The Happy-Freaking Ending : Part 2

387 21 8
                                    

[Fireworks, Music, and Us]

Laura itu memang belum mengenal Dewa secara bertahun-tahun. Mereka saling mengenal selama kurang lebih 1,5 tahun ini dan langsung menikah setelah perkenalan singkat penuh drama milik mereka. Memang tidak lama, meskipun begitu Laura berusaha sebaik mungkin untuk mengenal Dewa lebih jauh soal apa yang lelaki itu lakukan dan berikan untuknya. Seperti mendatangkan RAN di acara pernikahan mereka.

Laura berani bersumpah wajahnya pasti sudah sangat jelek ketika bertemu ketiga cowok yang akan menjadi bintang utama pada acara malam hari setelah penampilan band indie-jazz lokal asal Bali.

"Kok kamu kenal mereka sih?" Serunya cepat sesaat mereka keluar dari ruangan khusus pengisi acara.

"Temenku ada yang promotor dan dia kenal sama manajer mereka jadi ya udah deh!" jawaban tersimpel itu tetap takk mengubah ekspresi cengo Laura yang menerima kejutan-kejutan Dewa. Laura sadar, suaminya ini bisa dikatakan konglomerat paling low profile. Bikin usaha cafe, punya resort dan villa, meskipun begitu Laura masih saja nggak relate dengan apapun yang Dewa kasih untuknya.

Laur dengan midi-dress lebar berwarna putih lengkap dengan pita besar pada kunciran rambutnya yang tergerai setengah itu berjalan keluar bersama Dewa yang mengenakan jas semiformal warna biru malam dengan kemeja putih yang sengaja dia buka 2 kancing. Tamu undangan yang kebanyakan teman-teman Dewa dan Laura itu bersorak menyambut kedatangan bintang hari ini.

Mereka melebur menjadi satu bersama orang-orang yang mengantri memberi ucapan selamat ditemani dengan pengiring band yang cukup asyik. Pernikahan ini lebih mirip konser daripada pernikahan pada umumnya.

Apalagi ketika kejutan yang superheboh ala Dewa yang mengundang RAN sehari sebelum mereka perform untuk keesokan harinya di suatu acara. Semuanya bersorak sambil mengangkat minuman masing-masing di tangan.

Persis yang Laura inginkan beberapa waktu lalu. Dikecupnya pipi Dewa berkali-kali karna dengan baik hatinya membuat malam ini terasa semakin tak nyata untuk sebuah realita bagi Laura. Keduanya kini berdiri panggung kecil khusus untuk mereka yang terletak di sebelah panggung penghibur.

Laura dan Dewa berdansa di sana ketika lagu "Pandangan Pertama" dilantunkan sebagai lagu pembuka. Sebuah lagu yang membawa semua orang teringat akan bagaimana mereka jatuh hati pada seseorang dalam sekali lirikan dan tatapan. Bak sihir, atmosfer nostagia jatuh cinta menguar kala suara merdu sang vokalis menyanyikan lirik-lirik penuh dengan pujian pada pujaan hati.

Semua orang ikut bernyanyi bersama RAN, bahkan mengisi lirik-lirik kosong yang dilemparnya ke penonton. Tak terkecuali juga keluarga besar keduanya juga ikut bersenang-senang dengan menari-nari kecil, ikut merasa jatuh cinta meskipun tidak turun ke dalam kerumunan undangan yang notabene masih muda. Tidak mungkin juga mau ikut berdesakan di situ.

Laura tak henti-hentinya tersenyum bahkan melompat-lompat dengan tangan tak melepas genggaman Dewa dan buket bunga Lily of The Valley dan Forget Me Not rangkaian Sarah. Bunga-bunga kecil yang kata Sarah sangat cocok dengan Laura. Bunga liar yang cantik, katanya.

Dia lupa akan rasa sakit kakinya yang dikeluhkan ke Dewa karena terlalu lama memakai sepatu berhak tinggi dengan ujung runcing itu. Namun, Dewa merasa senang jika Laura senang. Dewa tetap menjaga Laura supaya tidak jatuh keseleo karena terus menari sambil mengenakan sepatu berhak itu. Dia yang berteriak-teriak begitu noraknya seperti tidak pernah menonton konser sepanjang hidupnya.

Apalagi ketika lagu "Jadi Gila" yang Dewa bilang itu lagu dia banget. Ia akui, dia merasa gila sewaktu Laura membalas cintanya dengan membalas semua ciumannya malam itu di Yogyakarta.

NEPENTHE [✓] - REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang