The Way You Thought

265 19 1
                                    

H-2 bulan

Semakin mendekati hari pelaksanaan pernikahan, Laura juga semakin disibukkan dengan urusan pekerjaan kantornya. Dia menjadi 2 kali lebih workaholic dari biasanya. Dia sibuk menyiapkan agenda tambahan workshop bersama beberapa komunitas dan freelancer yang berkecimpung di dunia kreatif beberapa waktu belakangan ini. Ia juga masih melakukan supervisi terhadap project-project yang bekerja sama dengan agensinya. Karena perusahaannya masih terhitung start up itu, dia terkadang harus melakukan beberapa kali pitching dengan calon-calon investor.

Belum lagi dia harus melakukan zoom meet bersama pihak Wedding Organizer ketika jam istirahat atau jam pulang kerjanya. Ia dibantu WO untuk memastikan bahwa semua vendor dekorasi sampai bunga bisa ada ketika hari pernikahannya, ia juga memastikan progres pesanan souvenir dan undangan, alat musik dan akomodasi untuk pengisi acara nanti yang dipegang salah satu EO nanti karena Dewa bilang dia punya kejutan.

Semuanya sebisa mungkin harus dipastikan dari jauh-jauh hari. Gadis itu juga mencuri-curi waktu seusai meeting di kantor untuk melakukan fitting baju bersama Mami Ayu dan Ibu Mirah di salah satu butik gaun pengantin milik teman Sarah. Fitting baju untuk ketiga kalinya ini, Dewa tidak bisa menemani sehingga Laura mengajak Hanung untuk membantunya membuat penilaian dari sudut pandang dari cowok untuk gaun resepsi siang hari.

Hanung itu sangat cerewet soal baju. Dia tidak segan mengatakan ketidaksukaannya pada baju yang Laura coba tanpa meninggalkan alasan detail, seperti "Kurang sexy, skip!","Terlalu rame, bukan Laura banget, skip!","Kurang elegan, skip!", sampai akhirnya dia mengatakan, "Hmm... yang ini lumayan lah kalo kata aku, tapi nggak tau deh apa kata mas Dewa." dia menunjuk gaun berkain sutra model mermaid dress dengan atasan off-soulder itu.

"Kalo menurut tante-tante gimana nih?" Hanung melempar pertanyaan dan duduk di sebelah Ibu Mirah yang sedang meminum teh yang disediakan oleh pihak butik untuk tamu mereka.

"Oke sih, baju-baju yang tadi juga oke. Laura cantik, badannya juga udah bagus. Kalo kebayanya gimana, Serly?" tanya mami Ayu pada sang desainer.

"Kebaya masih kita kerjakan, tante. Mungkin 3 minggu lagi selesai. Asal Laura jaga badan aja deh, biar nggak bolak-balik fitting baju nanti." Jawab Serly, "Kalo mas Hanung gimana sebagai perwakilan mas Dewa?" tanya Serly agak gondok soalnya gaun-gaun hasil karyanya terkena kritik terus oleh Hanung sejak tadi.

"Mending kamu telepon Dewa aja, Nung." Kata Ibu Mirah dan Hanung langsung menelepon Dewa.

Ketika wajah Dewa terpampang di layar handphone itu, Hanung melambaikan tangannya. Dewa dengan rambutnya yang basah dan wajah bingungnya menatap Hanung penuh curiga. Tumben-tumbenan telepon, batinnya. "Mas, udah cakep belum?" Hanung membalik kamera dan menangkap sosok Laura yang memakai gaun putih itu.

Tak lama dia mendengar suara gaduh seperti terjatuh dan terdengar Dewa memekik. "MAS, JANGAN PINGSAN!" serunya membuat semua orang sontak tertawa dengan kelakuan kedua cowok itu.

"CANTIK, UDAH LAH BUNGKUS ITU AJA!" serunya dari benda kotak berwarna hitam Hanung.

"Bungkus-bungkus, lo kata gorengan!" lalu mengangguk pada Serly, memberi kode untuk membantu Laura melepas baju itu dan ganti mencoba baju lain untuk acara pesta malam hari yang khusus untuk teman-teman sebaya. Setelah itu Hanung keluar dari ruangan fitting sebab Dewa ingin berbicara sebentar.

"Laura sibuk hari ini? Dia udah makan?" Tanyanya.

"Udah tadi gue makan berempat ditraktir nyokap lo. Lumayan sibuk, baru ini gue baru bisa ngajak dia ngobrol malah." Ucapnya sambil menghela napas mengingat banyak deadline akhir-akhir ini di kantor. "Lagi banyak job, banyak deadline, mana mbak Laura bikin event tambahan buat branding agensi juga biar eksis, katanya."

NEPENTHE [✓] - REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang