"Nih minum dulu pak dokter!" Ucap Lutfi sambil memberikan segelas air putih.

"Thanks." Jawab Rafa.

"You're welcome. Gimana kabar lo?" Jawab Lutfi sambil menanyakan kabar sahabatnya yang lumayan lama tidak bertemu meskipun satu rumah sakit.

"Alhamdulillah baik. Lo sendiri gimana?" Jawab Rafa sembari menanyakan kabar Lutfi.

"Yaa... seperti yang lo lihat sekarang." Jawab Lutfi menunjuk dirinya sendiri dengan tersenyum. Rafa mengangguk menjawab ucapan Lutfi.

"Gini Fi... gue kesini sebenarnya ada perlu sama lo." Ucap Rafa mengutarakan maksudnya.

"Lo kenal Dr. Hesti? Dokter Sp. Kanker di rumah sakit ini" tanya Rafa to the poin membuat Lutfi sempat mengerutkan keningnya.

"Kenal. Lo juga kenal dia?" Jawab Lutfi sembari menanyakan apakah sahabatnya ini juga mengenal Hesti.

"Iya gue kenal dia baru beberapa hari yang lalu." Jawab Rafa membuat Lutfi manggut-manggut.

"Tapi kok lo bisa kenal dia? Perasaan dia gak pernah kemana-mana deh selain di ruangannya atau di kantin." Tanya Lutfi heran.

"Hhmm... kita bahas lain waktu aja ya Fi. Gue buru-buru nih! Gue denger-denger Hesti sedang sakit, lo tau gak ruang rawat dia dimana?" Tanya Rafa.

"Okok no problem... Hesti di rawat di R. VVIP 5 Umum." Jawab Lutfi membuat Rafa manggut-manggut.

"Thanks bro... sorry ya gue harus pamit sekarang karna ini menyangkut keselamatan pasien gue." Ucap Rafa.

"Yaelah lo mah buru-buru banget sih!!" Jawab Lutfi sambil mengantarkan Rafa ke depan ruangannya.

"Sorry lah... nanti kalo ada waktu luang gue bakal main ke ruangan lo seharian dah." Ucap Rafa membuat Lutfi memasang wajah biasa.

"Gak mungkin lo ada waktu seharian free. Lo kan dokter jantung, pasien lo lebih banyak daripada pasien gue. Nanti gue aja yang main kesana." Jawab Lutfi membuat Rafa terkekeh.

"Yaudah gue duluan ya bro..." pamit Rafa dijawab anggukan oleh Lutfi.

R. VVIP 5 Umum.

Hesti bosan tidak melakukan apapun sama sekali, tidak ada teman bicara. Apalagi dengan keadaannya yang sedang sakit, dia agak lebih susah melakukan apapun.

"Bosen banget di sini... sendirian lagi." Ucap Hesti cemberut.

"Aku ke ruangan nenek Halimah aja." Lanjut Hesti dengan wajah senang.

Hesti berusaha melepas infusnya. Dia seorang dokter, jadi dia tahu tata cara melepas infus yang benar bukan seperti yang dilakukan Shinta malam itu. Hesti memasang handsaplash di tangan bekas infusnya.

Hesti mulai menuruni ranjangnya dan mencoba berdiri meskipun belum seimbang.

"Bismillahirrahmanirrahim." Ucap Hesti lirih sambil melangkahkan kakinya perlahan meninggalkan ruang rawatnya.

R. VVIP 220 Sp. Kanker.

Putri hanya bersama kakak tercintanya di sini. Sedangkan Shinya sudah diantar Fadil pulang ke rumah Fadil supaya istirahat dan tidak membuatnya risih jika selalu di sampingnya.

Putri ingin mengatakan sesuatu pada kakaknya tapi dia takut Shinta akan berbuat jahat kepadanya.

Putri memberanikan diri untuk berbicara kepada kakaknya.

"Kak." Panggil Putri lirih namun masih terdengar oleh Fadil.

"Kenapa dek?" Tanya Fadil.

"Hhmmm... Putri boleh tanya gak?" Tanya Putri balik pada Fadil. Fadil berdiri dan menghampiri adiknya yang terduduk di ranjang rumah sakit.

DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang