"Kamu boleh tanya apapun dek." Jawab Fadil membuat Putri tersenyum tipis.

"Kakak cinta sama kak Shinta?" Tanya Putri hati-hati karna takut menyinggung perasaan kakaknya.

"Kalo kakak gak cinta sama kak Shinta mungkin kakak udah putusin dia Put." Jawab Fadil sedikit ragu.

"Kak Fadil gak bohong kan?" Tanya Putri pada Fadil.

"Gak." Jawab Fadil membohongi perasaannya.

"Aku pikir kak Fadil suka sama kak Hesti." Ucapan Putri membuat Fadil terdiam sesaat.

"Ya-Ya gak lah... kan Hesti cuman dokter yang merawat kamu Put." Jawab Fadil bohong.

Putri bisa melihat kakaknya berbohong.

"Mulut kakak memang berkata tidak suka tapi mata kak Fadil gak bisa bohong kak." Gumam Putri, sayang gumaman itu hanya ada di dalam hati.

"Emang kenapa Put?" Tanya Fadil pada Putri membuat lamunan Putri buyar.

"Gak apa-apa kok kak. Putri cuman pengen tahu aja." Jawab Putri membuat Fadil manggut-manggut.

"Tapi kalo semisal wanita yang di samping kakak saat ini tidak mencintai kakak dengan tulus. Apa yang akan kak Fadil lakuin?" Tanya Putri lagi membuat Fadil mengerutkan kening.

"Mungkin kakak akan ninggalin dia saat itu juga." Jawab Fadil.

"Kalo kak Shinta seperti itu gimana?" Tanya Putri justru membuat Fadil tertawa.

"Hahaha... kamu ngomong apasih Put." Jawab Fadil tidak percaya bahwa Shinta hanya memanfaatkannya.

"Tuh kan!! Pasti kak Fadil gak percaya." Keluh Putri dalam hati.

Koridor Sp. Umum

Rafa memasuki koridor Sp. Umum dan mulai mencari ruang rawat Hesti.

Namun Rafa menyipitkan matanya saat melihat seorang pasien yang berjalan gontai tidak menggunakan selang infus dan tidak ada yang menemaninya.

Rafa menghampiri pasien itu yang berjalan berlawanan dengannya.

"Permisi... mari saya bantu." Ucap Rafa mengulurkan tangannya pada pasien itu.

"Tidak perlu... saya bisa sendiri. Terima kasih." Jawabnya tidak melihat Rafa karna masih fokus dengan jalannya.

Rafa mengerutkan keningnya.

"Dr. Hesti?" Ucap Rafa membuat pasien itu menoleh ke arahnya.

"Dr. Rafa? Kok di sini?" Tanya Hesti pada Rafa sambil meletakkan tangannya ke dinding agar tidak jatuh.

"Iya... saya kesini mau cari dokter. Katanya Dr. Hesti sakit, yaudah deh saya kesini" jawab Rafa membuat Hesti manggut-manggut.

"Dr. Hesti mau kemana? Kok gak pake kursi roda aja." Tanya Rafa.

"Saya bosen di dalam ruang rawat terus... akhirnya saya berpikir untuk ke nenek Halimah." Jawab Hesti.

"Dr. Hesti kan lagi sakit... nenek Halimah juga pasti ngerti kok." Ucap Rafa care pada Hesti.

"Tapi saya sudah janji dokter. Dan saya gak mau ada yang kecewa lagi karna saya tidak menepati janji saya." Jawab Hesti membuat Rafa tersenyum samar.

"Yaudah kalo gitu... saya ambilin kursi roda dulu ya Dokter." Ucap Rafa hendak mengambil kursi roda namun dicegah oleh Hesti.

"Tidak perlu Dr. Rafa... kalo pakai kursi roda justru saya makin capek, mending saya jalan aja." Cegah Hesti membuat Rafa berpikir sejenak.

"Yaudah tapi saya papah ya... biar gak jatuh." Ucap Rafa sambil mengambil alih tangan Hesti dan mengalungkannya pada pundak Rafa.

"Terima kasih Dr. Rafa." Jawab Hesti tersenyum.

Saat menuju ke ruangan nenek Halimah, ada seseorang yang tidak sengaja melihatnya, yaitu Shinta. Rencana jahatnya mulai terpikir di otaknya dan tersenyum licik.

Shinta berpura-pura berjalan seperti biasa dan saat sudah dekat dengan Hesti, Shinta menyenggol Hesti dengan sengaja dan menggoreskan sesuatu ke tangan Hesti.

"Eeee... Dr. Hesti gak apa-apa?" Tanya Rafa sambil menahan tubuh Hesti yang hampir jatuh karna disenggol Shinta.

Hesti melirik seseorang yang menyenggolnya.

"Shinta." Gumam Hesti dalam hati.

Setelah itu, Hesti meringis karna merasakan sakit di tangannya. Tangan Hesti sebelah kiri memegangi tangannya yang sebelah kanan yang dirasa sakit oleh Hesti.

Rafa melihat Hesti seperti kesakitan dan melihat ada luka goresan benda tajam di tangan kanan Hesti.

"Dr. Hesti, tangan kanannya kenapa? Itu berdarah loh." Ucap Rafa sambil menunjuk ke luka yang di tangan Hesti.

"Gak apa-apa Dr. Rafa..." jawab Hesti meringis kesakitan.

"Tapi luka itu sepertinya dalam sekali. Kita obati dulu ya dok." Ucap Rafa membuat Hesti menolaknya.

"Tidak perlu dokter. Nanti saya bisa obati sendiri di ruangan nenek Halimah." Jawab Hesti.

Rafa menghela nafas pasrah dan memapah Hesti menuju ke ruangan nenek Halimah.

"Gimana Hes?? Sakit kan? Tapi itu gak sebanding rasa sakit gue saat ngelihat Fadil yang melihat Lo dengan penuh cinta!!" Gumam Shinta lirih dengan tersenyum licik.

DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU Where stories live. Discover now