40. Meninggal?!

284 21 0
                                    

"maaf,"ujar dokter Fani.

"maaf kami sudah berusah sebisa mungkin namun Tuhan berkehendak lain. Aira Keysha Tyneta telah berpulang pukul 16.30 WIB, 14 JULI 2021."ucap Dokter Fani.

bagaikan di sengat listrik, Satria refleks mundur dan terduduk lemas di kursi.

sedangkan Bunga berusah kuat agar tidak menangis.

"Tante Aira udah sadar?"tanya Aghatta dari arah belakang, membuat mereka semua menatap ke arah ke-tiga gadis itu.

"Ara udah berhenti berjuang Aghatta,"ucap Bunga yang gagal menahan tangisannya.

"enggak, Ara orang kuat dia gak mungkin berhenti berjuang!"teriak Alleta tangisan mereka benar-benar pecah seketika.

"Tante Ara kuat kan Tan, gak mungkin Ara lemah."ujar Aghatta terduduk lemas di lantai yang langsung di peluk oleh Radhit.

"bang selamatin Ara bang Dirga, Ara kuat kok bang bilang sama dokter."ucap Zia memguncang tangan Dirga.

dari arah belakang inti Antranos hanya terdiam mendengar berita tersebut, Aira adalah orang yang cerita tenyata di balik keceriaannya Aira berjuang keras untuk melawan penyakitnya.

"enggak Ara gak mungkin nyerah,"ujar Alleta nangis histeris, Alleta hendak masuk ke dalam ruangan namun di tahan oleh Farel.

"El, Ara El."ujar Alleta menunjuk-nunjuk ruang ICU.

mayat Aira keluar dari ruangan ICU, untuk di mandikan.

"Ara!!"teriak ke-tiganya yang ditahan oleh Radhit, Ezra, dan Ferel.

sedangkan Satria hanya terdiam, dunianya tiba-tiba mati ketika mendengar ucapan dokter Fani.

semua ini karena dirinya, karena keegoisan dan kecemburuan dirinya yang membuat Aira drop dan meninggal.

"Anjing!"teriak Satria dengan mencengangkan kuat rambutnya, Ferro yang berada di sisi Satria tidak bisa apa-apa. Ferro sama terkejutnya degan Satria.

"gue benci Lo Sat,"ucap Satria Kepada dirinya Sendiri.

Bunga pingsan membuat Arga membawa Bunga untuk di periksa dokter, sedangkan ketiga sahabat Aira menangis tidak berhenti.

Dirga bingung harus berbuat apa, ucapan Aira terus berputar di ingatannya.

"kalo Ara di panggil Tuhan Abang jangan nangis ya, kalo Abang senyum Ara di sana pasti bakalan senyum."suara Aira saling bersahutan dengan tangisan orang-orang terdekat Aira.

"plis berhenti!"bentak Dirga membuat ketiga sahabat Aira terdiam.

"Abang gak sedih apa Ara meninggal."ujar Aghatta, emosinya tidak terkontrol saat ini.

"gue abangnya, gak mungkin gue gak sedih. tapi Ara selalu bilang ke gue ataupun mungkin ke kalian semua. Ara gak mau liat kita sedih kalo dia udah di panggil Tuhan. Ara selalu bilang kalo Ara bakalan ada di hati kalian kalo kalian senyum Ara di sana pasti senyum, Ara selalu bilang itu ke gue."ucap Dirga membuat Alleta, Zia, dan Aghatta terdiam.

ucapan Dirga memang benar, Aira selalu bilang seperti itu ketika penyakitnya kambuh.

"gue kira gue bakalan tegar bang, tapi tenyata enggak gue malah orang yang paling merasa hancur."ucap Alleta langsung memeluk Dirga.

"gue udah anggap kalian sebagai adik gue, jadi mohon kalian jangan buat Aira berat ninggalin kita."ujar Dirga mengelus rambut Alleta.

"bang Ara adalah orang baik yang pernah Zia temuin."ucap Zia.

"Zia, mungkin Tuhan sangat rindu dengan Ara."ucap Dirga berusaha untuk tegar.

Alleta melepas pelukannya, Alleta kembali duduk tetapi tatapannya kosong.

Satrai sedari tadi manatap lurus, tatapan yang kosong seolah-olah hidupnya ikut mati. Satria berjalan meninggalkan mereka entah kemana.

****

Satria melangkah kakinya menuju rooftop, tempat yang paling Aira sukai ketika melihat senja.

Satria tidak menyangka jika semuanya akan berakhir seperti ini, berakhir dengan kesedihan dan kekecewaan.

Satria akan selalu menyayangi Aira sampai kapanpun, dan Aira akan selalu berada di tempat terindah dalam hatinya.

Kemarin Aira membuat Satria tertawa sampai lupa akan perpisahan, bagaikan kenyataan yang tidak pernah ada di pikiran Satria.

Semuanya gitu mengecewakan dan begitu menyakitkan, Aira adalah orang yang sudah menyembuhkan lukan di hatinya.

"Ra, maaf udah buat kamu sedih di saat hari terakhir mu. Kamu akan selalu menepati tempat istimewa di hatiku,"ucap Satria menatap langit yang mendung.

"aku rindu senyum hangat kamu Ra, jika ini mimpi. ini adalah mimpi terburuk ku."ujar Satria.

Satria berteriak Frustasi, semuanya seperti mimpi buruk. benar-benar mimpi buruk.

orang yang disayanginya sudah tidak berada di dunia ini, Satria harus apa?

apa Satria harus ikut mati dengan Aira?

tanpa sadar Satria terus melangkahkan kakinya sampai tepi balkon, jika inti Antranos datang telat maka sudah di pastikan Satria sudah tidak ada di dunia ini.

"Lo gila kali ya, caranya gak kaya gini goblok!"bentar Radhit.

Satria hanya mendudukkan kepalanya, inti Antranos ikut merasakan terpuruknya seperti Satria.

namun tidak seharusnya Satria berpikir pendek, untuk bunuh diri.

jika Aira melihat Satria melakukan hal itu pasti Aira sudah sedih, Aira adalah orang yang baik dia tidak ingin orang sekitarnya menangis.

"gue benci keadaan."ucap Satria dengan nada yang pelan.

"Lo gak boleh salahin keadaan Sat, semua ini udah di atur tuhan sebelum kita lahir di dunia ini. Tuhan sudah mengatur kapan kita lahir kedunia dan kapan kita ninggalin Dunia."ucap Radhit.

"apa gue gak berhak bahagia?"tanya Satria.

"Tuhan nguji Lo, karena Tuhan tahu hanya Lo yang sanggup melawan ujian ini. paham!"

"jadi berhenti nyalahin diri Lo sendiri, ataupun keadaan."

-kisah Satria & Aira-


spam Next part yu!!!

jangan lupa follow akun Instagram @sasya_ssya & @wattpad_ssya untuk mengetahui informasi Cerita yang saya buat!

jangan lupa follow akun tiktok rainhujan_ yu!!!

spam komen suapaya semangat upnya !

kisah Satria & Aira [End]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant