Arabella 39

6.9K 765 287
                                    

Hello, maaf updatenya kelamaan yah. Beberapa hari ini nggak ada sinyal di daerahku.

Yaudah sebelum baca jawab pertanyaan aku dulu yuk!

Umur kalian berapa? Biar aku bisa sesuaikan tindakan kekerasannya dengan umur kalian.

Yaudah itu aja. Jangan lupa dijawab!

Happy Reading....

.
.
.
.
.

Tatapan datar itu terus menatap ke depan, suara riuh ricuh para siswa memenuhi indera pendengaran gadis itu. Guru yang tak kunjung datang membuat beberapa siswa bersorak karena bisa menambah sedikit waktu istirahat mereka. Tapi tak kurung juga ada siswa yang terus mengumpat karena merasa terganggu dengan aktivitas mereka yang berusaha untuk memahami beberapa rumus yang ada di buku cetak.

Ara lebih memilih untuk berdiam diri, enggan untuk mendengarkan apalagi sampai menyahuti segala ocehan Via yang menurutnya tidak penting. Gadis itu terus saja mengusik Ara sejak tadi.

"Ara, gue serius nanya cowok yang sama lo tadi itu siapa? Terus sekarang di mana?"

Itulah yang sejak tadi terus terlontar dari mulut Via, gadis itu seakan sangat penasaran dengan identitas dan keberadaan Justin yang Ara sendiri tidak tahu pasti jawabannya. Setelah tadi meninggalkan cowok itu, kini Ara tidak lagi melihatnya.

Perlahan-lahan keheningan mulai terjadi dalam kelas itu, Via pun tak lagi membuka suara. Pantas saja hal itu terjadi, seorang guru perempuan telah berdiri di depan kelas dengan sebelah tangannya membawa beberapa buku paket dan sebelahnya lagi ia gunakan untuk memegang sebuah penggaris berukuran cukup besar. Entahlah, Ara tidak tau pasti mengenai hal itu.

Guru perempuan tersebut menyimpan peralatan yang ada di tangannya ke meja khusus guru, pandangannya menelisik sekeliling mengamati para siswanya.

"Sebelum memulai pelajarannya, hari ini ibu akan menyampaikan kabar gembira untuk kalian semua!" Para siswa semakin penasaran dengan kabar bahagia yang dimaksud oleh guru yang ber-name tag Disa itu.

"Kamu silahkan masuk!" Semua mata tertuju pada objek yang kini tengah berdiri di samping Bu Disa.

"Dia ini adalah teman baru kalian. Panggil saja dia dengan nama Justin, dia pindahan dari salah satu sekolah ternama di kota ini, SMA Taruna. Dia adalah murid yang berprestasi, jadi saya harap kalian bisa saling bertukar ilmu sama dia. Kamu Justin, silahkan cari bangku kosong untuk kamu tempati!"

Para siswa mengangguk paham, wajah tampan milik Justin seakan membuat beberapa gadis terpaku pada pandangan pertamanya. Respon yang diberikan Rey sangat jauh berbeda terhadap kehadiran cowok itu, suasana hatinya semakin buruk ketika melihat sosok pria yang tadi sempat pergi bersama Ara, pria yang dengan mudahnya merangkul Ara ternyata akan menjadi teman satu kelasnya. Itu bukanlah kabar gembira baginya, melainkan sebuah bencana.

"Rey kamu kenapa?" tanya Naya lembut yang menyadari perubahan raut wajah Rey.

"Nggak papa!" jawabnya acuh dan mencoba kembali fokus dengan buku yang ada di hadapannya.

Mengikuti perintah guru tadi, Justin mulai berjalan-jalan mencari bangku yang cocok untuknya. Mata tertuju pada Ara yang sama sekali tidak melihat keberadaannya, itulah yang harapkan dengan segera cowok itu berjalan ke arah bangku Ara.

Via yang menyadari bahwa Justin tengah berjalan ke arah bangkunya dan Ara, hanya bisa tersenyum malu-malu. Apakah Justin akan menghampirinya? Wah ini sebuah keberuntungan untuk seorang Via.

"Yaampun ... yaampun, jangan bilang dia mau duduk bareng gue. Tapi, kalo gitu, Ara gimana dong? Ah, nggak apa-apa kali, ya, kalau Ara geser ke bangku lain dulu mumpung tuh cogan mau duduk bareng gue. Emang pesona Via nggak ada obat," gumam Via bermonolog.

The Mission  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang