Berpikirlah Dua Kali Sebelum Bertindak

393 59 10
                                    

Setelah insiden Benizakura, aku jadi lebih sering menghabiskan waktu di kamarku. Semenjak kejadian itu, Zura jadi hmm sedikit protektif kurasa. Padahal sudah ku bilang aku hanya mual saat itu...ya sepertinya...sejujurnya aku juga tidak tahu apa yang terjadi saat itu...tapi ya kurasa itu hanya mabuk udara...

Oh ya, berbicara tentang Benizakura. Semenjak kejadian itu aku jadi cukup dekat dengan Tetsuko. Terkadang aku pergi ke tokonya dan membantunya. Aku tidak tahu kenapa hanya saja aku merasa sedikit tenang saat berada di tempat itu.

"Ah (y/n)-san, kau kembali lagi. Apa kau ingin membantuku lagi hari ini?" Tanya Tetsuko.

"Ya tentu saja." Jawabku.

Pedang hasil tempaan Tetsuko sangatlah bagus. Tidak jarang polisi dan pejabat-pejabat bakufu menggunakan jasa Tetsuko. Mungkin bisa dibilang Tetsuko adalah pengrajin besi terbaik di sekitar sini.

Aku membantu Tetsuko dari pagi hingga sore. Ya, biasanya kami akan selesai saat siang hari tapi kali ini pesanan yang Tetsuko terima terlalu banyak dan aku juga tidak tega jika harus meninggalkannya sendirian.

"Tidak apa-apa (y/n)-san, ini adalah pekerjaanku. Lagipula aku merasa tidak enak padamu, kau tidak pernah meminta apapun bahkan kau tidak ingin menerima uang padahal kau sudah sering membantuku." Ucap Tetsuko.

"Aku melakukannya karena aku ingin, jadi kau tidak perlu membayarku." Ucapku.

"Hmm, tapi aku tetap merasa tidak enak." Ucap Tetsuko.

"Kalau begitu, bagaimana jika kau membayarku dengan cara lain." Ucapku sambil tersenyum.

Tetsuko terdiam mendengar ucapanku. Tidak lama setelah itu wajahnya memerah lalu dia meninju wajahku dengan keras hingga aku terjatuh.

"Ouch! Apa yang kau lakukan?!" Teriakku.

"Itu salahmu sendiri! Apa yang sebenarnya kau pikirkan!" Teriak Tetsuko.

"Huh? Aku hanya ingin memintamu untuk memperbaiki sebuah pedang." Ucapku.

"Eh...Ah! EH?!"

"Ya, jika kau memang tidak mau tidak apa-apa kau tidak perlu memukulku seperti itu." Ucapku.

"Tu-tunggu. Ekhem, pedang ya. Ku rasa aku bisa." Ucap Tetsuko.

"Sungguh?! Benarkah?!" Teriakku.

"Y-ya, tapi (y/n)-san memangnya kau memiliki pedang? Ku pikir kau hanya punya bokutoumu itu." Tanya Tetsuko.

"Aku menemukannya di jalan, pedangnya terlihat keren jadi aku mengambilnya." Ucapku.

"Kenapa kau mengambil barang seenaknya begitu?! Bagaimana jika seseorang mencarinya?!" Teriak Tetsuko.

"Barang itu sudah menyentuh tanah, artinya barang itu bisa menjadi milik siapapun. Dan siapa cepat dia yang dapat." Ucapku.

Tetsuko menghela nafasnya. Setelah itu dia memintaku untuk membawa pedang itu padanya agar dia bisa memeriksa kondisinya terlebih dahulu.

"Terima kasih Tetsuko!" Ucapku sambil memegang kedua tangan Tetsuko.

Wajah Tetsuko kembali memerah. Dia menarik tangannya dan mendorongku keluar dari tokonya.

??? P.O.V.

Saat sedang berpatroli, aku melihat si bodoh nomor 2 keluar dari tempat pengrajin besi. Dia memang suka melakukan hal-hal aneh, selain itu belakangan ini aku sering melihatnya keluar masuk tempat pengrajin besi itu. Awalnya aku ingin mengabaikannya, tapi aku teringat dia tidak memiliki pedang terlebih lagi skill berpedangnya bisa dibilang cukup tinggi. Dia juga pernah terlihat berjalan bersama Katsura.

Gintoki's Brother || Gintama Fanfiction || Gintama x Male Reader!Where stories live. Discover now