39 - Kelahiran

346 13 1
                                    

Satu keluarga panik dengan keadaan Bunga yang terus menjerit kesakitan. Mahendra ketar-ketir begitu pun dengan Lola dan Gevan yang sedang menyiapkan peralatan untuk di bawa ke rumah sakit nanti.

"Mending Gevan cari mobil deh, ini biar Lola yang kelarin semuanya." ucap Lola sambil memasukan baju ke dalam tas.

Gevan mengangguk, ia pergi keluar untuk mencari pinjaman mobil. Sudah beberapa menit Gevan mencari pinjaman mobil, namun tak kunjung satu pun yang meminjamkannya. Gevan kembali ke rumahnya, ia berjalan masuk ke kamar untuk menemui Lola.

"Gak ada, La" ucap Gevan panik.

Lola merogoh ponsel di sakunya. "Lola telpon supir aja"

"Gak ngerepotin?" tanya Gevan.

Lola tak menjawab, ia hanya mengisyaratkan Gevan untuk diam karena ia sedang menghubungi pak Iwan.

"Ayok siap-siap, sebentar lagi pak Iwan kesini" ucap Lola.

Gevan mengangguk, ia membawa kantong ukuran besar berisikan perlengkapan Bunga dan calon bayinya. Lola terus mengelus pundak Bunga guna menenangkannya agar tidak panik.

Mahendra membantu Bunga berjalan menuju luar rumah saat mobil milik Lola sudah terparkir sempurna di depan rumah Gevan.

Mahendra membantu Bunga untuk masuk ke dalam mobil, setelah itu ia masuk begitu pun dengan Gevan yang masuk lewat samping kanan.

Lola duduk di depan mobil sambil memangku Thea dan juga Theo. Pak Iwan menyalakan mesin mobil dan melaju meninggalkan perkarangan.

*****


Saat ini, Gevan dan Mahendra sedang berada di ruang dokter saat dokter memintanya untuk berbicara sebentar.

"Begini pak, pasien tidak bisa melakukan persalinan secara normal karena usianya yang masih sangat muda" ucap dokter.

"Terus harus gimana dok?" tanya Mahendra khawatir.

"Kita bisa melakukan persalinan secara cesar" ujar dokter.

Mahendra menghela nafas, begitu pun dengan Gevan yang mengusap wajahnya dengan gusar.

"Kira-kira biayanya berapa ya dok?" tanya Gevan.

"Untuk itu, kalian bisa tanya di ruang administrasi" jawab dokter.

Gevan mengangguk. "Lakukan apapun yang terbaik untuk adik saya" ucap Gevan.

"Kami pasti akan melakukan yang terbaik" sahut dokter sambil memberikan sebuah surat kepada Gevan dan Mahendra. "Tolong tanda tangan di sini"

Mahendra melirik ke arah Gevan yang memberikan anggukan padanya, ia menghela nafas lalu mencoretkan tanda tangan di atas kertas itu.

"Terimakasih" ucap dokter sambil mengambil berkas dari tangan Mahendra.

Dokter keluar ruangan, di ikuti Mahendra dan Gevan di belakangnya.

"Gimana Van? Bunga kenapa?" tanya Lola.

Gevan duduk di bangku, ia menghela nafas. "Bunga harus operasi cesar"

Lola terkejut. "Terus gimana?"

"Gak ada pilihan lagi selain itu" sahut Mahendra.

Gevan mengusap wajahnya dengan gusar. "Gimana bayarnya" gumamnya pelan.

Lola mengusap pundak Gevan, ia mengeluarkan ATM dari tas kecilnya. "Pake aja" ucap Lola sambil memberikan sebuah ATM pada Gevan.

Gevan mengkerutkan keningnya, ia menolak. "Gak usah, La"

"Ini uang tabungan Lola kok. Pake aja ya" mohon Lola.

"Tapi-...." bimbang Gevan.

"Demi Bunga, Van" bujuk Lola.

Gevan mengangguk, ia menerima ATM dari tangan Lola. "Tar gue ganti"

Lola tersenyum. "Gak apa-apa, kayak ke siapa aja"

*****

Malam ini, tepatnya pukul 21.03 Bunga berhasil berjuang mempertaruhkan nyawa demi sang buah hati.

Mahendra dari tadi tak henti-hentinya mengucap terimakasih pada Bunga. Gevan dan Lola menatap Bayi Bunga yang tertidur di box bayi.

"Lucu bangettt" puji Lola.

"Kak Lola" panggil Bunga.

Lola menoleh. "Kenapa Bunga?"

"Makasih ya" ucap Bunga.

"Untuk apa?" tanya Lola.

Bunga tersenyum. "Bunga udah tau kalau yang bayar biaya persalinan Bunga itu kak Lola."

Lola terkekeh pelan. "Gak apa-apa Bung, santai aja"




'To be continue'

BAGASKARA [END]Where stories live. Discover now