Aulia melirik Rani sekilas dan ikut tersenyum.

"Gue kangen senyum tulus lo itu Ran." Gumam Aulia dalam hati.

"Sekarang kan Ilham sudah ketemu Dr. Hesti... kangennya udah terobati kan pastinya?? Sekarang balik ya... Ilham harus istirahat biar bisa cepat sembuh kan??" Ucap ibunda Ilham yang tib-tiba berdiri menghampiri Ilham. Ilham mengangguk menjawab ucapan ibundanya.

Ibunda Ilham mengalihkan pandangannya pada Hesti dan tersenyum. Hesti membalas senyum ibunda Ilham dengan lemah.

"Dr. Hesti cepat sembuh ya... pasiennya pada kangen tuh! Pengen diperiksa Dokter lagi... doa kita selalu menyertaimu Dr. Hesti." Ucap Ibunda Ilham mencium kening Hesti.

Hesti merasakan ciuman itu, membuatnya merindukan bundanya. Mata Hesti berkaca-kaca dan berusaha untuk tetap tersenyum.

"Terima kasih bu." Jawab Hesti. Setetes air mata Hesti jatuh dan langsung ada tangan mungil yang menghapusnya.

"Jangan nangis ya Dr. Cantik!!" Pinta Ilham membuat Hesti mengangguk.

"Selamat istirahat Ilham, adik Dokter yang paling tampan." Goda Hesti membuat Ilham tersenyum.

"Dadahhh Dr. Cantik..." ucap Ilham melambaikan tangannya.

Kursi roda Ilham di dorong ibunda Ilham sedangkan Rani tetap di ruang rawat Hesti.

Rani menghampiri ranjang Hesti.

"Gimana keadaan lo Hes?" Tanya Rani menanyakan kabar Hesti.

Hesti senang Rani menanyakan kabarnya.

"Gue gak apa...." jawaban Hesti terpotong oleh Aulia.

"Lo kemana aja!! Lo tau gak tadi pagi Hesti hampir sekarat.... lo tau gak???" Potong Aulia dengan nada emosi karna Rani yang kost.annya lebih dekat dengan rumah sakit justru tidak tahu menahu dengan kondisi Hesti tadi pagi.

Rani terkejut mendengar penuturan Aulia. Sahabatnya tadi pagi hampir sekarat tapi dia tidak mengetahui itu.

"Beneran Hes???" Tanya Rani penasaran karna dia belum tahu tentang itu. Senyum Hesti pudar saat Aulia emosi dengan Rani karna tidak tahu tentang kondisi sahabatnya.

"Gue gak apa-apa kok Ran..." jawab Hesti.

"Lo yakin Hes gak apa-apa?? Kenapa Hesti bisa hampir sekarat?" Tanya Rani beralih ke Aulia.

"Ada yang niat jahat ke Hesti dengan cara melepas infus Hesti waktu gue pulang kemarin." Jawab Aulia.

"Lo ninggalin Hesti sendiri??" Tanya Rani sedikit emosi karna Aulia malah meninggalkan Hesti sendiri saat Hesti dalam keadaan sakit.

"Lo gimana sih Aul!! Hesti itu lagi sakit... dan dia gak bisa berbuat banyak kalo ada yang mau niat jahat ke dia!! Lo malah ninggalin dia lagi!! Mana peduli lo haa!!!" Lanjut Rani emosi.

"Apa lo bilang??? Lo bilang gue gak ada rasa peduli sama Hesti??? Intropeksi deh lo!!! Lo sendiri kemana dari kemarin haaa??? Lo sama sekali gak jagain Hesti!!" Jawab Aulia sambil menunjuk dada Rani.

Hesti tidak menyangka dua sahabatnya bertengkar karnanya.

"Udah!!! Kalian nih gak capek apa adu mulut terus kayak gitu??? Kalo kalian emang gak ikhlas buat jagain aku... kalian bisa keluar dari sini!! Rani! Aku yang nyuruh Aulia buat pulang kemarin malam dan itu bukan kemauan Aulia sendiri.... Aulia! Terima kasih sudah jagain aku sampe rela pagi-pagi kesini, tapi aku gak mau kamu ngelakuin itu gak dari hati kamu, dengan kamu membahasnya kembali itu justru membuktikan bahwa kamu gak ikhlas ngejagain aku." ucap Hesti menghentikan adu mulut antara Rani dan Aulia.

Baru pertama kali Hesti marah dan itu membuat Rani dan Aulia terkejut.

"Hes, maksud gue bukan gitu." Jawab Aulia namun Hesti mengangkat tangannya meminta Aulia untuk diam.

Hesti memalingkan wajahnya dari kedua sahabatnya.

"Aku mohon kalian pergi dari sini..." pinta Hesti dengan lirih.

Rani dan Aulia keluar dari ruangan Hesti dan di depan mereka masih tetap bertengkar.

"Ini semua gara-gara lo!!" Teriak Rani nunjuk Aulia.

"Apa lo bilang??? Lo yang mulai!!" Jawab Aulia sedikit teriak karna takut pasien terganggu.

Rani dan Aulia berpisah meninggalkan ruangan Hesti ke arah yang berbeda.

Di dalam ruang rawat Hesti, Hesti masih menangis karna melihat kedua sahabatnya bertengkar karnanya.

"Maafin aku... aku cuman gak mau lihat kalian berantem kayak tadi, apalagi gara-gara aku. Untuk kali ini aku pengen sendiri dan aku harap kalian bisa akur setelah aku pulang nanti ke Bandung." Gumam Hesti dalam tangisnya.

R. VVIP 315 Sp. Jantung.

Rafa ke ruangan nenek Halimah karna sudha waktunya nenek Halimah untuk diperiksa dan diberi obat.

"Apa nenek Halimah sudah makan kek?" Tanya Rafa.

"Belum Dr. Rafa. Daritadi dia gak mau makan karna nungguin nak Hesti yang belum datang." Jawab kakek menjelaskan kenapa nenek Halimah tidak mau makan.

"Dr. Hesti belum kemari?" Tanya Rafa memastikan yang dijawab gelengan oleh kakek Hendra.

"Tapi kalo nenek Halimah belum makan, saya juga tidak bisa menyuntikkan obatnya pada infus nenek Halimah kek." Ucap Rafa membuat kakek Hendra khawatir penyakit istrinya akan kambuh.

"Terus gimana ini Dr. Rafa?? Kakek takut penyakitnya kambuh." Jawab kakek Hendra dengan wajah khawatir karna takut kehilangan istri tercintanya.

Rafa berpikir sejenak, dan assistent Rafa membisikkan sesuatu.

"Samperin aja Dr. Hestinya dokter!" Saran assistent Rafa. Rafa mengangguk mengiyakan saran assistentnya.

"Gini aja kek... saya akan minta Dr. Hesti untuk kesini supaya nenek Halimah mau makan." Ucap Rafa membuat kakek Hendra lega.

"Terima kasih banyak Dr. Rafa." Jawab kakek Hendra dan Rafa membalas dengan senyuman.

"Saya tunggu di sini ya Dokter..." Ucap assistent Rafa dan Rafa menjawab dengan anggukan.

Koridor Sp. Kanker

Rafa memutuskan untuk ke ruang rawat ponakkannya karna saat Rafa ke ruangan Hesti, Hesti tidak ada.

R. Anak Sp. Kanker.

"Assalamualaikum." Salam Rafa saat memasuki ruangan itu.

"Wa'alaikumussalam." Jawab seorang dokter di ruangan itu.

"Ada yang bisa saya bantu dokter?" Tanya dokter tersebut dengan tersenyum.

"Saya ingin bertemu dengan anak yang bernama Aisyah, pasien anak Sp. Kanker." Jawab Rafa.

"Mari saya antarkan ke ranjang Aisyah." Ajak seseorang dokter itu.

Dokter itu menunjukkan Rafa dimana ranjang Aisyah.

"Terima kasih Dokter." Ucap Rafa tersenyum.

"Sama-sama dokter." Jawab dokter itu dengan membalas senyum Rafa.

DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU Where stories live. Discover now