Arabella 20

8.1K 740 38
                                    

Happy reading🖤
.
.
.
.
.
.

Setelah tiga hari menjalani hukumannya, kini Ara sudah kembali bisa bersekolah. Selain kembali menjalankan tugasnya sebagai pelajar, tentu saja menyelediki tujuannya sejak awal menjadi alasannya bersekolah di SMA Jaya Bangsa.

Kini gadis cantik itu mulai memarkirkan mobilnya, dengan suasana sekolah yang terbilang cukup ramai. Begitu banyak pasang mata yang memandangnya, namun Ara tetap acuh berjalan di koridor sekolah dengan ekspresi datarnya. Tidak lupa pula dengan earphone yang sejak tadi bertengger di telinganya.

Rasanya semenjak ia bersekolah di SMA Jaya Bangsa, ia seakan melenceng jauh dari tujuan awalnya. Ia terlalu banyak bicara tanpa bertidak. Hari ini tidak ada lagi, Ara tidak akan menegur melalui kata-kata, sekarang Ara melakukannya hanya dengan tindakan tanpa banyak bicara. Satu yang harus ia ingat, kurangi bicara dan perbanyak tindakan. Seperti sikapnya sejak dulu.

Tepat berada di depan kelasnya, gadis itu memilih untuk tidak melanjutkan langkahnya. Menatap suasana kelas yang sangat ricuh, dengan candaan-candaan para siswa dengan sahabat-sahabat mereka. Tetapi ada hal yang lebih menarik perhatiannya, dua sejoli yang tengah asik dengan obrolan mereka.

Lagi-lagi pemandangan yang sama kembali terjadi, di mana ada Naya yang duduk di bangkunya. Ara mengembuskan napasnya gusar, gadis itu mulai melangkahkan kakinya menuju bangkunya.

"Yaampun Ara akhirnya lo dateng juga, udah dari tadi gue nungguin lo!" Via menyunggingkan senyum manisnya pada Ara, dengan sedikit berlari gadis itu mulai mendekati Ara.

Ara hanya acuh mendapatkan perlakuan seperti itu dari Via, saat ini ia tengah menatap Naya datar. Entah drama apa lagi yang akan terjadi. "Minggir!" ujarnya.

Sementara Naya reflek membalikkan badannya memandang keberadaan Ara. "Maaf, ya, Ara. Sekarang ini udah jadi bangku aku, saat kamu di scors aku di pindahin ke kelas ini. Jadi nggak papa 'kan kalo aku duduk di sini?" tanya Naya sambil tersenyum.

Rey memalingkan wajahnya, kembali memfokuskan dirinya dengan laptop di hadapannya. Sangat banyak tugas OSIS yang harus ia kerjakan. Saat ini ia tidak mau ikut campur urusan Naya dan Ara.

"Heh, ular betina punya malu nggak, sih lo?minggir lo sana! Ini bangku Ara, bukan lo. Dasar maling emang, bangku aja direbut kayak nggak ada yang lain aja!" Bukan Ara ataupun Rey yang mengatakan itu, melainkan Via. Gadis itu kini tengah menyoroti Naya tajam, rasanya ia ingin menghempaskan jauh-jauh perempuan seperti Naya dari bumi ini.

Naya tetap berusaha menampilkan sifat malaikatnya. "He-he-he, bukan gitu kok Via. Aku cuma mau duduk di samping pacar aku aja, apa itu salah? Lagian aku udah bilang dulu kok sama wali kelasnya, dan dia setuju-setuju aja!"

"Ia setuju-setuju aja, mau gimana lagi 'kan bokap lo orang penting di sekolah ini. Yaudah Ara Lo duduk sama gue aja, apa sih yang nggak buat ular betina, upss," sindir Via sambil tersenyum mengejek.

Via lalu menarik tangan Ara menuju bangkunya. Ara yang tidak sedang ingin berdebat, hanya mengikuti langkah Via saja. Tidak penting jika harus mengurusi hal seperti itu.

"Nih, lo duduk sini aja!" ucap Via mulai mendudukkan bokongnya dan diikuti oleh Ara.

Tas ransel yang sejak tadi menempel di belakangnya, kini Ara letakkan di depan mejanya. Wajahnya masih menunjukkan ekspresi yang sama. Datar. Tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya.

Via memutar badannya, menatap Ara yang terus saja diam. Ada rasa bersalah yang ia rasakan. "Ara ... Maaf, ya semalem gue nggak nginap di rumah lo. Padahal gue udah janji bakal adain Girls time bareng lo! Pasti lo udah nungguin, ya? Atau jangan-jangan lo udah nyiapin semuanya?"

The Mission  [END]Where stories live. Discover now