Arabella 43

7.1K 768 172
                                    

Happy Reading
.
.
.
.

Terhitung satu minggu sejak kejadian Naya yang mengakui semua kesalahannya di hadapan para siswa dan selama itu juga hubungan Ara dan Via semakin menjauh. Sejak kejadian itu banyak yang berubah.

Mulai dari Naya yang kini tidak memiliki satu pun teman, memang gadis itu tetap memilih sekolah seperti biasanya. Namun, hari-harinya yang biasanya penuh dengan pujian saat ini bertolak belakang menjadi sasaran bullying bagi siswa-siswa. Rey yang saat ini sudah mengundurkan diri menjadi ketua OSIS dan mulai menutup diri. Hingga saat ini hubungan pertemanan Ara dan Via yang renggang.

Via tidak tau pasti tentang itu, hanya saja setiap kali Via mendekat maka Ara akan menghindar. Tidak hanya itu, akhir-akhir ini perilaku Ara benar-benar berubah. Tertutup dan kejam menjadi ciri khasnya saat ini, kembali dengan sifatnya yang dulu— membantah aturan yang tidak ia sukai. Bahkan Via tidak mengenal sosok Ara yang saat ini, Via sudah benar-benar nyaman dengan sifat Ara yang biasanya diam dan cuek.

Via berpikir, mungkin Ara menjauh karena perkataan Naya tempo hari. Padahal, Via benar-benar ingin berteman dengan Ara. Saat pertama kali Via kembali ke sekolah ini, sosok Ara benar-benar membuatnya terpukau. Hingga, keinginan untuk berteman dengan gadis itu semakin kuat.

Hari ini, Via berjalan di koridor sekolah dengan wajah lesuhnya. Semangatnya menurun mengingat bagaimana akhir-akhir ini Ara menjauhinya. Lagi dan lagi gadis itu menghela napasnya, langkahnya berhenti tepat di depan kelas. Sebelum masuk Via berdoa dalam hati agar hari ini Ara sudah tidak marah padanya dan mulai menegurnya seperti hari-hari sebelumnya.

Mulai masuk, Via mengedarkan pandangannya menatap penjuru kelas mencari sosok Ara yang ternyata belum berada di kelas. Sesampainya di bangkunya, Via melirik sekilas ke arah bangku Ara dan ternyata gadis itu benar-benar belum datang, Via pikir tadi Ara sudah datang tapi hanya sedang keluar saja, akan tetapi ternyata salah terbukti dengan tas Ara yang belum ada. Yang membuat Via benar-benar yakin Ara sedang marah dengannya karena Ara yang memutuskan pindah ke bangku belakang. Setiap kali Via bertanya tentang perubahan sikap Ara, gadis itu hanya menatap Via sekilas lalu pergi tanpa berniat membalasnya.

Selang beberapa menit kemudian, sosok yang sejak tadi Via cari akhirnya datang. Ara berdiri di ambang pintu menatap seluruh siswa yang ada di dalam kelas dengan datar. Saat pandangan Ara jatuh ke arah Via, gadis itu tengah tersenyum lebar dan melambai-lambaikan tangannya dengan senang. Namun, tak ada balasan apa pun dari Ara. Via hanya tersenyum getir sembari memandang Ara dengan tatapan sendu, percaya atau tidak Via benar-benar berharap hubungannya dengan Ara membaik. Tak apa jika Ara cuek dan diam seperti biasa asal tetap menjadi Ara— sahabatnya.

Selangkah lagi kaki jenjangnya tiba di bangku yang beberapa minggu ini telah menjadi tempatnya menempatkan bokongnya, sebuah tangan kekar terlebih dahulu menghentikan gadis itu.

Sebuah tatapan yang menyiratkan sebuah penyesalan terpancar jelas dari mata cowok yang masih meletakkan genggamannya di tangan Ara itu. "Gue perlu bicara sama lo!" Entahlah, beberapa kalimat tersebut lebih cocok disebut sebagai sebuah perintah daripada permintaan.

Tangannya segera ia tarik secara kasar, Ara bergeming sesaat dengan pandangan yang tajam mengarah ke depan, enggan untuk menatap lawannya berbicara saat ini.

"Gue perlu bicara, tapi bukan di sini!" Netra cowok itu tidak sengaja menangkap pandangan para siswa yang tengah menatap keduanya. Sungguh Rey tidak suka itu.

"Gue sibuk!" balas Ara meninggalkan Rey yang masih menatapnya penuh harap.

Sesampainya di bangkunya, Ara segera duduk sembari melepaskan ransel yang sejak tadi bertengger di punggungnya. Pandangannya lurus ke depan, beberapa bisik-bisik siswa masih dapat ia dengarkan yang tengah membahas perkara pembullyan Naya yang masih menjadi berita hangat di sekolah itu. Sejak kejadian itu, sangat jarang Ara melihat keberadaan Naya di dalam kelas. Tidak seperti biasanya gadis itu akan menjadikan kelas sebagai tempatnya berlabuh walaupun di jam istirahat, bahkan pada saat begini sudah menjadi kegiatan rutinnya berada di sisi Rey mengajak cowok itu bercanda atau hanya sekedar bercerita hal-hal tidak penting.

The Mission  [END]Where stories live. Discover now