Crazy-Perfect-Dream Wedding

246 21 3
                                    

Laura mematut dirinya di depan kaca, memeriksa kembali penampilannya. Apakah dia cukup cantik? Apakah berlebihan? Apakah rambutnya pantas digelung sederhana dengan hiasan rambut berbentuk bunga yang beberapa hari yang lalu ia minta Icha untuk memilihkannya? Dan, dengan kebaya kutu baru brokat warna baby blue berpadu bawahan sewek dengan belahan sedikit di atas pahanya, apakah ini sudah cukup?

"Mau berapa lama lo di depan kaca?" kata Sarah yang menemaninya make up hari ini, temannya itu sibuk membantu MUA yang sedang merapikan alat-alat make up yang berserakan di meja rias kamarnya. "Jangan tanya lo cakep apa enggak. Please, bestie, lo cakep. Gue berani jamin matanya Dewa bisa copot liat lo."

"LEBAY!" seru Laura.

"Kenyataannya emang cowok lo bucinnya udah beneran nggak tau malu banget." Kata-kata Sarah membungkam Laura, Sarah dan mulut pedas tak berfilter dari dulu sampai sekarang belum juga berubah. "Ayo turun. Kata Hanung ruangannya udah siap kok. Dia standby di sana dari pagi."

"Sar, gue minta maaf banget waktu itu pernah ngatain lo alay gara-gara panik nggak karuan pas lamaran lo, gue ngaku salah banget soalnya gue kebelet boker sekarang!!" Laura menghentak-hentakkan kakinya sampai orang dari MUA ikut tertawa melihat aksi itu.

"Hey, inget ya moto kita. Chill outside, scream inside! Be cool, jangan malu-maluin!" katanya. "Santai, ini cuma lamaran, lo kalo udah hari H mau apa? Pingsan?"

"Meninggal kali!"

"Kasian amat si Dewa jadi duda sebelum akad!"

"Sumpah, gugup banget!" seru Laura berkacak pinggang, sesekali menghembuskan napas kasar, menatap Sarah tajam sampai mengepalkan tangannya. Sarah menatap aneh, Laura kalau gugup sampai kelihatan mau menonjok orang tandanya cuma satu. Sarah yang sudah mengenal Laura lama, kalau gugup biasa paling cuma bilang 'gue gugup' setelah itu tidak ada pergerakan lain.

"Ra, Are you on your periode?"

"How do you know?"

"We've been friend since high school." Tegasnya mengambil sepatu Laura, lalu menyerahkannya. "Pakai, kita turun dan otw ke resto Om Restu."


🌴🌴🌴



Hal yang tidak bisa Hanung lepas dari matanya adalah Laura. Lensanya menangkap Laura tak henti-henti bahkan ketika gadis itu datang dengan cantiknya, riasan kepala dan wajahnya—apalagi bibir merah-sialannya-itu—tak membuat Hanung jemu membidik Laura.

Ditemani dengan Yongki—teman fotografer Hanung yang juga freelancer—keduanya diminta Dewa untuk mendokumentasi acara hari ini. Meskipun dari WO sudah memberi rekomendari foto-videografer, tetapi Dewa lebih percaya Hanung ketimbang yang lainnya.

Kahyangan, itu restoran mewah kepunyaan Restu Prabaswara, papanya Hanung. Yang dikelola sudah cukup lama oleh beliau bersama ayahnya dulu. Restoran keluarga yang lokasinya di Kebayoran Baru dan masih satu lokasi dengan hotel bergaya eropa klasik sehingga interior restoran ini juga ikut-ikutan ada sentuhan eropanya. Botol-botol wine berjejer di bar ketika memasuki restoran ini, meja lengkap dengan dekorasi seperti bunga beserta alat makan berbagai ukuran. Nuansa ruangannya dipenuhi cahaya kuning dengan banyak lukisan-lukisan besar di dinding. Klasik, kuno, dan berkelas.

Tetapi, untuk acara Laura itu letaknya agak masuk ke dalam. Di bagian tengah restoran ini terdapat taman dan kolam penuh ikan koi besar-besar—lambang keberuntungan dan kesuksesan dari legenda Tiongkok—dan taman bunga dan beberapa pohon tatebuya kuning di pojok-pojok taman. Biasanya ruangan itu digunakan untuk acara yang lebih privat dan kelasnya VIP muat sekitaran 20 orang untuk makan di dalamnya. Ruangannya nggak cuma satu, sekitaran 7 ruangan.

NEPENTHE [✓] - REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang