14. Teddy bear

143 23 0
                                    

pasar malam di tengah ibu kota, banyak pedangan dan permainan di sini membuat siapapun yang melihatnya ingin sekali mencoba permainan itu.

"wahh keren banget suer,"ucap Ara dengan wajah yang berbinar.

"Lo gak ngerasa risih gue ajak kesini?"tanya Satria, mereka berjalan memasuki Pasar malam itu.

"ngapain risih, harusnya kita tuh bersyukur. masih banyak orang yang pengen ke pasar malam tapi mereka gak mampu karena kekurangan uang."ucap Aira bijak. bener kata Radhit, Aira ini berbeda dengan cewek yang lain bahkan sangat beda pikir Satria.

"kita naik bianglala yu!"ajak Aira dengan menarik tangan Satria, Satria seperti membawa anak kecil yang sedang berbahagia.

mereka menaiki bianglala itu, dengan semilir angin dan pemandangan yang indah di malam hari sangat memanjakan mata setiap orang.

"indah ya,"ucap Ara melirik ke arah Satria lalu kembali menatap langit. tiba-tiba saja biang Lala itu berhenti berputar dan tepat sekali Aira dan Satria berada di atas.

"kamu tau kenapa bianglala ini selalu mati tiba-tiba?"tanya Aira kepada Satria.

"kenapa?"

"karena mereka menyuruh kita untuk menikmati beberapa detik saja untuk mensyukuri setiap nikmat yang telah Tuhan berikan, contohnya semilir angin malam ini dan pemandangan ibu kota yang begitu indah. kita telah di beri nafas dan kesehatan oleh Tuhan jadi jangan sia-siakan semua itu karena ada seseorang yang ingin hidup normal tanpa perlu memikirkan kapan ia mati karena suatu penyakit."ucap Ara yang sedang ia rasakan saat ini, Aira hanya menunggu dan menikmati sisa-sisa waktu yang telah Tuhan berikan kepadanya.

Sedari tadi Satria hanya melihat wajah Aira, bahagia dan ketulusan Aira membuat Satria nyaman saat ada di dekat  gadis yang sedang ada di depannya saat ini.

"mau ngelamaun terus?"tanya Aira membuat lamunan Satria buyar.

mereka ber-dua berjalan menuju salah satu pedagang bakso bakar yang kelihatan sepi dan hanya melihat para pedagang lain yang sibuk melayani.

"pak saya borong semua bakso bakarnya ya,"ucap Aira yang terekam sempurna di mata Satria.

"bener kata Radhit, dia bener-bener beda dari yang lain."batin Satria.

"serius neng?"tanya pedangan tersebut.

"iya pak,"ucap Aira dengan senyum yang ramah.

"saya sepuluh tusuk aja pak dan sisanya tolong kasih ke anak-anak yang ada di sana, ini uanganya."ucap Aira dengan menunjuk arah anak-anak yang sedang melihat orang-orang bermain permainan yang ada di pasar malam itu, Aira memberi uang tiga ratus ribu kepada pedagang tersebut.

"kebanyakan neng ini cuman dua ratus,"ucap pedangan tersebut.

"tidak apa-apa kembaliannya buat bapak saja,"

"makasih neng,ini pacarannya yah?"ucapan pedagang tersebut berhasil membuat Aira dan Satria saling pandang.

"do'a in aja pak hehehe."

"semoga bisa pacaran dan langgeng sampe nikah ya neng, ini sepluh tusuk baksonya."ucap pedagang bakso tersebut dengan memberikan satu kantung keresek.

"makasih pak, sehat-sehat ya!"ucap Ara berlalu pergi dengan Satria.

"berasa sendirian dari tadi,"sindir Aira dengan menatap Satria.

"Lo mau apa lagi?"tanya Satria.

"gue mau itu boleh tapi Lo yang beliin buat gue?"

"Boneka?"

"iya, mau ya plis!!"pinta Ara dengan mata yang berbinar. rasanya begitu lucu di ke-dua mata Satria ketika melihat mata Aira yang seolah memohon.

kisah Satria & Aira [End]Where stories live. Discover now