The Best Date in Forever

214 22 3
                                    

"Udahan ya? Pokok gue mau konten IG sama promo-promo buat bulan depan post barengan. Terus gue minta juga buat semua orang kurangin pemakaian gelas plastiknya, oke? Mungkin beberapa coffee shop udah nerapin, cuma gue kepingin kita kencengin lagi aja gerakan no plastic glass buat take away." Kata Dewa.

"Dengan pertimbangan potongan 30% buat yang bawa tumblr atau botol sendiri, siap bos." Jawab Baskara dari layar itu. "Buat konten postingnya yang pegang anak admin?"

Saski, seorang staff yang mengurus suplai barang Dewa yang juga merangkap sebagai waiters di sini, "Gue?" katanya kepada Dewa.

"Lo sanggup bikin desain-desain begitu itu?" ikut bingung sendiri, soalnya kebanyakan isi feed instagram mereka itu potret foto-foto yang dijepret dan diedit dengan apik oleh Dewa sendiri.

"Mana bisa gue." Lalu menoleh ke Sandy, seorang barista junior yang juga merangkap seorang waiter.

Dia menggeleng, "Kenapa nggak minta tolong temen-temen mbak Laura?"

Dewa, Saski, Farah, Ranti, Arif, dan Dedy, orang-orang yang kadang membantunya mengurus manajemen kafe itu duduk bersandar di kursi. "Emang agensi pacar bang Dewa itu digital agensi?" tanya Saski.

Dewa berdeham, "Digital agensi sama Creative agensi apa beda?"

"Lah bang, lo pacaran selama ini ngapain nggak tanya?" seru Arif, partner Saski sekaligus merangkap kasir dan pelayan untuk membantu Ranti.

"Nanti gue tanyain deh." Dewa mengalah.

"Gini aja deh, bang. Gue coba deh. Pake canva kan gampang tuh, background pakai jepretan foto-foto lo yang belum ke upload aja. Begitu doang jangan dibikin ribet. Take it simple." Dedy, salah satu barista junior--tapi masih lebih senior ketimbang Sandy, mencoba memberi saran.

"Bang, mending kedepannya kita hire orang buat pegang konten aja." Kata Farah, yang selalu memegang bagian keuangan dan administrasi. "Loyo banget marketing kita semenjak Kak Emy nggak ada." Katanya, "Bang Sadewa juga kadang kudu kesana-sini sendirian buat cari event, kan? Kalo ada orang baru, siapa tahu bisa lebih ngebantu."

"Iya, Wa. Farah ada benernya. Mending kita hire orang buat pegang khusus digital marketing konten-konten begituan dah. Paling enggak 2 orang dah, biar sekalian offline marketing mereka juga yang pegang." Saran Baskara dari dari layar tv yang sengaja Dewa hubungkan supaya semua bisa melihat Baskara yang ada di Surabaya.

"Gue tanya aja nih, emang lo pada beneran sebutuh itu? Gue ngelihatnya masih fine kok."

Semuanya mendadak diam saja, berharap Baskara mau berargumen. "Wa, lo nggak kepontang-panting apa? Gue di Surabaya lumayan kerasa, lho. Surabaya bukan kandang gue, cuy. Temen gue di Jakarta semua soalnya. Gue nggak bisa dong, diem doang nunggu customer dateng tanpa ada pancingan apa-apa? Lo mah di sana enak, udah settle juga RoCco di situ." Tukas sahabatnya itu.

Dewa diam sejenak, "Nanti gue obrolin sama Farah."

"Ya, satu sana satu sini lah. Jangan di Jakarta mulu lo! Gue mau yang di Surabaya pakai caption yang diterjemahin ke bahasa jawa tongkrongan ya?! Orang sini kalo nggak ngomong jancok gatel mulutnya!"

Semuanya kaget sampai menahan tawa.

"Nyapa temen manggil 'cok', kalo ada yang bagus 'jancok, apik cok.', kalo kagum juga 'jancooook', tapi kalo marah epic jadinya 'JUANCOK!' pake U biar mantep katanya. Orang Jakarta nggak bisa sebagus itu kalo ngomong jancok." Jelas Baskara dengan aksen medok kakunya itu.

Yang lain tertawa, Dewa malah menepuk dahinya. Pantes, Wira itu dikit-dikit ngomongnya jancok, hanya saja sudah bisa fasih. Orang malang sama Surabaya hampir-hampir sama apa ya?, batin Dewa. "Ya udah, nanti poster Dedy dulu yang handle, nanti hire orang minggu ini gue kasih kepastiannya biar minggu depan bisa cari orang juga."

NEPENTHE [✓] - REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang