri. Oh iya dilanjutin ya berduaannya..." pamit Fadil menggoda Reza dan Aulia. Reza tidak menanggapi ucapan Fadil dan kembali duduk.

"Dr. Aulia mau ngobrol tentang apa?" Tanya Reza lagi.

"Jadi gini Dr. Reza. Lima hari yang lalu, Aulia ngelakuin tes darah pada Putri dan hasil tes menunjukkan bahwa kanker Putri harus segera di bersihkan. Aulia sudah tanya ke Hesti dan Hesti bilang satu minggu lagi Putri harus dikemoterapi tepat tanggal 2 Januari. Hesti minta Aulia buat ngasih tahu ke Dr. Reza makanya itu sekarang Aulia kasih tahu Dr. Reza." Jelas Aulia membuat Reza heran.

"Kenapa harus bilang ke saya? Kan Dr. Hesti bisa menanganinya." Tanya Reza heran.

"Nah itu Aulia juga mikir kenapa harus bilang Dr. Reza kalo Hesti sendiri bisa nanganinnya. Kata Hesti karna Dr. Reza sahabat dari kak Fadil." Jawab Aulia membuat Reza merasa sedikit ada yang ganjil. Namun Reza mengiyakan jawaban Aulia.

Koridor Sp. Kanker.

Hesti menuju ke ruangan Putri untuk memberitahukan bahwa satu minggu lagi akan dilakukan kemoterapi untuk Putri.

Sedangkan Fadil buru-buru ke ruangan Putri takut Putri sudah terbangun dan dia tidak ada di sana.

Sangking terburunya Fadil sampai dia tidak sadar ada seorang yang berjalan di depannya.

Brukk...

Fadil menabrak seseorang di depannya dan membuat orang itu hampir terjatuh, namun dengan cepat Fadil menangkap tubuhnya agar tidak terjatuh menyentuh lantai.

Fadil tidak berkedip melihat seseorang yang ada direngkuhannya sekarang, sedangkan orang itu masih menutup matanya karna takut dia akan terjatuh tadi tapi ternyata tidak.

Perlahan orang itu membuka matanya dan betapa terkejutnya dia melihat orang yang merengkuhnya sekarang.

Sempat diam sesaat sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Apa gue bisa milikin lo Hes?" Gumam Fadil dalam hati sambil menatap orang yang direngkuhnya dan ternyata adalah Hesti.

"Aku takut, perasaan ini hanya perasaan sepihak saja kak Fadil." Gumam Hesti dalam hati menatap Fadil.

Beberapa saat kemudian mereka tersadar dari pikiran mereka masing-masing dan membenarkan tubuh mereka masing-masing.

"Maaf Hes. Gue gak sengaja tadi nabrak lo, gue buru-buru takut Putri sudah bangun dan gue gak ada di sana." Ucap Fadil minta maaf.

"Gak apa-apa kak. Terima kasih karna udah nyelamatin Hesti. Jadi, Hesti gak nyium lantai deh." Jawab Hesti berterima kasih dengan senyum gingsulnya.

"Kebetulan ketemu kak Fadil di sini, Hesti mau ngomongin sesuatu kak. Tapi sambil ke ruangan Putri ya..." lanjut Hesti berjalan duluan ke ruangan Putri dan Fadil mengikutinya di belakang.

"Jadi gini kak, satu minggu lagi Putri harus dikemoterapi untuk meminimalisir kankernya." Ucap Hesti membuat Fadil sedikit berpikir.

"Satu minggu lagi?" Tanya Fadil memastikan dan dijawab anggukan oleh Hesti.

"Satu minggu lagi itu tanggal berapa Hes?" Tanya Fadil.

"Tanggal 2 Januari." Jawab Hesti singkat padat dan jelas.

Fadil baru teringat satu hari setelah tanggal itu adiknya akan berulang tahun, dia takut adiknya tidak akan tersenyum saat ulang tahunnya nanti.

Mereka sudah sampai di depan ruangan Putri, namun Hesti berhenti.

"Gimana kak? Kak Fadil mengijinkan Putri untuk melakukan kemoterapi satu minggu lagi kan?" Tanya Hesti pada Fadil dan Fadil masih berpikir.

DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang