18 - Barang berharga

283 15 1
                                    

Saat ini Gevan dan Mahendr mengantar Lola pulang ke rumahnya menggunakan mobil Naufal. Sedangkan Naufal, Adam dan Ibnu sudah pulang lebih dulu di jemput oleh ayah Naufal.

Lola terus mengeratkan pelukannya pada Gevan. "Gevan, takut" cicit Lola.

Gevan mengusap pundak kiri Lola. "Gak usah takut kan ada gue"

"Lihat, itu di luar gelap banget" ucap Lola.

"Kan udah malam jadi gelap" sahut Gevan.

"T-tapi ... Lola takut" ucap Lola dengan isakan.

Gevan menangkup kedua pipi Lola. "Gak usah takut, lo harus bisa lawan rasa takut itu"

Lola mengangguk. Mobil berhenti di depan rumah Lola. Lola berteriak pada satpam agar membukakan pagar rumahnya.

"Masuk ke dalam dulu yuk" ajak Lola pada Gevan dan Mahendra.

"Lo aja, gue mau langsung balik" jawab Gevan.

"Iya La, gak enak di lihat tetangga." timpal Mahen.

"Di rumah Lola gak ada siapa-siapa, cuma ada satpam sama maid aja. Lola takut" tutur Lola.

Gevan menatap Mahendra. Mahendra memberikan anggukan ringan pada Gevan.

"Ya udah, tapi gue gak bisa lama" ucap Gevan.

Lola tersenyum lebar. Ia menyeret tangan Gevan agar cepat keluar. "Ayok!"

Mahendra geleng-geleng kepala melihat tingkah Lola yang ambis dan Gevan yang terlalu bodoamat. "Dasar anak muda"

Pandangan Mahendra lurus ke depan. Ia melihat sepasang remaja yang duduk di trotoar sambil memakan ice cream.

"Mungkin itu yang bakal di lakuin Bunga kalau semisal gak nikah sama gue" gumam Mahendra.

*****

Pandangan Gevan menyapu semua sudut rumah Lola yang serba mewah.

"Lo sendirian di sini?" pertanyaan Gevan yang di angguki Lola.

"Orang tua lo?" tanya Gevan lagi.

"Dua-duanya sibuk kerja" jawab Lola sedih.

"Kesepian?" tanya Gevan lagi.

"Banget" sahut Lola.

Gevan berdecak. "Pantes lo deketin gue terus"

"Lola deketin Gevan bukan karena Lola kesepian" ucap Lola.

Gevan mengerutkan alisnya. "Maksud lo?"

"Gevan tunggu di sini, Lola mau ambil sesuatu di kamar" ucap Lola sambil berlalu menuju kamarnya.

Gevan duduk di sofa menunggu Lola. Lola pun datang dengan membawa beberapa benda.

"Nih" ucap Lola sambil memberikan sebuah kotak berwarna pink pada Gevan.

Gevan menerima kotak itu, ia langsung membuka dan mencermati masing-masing dari isi kotak itu.

"Ini kan foto gue" ucap Gevan sambil mengangkat sebuah foto dirinya yang mengenakan baju serba hitam ala preman.

Lola mengangguk antusias. "Itu Lola dapat waktu bertemu Gevan yang kedua kalinya di pasar"

''Terus ini?" tanya Gevan sambil mengangkat satu lembar buku gambar bertuliskan namanya yang indah.

"Waktu dulu Lola taunya kamu Bagaskara. Semenjak pindah kata temen-temen yang lain panggilan kamu itu Gevan." ungkap Lola.

Gevan mengkerutkan keningnya. "Lo semua dapat ini dari mana? Dan kenapa lo bisa tau semua tentang gue?"

Lola mengambil alih kotak itu, ia membuka kardus yang menjadi pembatas kotak kedua. "Dari ini"

"Ini kan punya gue!" ucap Gevan sambil mengambil bandana miliknya yang ada di tangan Lola.

Lola mengangguk. "Dari situ Lola tau nama kamu"

Gevan melebarkan bandana berwarna birunya, tertuliskan nama 'Bagaskara' di ujung kain bandana itu. "Ini yang bikin mendiang ibu gue"

Lola membukatkan matanya. "Maafin Lola ya, Lola gak tahu kalau itu barang berharga punya Gevan"

"Gue boleh bawa pulang ini?" tanya Gevan sambil mengangkat bandana biru yang ada di tangannya.

"Boleh kok" ucap Lola dengan sedikit nada sedih.

Gevan tahu Lola sedih, ia mengambil sebuah bandana merah yang ada di sakunya. "Barter gimana?"

Lola mengkerutkan alisnya. "Tapi kan ini punya Gevan"

"Gak papa, ini buat lo" ucap Gevan sambil memberikan bandana merah pada Lola.

"Makasih" sahut Lola antusias.

Gevan mengangguk. "Itu bandana kesayangan gue" ucapnya sambil menunjuk bandana merah di tangan Lola. "Tapi ini, bandana peninggalan mendiang ibu gue" ucap Gevan sambil melihat bandana yang ada di tangannya. "Jadi ini lebih berharga, karena ini satu-satunya peninggalan ibu gue" lanjutnya.

Lola menyeka setetes air mata yang jatuh di pipi kiri Gevan. "Lola janji, Lola bakal jaga bandana ini."

Gevan tersenyum tipis. "Makasih"

Lola mengangguk.

"Dan, sorry" ucap Gevan.

"Untuk apa?" tanya Lola.

"Karena gue belum bisa mencintai lo" lanjut Gevan.

'To be continue'

BAGASKARA [END]Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin