04 - Misi Gevan?

522 28 0
                                    

Pukul empat sore hari, Gevan Bagaskara bergegas keluar rumah dengan jaket hitam dan bandana yang melekat di tangan kirinya. Gevan mengendarai motor Vespanya menuju pasar untuk menagih iuran keamanan.

Sesampainya di pasar, Gevan membuka helmnya lalu turun dari motor. Gevan berjalan mendekati teman-temannya yang sedang main catur di warkop.

 Gevan berjalan mendekati teman-temannya yang sedang main catur di warkop

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

(Pict pasar tempat Gevan kerja)

"Hari ini bagian gue kan?" tanya Gevan pada Adam.

"Yoi" sahut Adam.

Gevan mengangguk, ia berjalan menyusuri pasar dengan santai. Gevan berhenti di tempat pedagang sayur.

"Permisi mang, iuran" ujar Gevan dengan lembut.

"Oh iya" pedagang itu memberikan satu lembar uang lima ribu rupiah kepada Gevan. "Ini, a"

Gevan menerima uang itu. "Terimakasih mang"

Gevan berjalan menuju pedagang-pedagang yang lainnya. Gevan terus melakukan hal itu sampai seluruh pedagang telah membayar.

"Permisi bu, iuran" ucap Gevan pada pedagang kelontongan.

"Eh si ujang, sebentar nya" pedagang itu mengambil uang dari lacinya lalu memberikannya pada Gevan. "Ini jang"

Gevan menerima uang bernominal dua puluh ribu. "Gak terlalu banyak bu?" tanya Gevan.

"Sisanya buat si Theo sama si Thea" jawab pedagang itu.

Gevan mengangguk. "Terimakasih bu"

Kurang lebih 45 menit pengumpulan iuran, Gevan kembali menuju warkop untuk menemui rekannya.

Gevan berjalan sambil menghitung uang. Terdapat seratus dua puluh empat ribu lima ratus rupiah uang yang Gevan dapat. Gevan menyimpan uang itu di dalam saku jaketnya.

"Gimana lancar gak?" tanya Ibnu.

"Alhamdulillah lancar" sahut Gevan lalu duduk di kursi panjang yang Ibnu duduki.

Adam berdecak kesal. "Giliran sama lo lancar, giliran sama gue ada aja alesannya"

"Belajar sama suhu" ucap Ibnu sombong.

"Emang pendapatan lo berapa? Sombong amat?" cetus Adam.

"Lumayan, di atas lima puluh" ucap Ibnu.

Adam mengerucutkan bibirnya. "Kalau gue paling banyak enam puluh"

"Syukuri aja, lagian lo kan hidup sendiri beda sama Gevan yang ngurus dua nyawa" timpal Ibnu.

BAGASKARA [END]Where stories live. Discover now