45 - Fakta pertama

338 12 0
                                    

Gevan menjemput Lola dari rumahnya menuju rumah Gevan. Lola kebingungan melihat jalan yang Gevan tuju bukan jalan ke rumahnya. Gevan memberhentikan motornya tepat di depan rumah besar bernuansa putih hitam.

"Gevan, ini rumah siapa?" tanya Lola.

"Rumah gue" jawab Gevan asal.

"Ih, Lola serius" kesal.

"Ya udah ayok nikah" celetuk Gevan.

"Maksud Lola, Lola serius nanya, ini rumah siapa?" decak Lola.

Gevan menatap Lola dengan datar. "Rumah gue"

"Eh, ternyata kalian sudah sampai?" ujar Firman sambil berjalan menghampiri Lola dan Gevan.

Lola menoleh ke arah pak Firman. "Ini rumah bapak?"

Firman mengangguk sambil tersenyum.

Lola menoleh ke arah Gevan. "Jadi...." Lola melirik ke arah Firman. "Gevan tinggal bareng pak Firman?"

"Iya" jawab Firman.

"Emangnya kenapa? Apa kampung Melayu jadi di gusur?" tanya Lola panik.

"Kampung Melayu tidak jadi di gusur" ucap Firman.

Lola mengkerutkan keningnya. "Maksudnya?"

"Saya sudah batalkan tentang penggusuran kampung Melayu" jelas Firman.

"Oh, jadi bapak yang punya proyek itu?" tanya Lola dengan nada tinggi.

"Saya hanya menyumbang saham" bela Firman.

"Sama aja pak, itu tandanya bapak mendukung jalannya proyek itu. Bapak tuh gak tau susahnya jadi orang yang-...." ucapan Lola terpotong oleh Gevan yang membekap mulutnya.

Lola menepis tangan Gevan. "Ih, Gevan apa-apaan sih. Lola itu lagi nasehatin pak Firman, harusnya Gevan dukung Lola dong untuk marahin pak Firman." cerocos Lola.

Gevan mengusap kedua telinganya. "Duh berisik, dengerin dulu penjelasannya!"

"Penjelasan apa lagi hah?" bentak Lola.

Gevan mendekat ke arah Lola, ia menempelkan jari telunjuknya di bibir Lola. "Gak usah teriak-teriak, nanti pita suara lo putus" ucap Gevan pelan.

"Jadi gini...." ucap Firman.

Lola dan Gevan menjauh beberapa senti saat mendengar ucapan Firman yang akan menjelaskan semuanya.

"Saya sudah batalkan proyek itu, sebenarnya setiap rumah saya beri nominal sebesar 150 jt. Tapi, setelah saya mengetahui bahwa uang yang seharusnya di terima warga tapi malah di suap, saya tidak jadi bekerja sama atas proyek itu." jelas Firman.

Lola mengangguk. "Oh jadi gitu ya pak, maaf pak Lola salah faham" ucap Lola tak enak hati.

"Iya tidak apa-apa" jawab Firman.

"Terus kenapa Gevan tinggal bareng pak Firman?" tanya Lola bingung.

Firman menatap Gevan yang memberikan anggukan padanya, ia kembali menatap Lola. "Sebenernya, Gevan itu anak saya"

"Hah? Apa?" pekik Lola sambil melirik ke arah Firman dan Gevan secara bergantian.

"Biasa aja kali" ucap Gevan santai.

Lola mendekat ke arah Firman, ia menyalimi punggung tangan Firman. "Selamat pagi calon mertua" ucap Lola dengan senyuman.

Firman terkekeh. "Selamat pagi juga calon menantu" ucapnya sambil melirik ke arah Gevan.

Gevan menghela nafas, pandangannya ia alihkan pada jalanan. "Stres" gumam Gevan pelan.


'To be continue'

BAGASKARA [END]Where stories live. Discover now