"Maaf maaf... gak sengaja." Ucap seseorang yang menabrak Rara tadi.

"Haduhh... sakit banget lagi." Ucap Rara berusaha berdiri tapi tak bisa.

"Sini saya bantu!" Sahut seorang itu mengulurkan tangannya pada Rara.

Rara melihat seseorang yang menabraknya.

"Buusseettt ganteng banget nih dokter..." gumam Rara dalam hati dan terus mengerjapkan matanya.

Seorang yang menabrak Rara memang seorang dokter di RS. Jaya Abadi.

Dokter itu mengerutkan keningnya melihat Rara tidak membalas uluran tangannya.

"Mbak!!" Panggil dokter itu menyadarkan Rara. Rara tersadar dari lamunannya.

"Sini mbak saya bantu!" Ucap dokter itu sekali lagi dengan tetap mengulurkan tangannya. Rara membalas uluran tangan itu.

"Maaf mbak sekali lagi... saya tadi buru-buru." Ucap dokter itu minta maaf.

Rara sibuk membereskan bajunya yang berantakan karna jatuh tadi.

"Iya gak apa-apa dokter... lain kali kalo buru-buru juga lihat jalan dokter, jangan mentingin buru-burunya aja sampai gak lihat jalan. Ohh iya, kenalin saya Rara bukan mbak. Tunggu deh! Kok kayak mirip seseorang ya... Dr. Lutfi ya??" Jawab Rara sembari memperkenalkan dirinya pada dokter itu dan mengulurkan tangannya dengan tersenyum mengira dokter itu Lutfi.

Dokter itu membalas uluran tangan Rara dan tersenyum.

"Saya bukan Lutfi, saya Lutfar." Ucap dokter itu yang ternyata Lutfar.

"Kok ganti nama Dr. Lutfi?" Tanya Rara masih mengira Lutfar adalah Lutfi.

Rara memang sudah mengenal Lutfi karna Putri sudah memperkenalkannya pada Rara.

"Nama saya memang Lutfar bukan Lutfi. Lutfi itu saudara kembar saya." Jawab Lutfar membuat Rara mulai paham.

"Ohh Dr. Lutfi punya kembaran... tapi gantengan kembarannya daripada Dr. Lutfi." Gumam Rara dalam hati.

"Yaudah saya permisi dulu ya... saya buru-buru." Pamit Lutfar meninggalkan Rara. Sedangkan Rara keluar untuk membeli sesuatu untuk Putri.

R. VVIP 315 Sp. Jantung.

Ini waktunya nenek Halimah untuk makan siang, kakek Hendra sudah membujuk nenek Halimah untuk makan tapi nenek Halimah tidak mau.

"Nek... ayo makan ya!" Pinta kakek Hendra hendak menyuapkan nasi ke mulut nenek Halimah tapi nenek Halimah menolak.

"Gak mau kek..." jawab nenek Halimah menggelengkan kepalanya.

"Kalo nenek gak makan... nanti gak sembuh-sembuh." Bujuk kakek Hendra lembut.

"Nenek nungguin nak Hesti kek.. nenek pengen disuapin sama dia." Jawab nenek Halimah membuat kakek Hendra menghela nafas pasrah berharap Hesti akan datang sekarang.

R. VVIP 5 Umum.

Aulia tertidur di samping ranjang Hesti. Jari Hesti bergerak dan dilanjut mata Hesti yang mulai terbuka perlahan.

Hesti mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan melihat Aulia tertidur di sampingnya. Hesti tersenyum lemah melihatnya.

"Kasihan Aulia sampai ketiduran. Mungkin dia kecapekkan karna nungguin aku sadar." Gumam Hesti dalam hati.

Hesti menggerakkan tangannya mengelus rambut Aulia lemah. Aulia terbangun karna merasa ada yang mengelus rambutnya.

"Lo udah sadar Hes. Gue panggilin dokter dulu ya..." ucap Aulia senang karna melihat sahabatnya sudah sadar dan hendak memanggilkan dokter, namun Hesti mencegahnya.

"Gak perlu Aul... kan di sini udah ada dokter." Cegah Hesti tersenyum lemah. Aulia tersenyum melihat Hesti sadar.

"Beneran gak perlu panggil dokter?? Gak ada yang sakit kan??" Tanya Aulia menatap khawatir Hesti.

"Aku gak apa-apa Aul." Jawab Hesti dengan tetap tersenyum meskipun senyuman itu lemah.

"Yaudah kalo gitu. Lo mau makan?" Tanya Aulia yang dijawab gelengan oleh Hesti.

"Bandel banget sih dokter satu ini kalo lagi sakit!" Ucap Aulia mencubit hidung Hesti membuat Hesti tersenyum.

"Sekarang jam berapa Aul?" Tanya Hesti pada Aulia. Aulia melihat jam di tangannya.

"Jam 1 siang." Jawab Aulia. Hesti teringat nenek Halimah.

"Hhmmm Aul... bisa anterin aku gak?" Tanya Hesti takut Aulia tidak mengijinkannya.

"Kemana? Ke toilet?" Tanya Aulia balik.

"Bukan... tapi ke suatu tempat." Jawab Hesti membuat raut wajah Aulia berubah.

"Enggak!! Lo itu baru sadar udah mau keluyuran!" Jawab Aulia menolak keras karna Hesti baru sadar.

"Ayolahh Aul!! Aku udah janji" bujuk Hesti dengan wajah melas. Aulia menggelengkan kepalanya kuat.

"Aduh gimana nih??? Pasti nek Halimah nungguin aku." Gumam Hesti dalam hati sambil berpikir.

R. Lutfar

Lutfi ada di ruangan Lutfar setelah dia memeriksa anak-anak hebat Sp. Kanker. Tapi Lutfar belum kembali ke ruangannya jadi Lutfi memutuskan untuk menunggunya.

Terdengar suara pintu terbuka memperlihatkan Lutfar.

"Hai brother!" Sapa Lutfi membuat Lutfar kaget.

"Ngapain di sini?" Tanya Lutfar.

"Emang gak boleh saudara kembarnya ke sini?" Tanya Lutfi balik.

"Ditanya malah balik tanya lo" jawab Lutfar melepas jas dokternya dan menduduki kursi kerjanya.

"Hesti sakit." Ucap Lutfi santai sedangkan Lutfar yang sedang minum tersedak.

"Uhhhuuukk.... uhhhuukkk..."

"Biasa aja kali... lagian lo juga gak akan jengukin dia karna takut kan." Sahut Lutfi.

"Gue bukannya takut Fi!! Gue cuman belum tahu harus berbuat apa kalo di depan Hesti. Lo tahu sendiri kan, gue selalu keringet dingin kalo deket dia." Jawab Lutfar mulai emosi.

Lutfi menatap Lutfar santai.

"Itu karna lo gak bisa ngendaliin perasaan lo ke dia Far!!" Jawab Lutfi santai.

"Nanti malam gue mau jengukin Hesti, lo mau ikut gak?" Tanya Lutfi.

"Mau." Jawab Lutfar cepet membuat Lutfi tersenyum tipis.

R. 32 Sp. Kanker.

"Bu... kita jengukin Dr. Cantik yuk!!" Ajak Ilham pada ibundanya.

"Iya nanti sore ya... kalo sekarang takutnya Dr. Hestinya masih istirahat." Jawab ibunda Ilham.

"Kelamaan bu... sekarang aja." Rengek Ilham meminta ibundanya mengantarkan ke ruang rawat Hesti karna sedari Hesti pingsan di ruangan Ilham, Ilham belum menjenguknya.

"Assalamualaikum." Salam Rani yang baru saja datang.

"Wa'alaikumussalam." Jawab ibunda Ilham.

Rani melihat Ilham yang melipat kedua tangannya di depan dada dengan wajah cemberut.

"Ilham kenapa?" Tanya Rani tapi Ilham tidak menjawab.

"Dia ingin menjenguk Dr. Hesti, saya bilang nanti sore saja takutnya Dr. Hesti lagi istirahat. Tapi Ilhamnya malah ngambek." Jelas ibunda Ilham membuat Rani paham.

"Ilham mau jengukin Dr. Hesti kan?" Tanya Rani membuat Ilham mengangguk antusias.

"Yaudah yuk ke Dr. Hesti!" Ajak Rani membuat Ilham tersenyum senang.

DOKTER ITU MOTIVATOR ADIKKU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang