07 - Weekend

396 22 1
                                    

Gevan keluar kamar mandi dengan telanjang dada dan tangan yang menggosok handuk ke rambutnya yang basah.

"Papaaaa!" Theo menghambir ke pelukan Gevan.

Gevan berjongkok menghadap Theo. "Ada apa jagoan papah?"

"Theo bosen, main yuk pah udah lama gak main bareng" ucap Theo manja.

Gevan terkekeh, ia mencubit pipi Theo. "Emangnya mau main kemana hm?"

"Kemana aja asal sama papah" seru Theo.

"Thea gak di ajak?" tanya Gevan.

"Gak usah, Thea bisanya nyusahin aja" cetus Theo.

Gevan membawa Theo duduk di kursi. "Sayang, gak boleh gitu sama Thea. Thea kan adek kamu" tegurnya lembut.

Theo mengerucutkan bibirnya. "Maafin Theo ya pah"

Gevan mencium kedua pipi Theo. "Iya, udah sana siap-siap katanya mau main bareng papah"

"Asikkk" ucap Theo girang. Theo turun dari pangkuan Gevan. "Theo siap-siap dulu ya pah" lanjutnya lalu pergi berlari ke kamarnya.

Gevan menggelengkan kepalanya sambil terkekeh akan sikap putra sulungnya itu.

*****

Saat ini Gevan dan Theo sedang bermain layang-layang di lapang desa. Gevan tersenyum bahagia saat melihat Theo tertawa puas.

"Bahagia banget anak papah" ujar Gevan.

"Seneng banget dong, soalnya Theo bisa main layangan bareng papah" sahut Theo sangat girang.

Gevan tersenyum bahagia, baginya tidak ada harta berharga selain anak-anak nya. "Theo, papah neduh di bawah pohon itu ya" pamit Gevan sambil menunjuk sebuat poho beringin yang ada di pinggir lapangan.

Theo mengikuti arah tunjuk Gevan. "Iya pah"

Gevan mengusap kepala Theo, ia berjalan menuju pohon beringin di pinggir lapangan lalu duduk bersandar di pohon itu. Gevan terus memandangi putranya yang amat bahagia karena bisa bermain layangan.

Tiba-tiba ponsel Gevan bergetar, mau tak mau ia harus menjauh dari lapangan karena kondisi lapangan yang cukup ramai dan berisik.

*****

Theo terus mengulur benang layangannya. "Yah putus" keluh Theo.

Theo melihat ke arah pohon beringin. "Papah mana ya?"

Theo menggidikan bahunya, ia berlari hendak mengejar layangannya yang putus. Theo terus berlari menyusuri gang-gang sempit.

Theo berlari kencang dengan pandangan yang terus menatap ke langit, hingga tak sadar dirinya menabrak seseorang.

"Aw"

"Aduh"

Theo bangkit lalu mengusap sikunya yang berdarah. "Aaa, papah sakit" rengek Theo.

"Dek, kamu gak papa?" tanya seorang gadis.

"Gak papa tante, Theo cuma luka sedikit" sahut Theo sambil tersenyum padahal matanya meneteskan air mata.

Gadis itu memegang kedua bahu Theo. "Tante bawa ke rumah sakit ya"

Theo menggeleng. "Enggak usah tante, Theo mau pulang aja" ucapnya lalu pergi berlari lagi.

Gadis itu mengejar. "Eh dek tunggu!"

"Non, Lola" teriak maid.

Lola berdecak. "Ck, iya"

*****

"Theo!!"

"Kamu di mana nak?"

Gevan terus mencari-cari keberadaan Theo yang hilang dari pandangannya setelah ia mengangkat telpon dari Adam.

Gevan mengusap wajahnya frustasi. "Ck, kamu di mana sih nak?"

"Papaaa!" Isak Theo sambil berlari.

Gevan berjongkok untuk memeluk Theo. "Kamu kenapa nangis?"

Theo menyeka air matanya. "Theo jatuh"

Gevan melihat tangan Theo yang mengeluarkan darah. "Kok bisa sampe gini sih"

Gevan menggendong Theo lalu bergegas membawanya pulang ke rumah untuk mengobatin luka di tangan Theo.

Sesampainya di rumah, Gevan mendudukan Theo di kursi. Gevan mengobati Theo dengan kain kasa dan obat merah yang seadanya.

"Aw, sakit pah" ringis Theo.

Gevan meniup luka di tangan Theo. "Mangkanya kalau jalan hati-hati sayang"

"Maafin Theo ya pah" ucap Theo sedih.

Gevan mencium kepala Theo. "Iya sayang gak papa, asal jangan di ulangi lagi."

Theo mengangguk, ia memeluk Gevan dan kepalanya bersandar di dada bidang Gevan. Theo mendongak menatap Gevan dari bawah. "Papah pernah capek gak ngurusin Theo sama Thea?"

Gevan mengkerutkan keningnya, ia menatap Theo. "Papah gak pernah capek buat ngurusin kalian berdua"

"Bener?" tanya Theo ragu.

Gevan mengangguk. "Beneran sayang"

Theo tersenyum. "Sampai kapan papah bakal ngurusin Theo dan Thea?"

"Sampai akhir hayat hidup papah. Bahkan sampai titik darah penghabisan" ucap Gevan.

Mata Theo mulai berkaca-kaca. "Theo sayang banget sama papah, Theo gak mau papah pergi ninggalin Theo"

Gevan menangkup kedua pipi Theo. "Theo ... Kalau pun semisal papah udah gak ada, Theo harus jagain Thea. Theo harus kuat, harus tegar, harus sabar menghadapi cobaan hidup."

Theo menyeka air matanya. "Theo pasti kuat kayak papah, Theo kan anak papah"

Gevan mencubit hidung Theo. "Pinter banget anak papah"

Theo memeluk Gevan dengan erat. "Theo bangga banget punya papah Gevan."


'To be continue'

BAGASKARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang