Arabella 2

19.7K 1.5K 39
                                    

Kini Ara tengah berada dalam kamar yang sudah tujuh tahun ia tinggalkan, kamar yang selalu ia rindukan akan kenangan-kenangan yang telah terjadi di dalamnya. Kamar dengan dominan warna hitam, sedari dulu Ara sudah mengklaim hitam sebagai warna favoritnya. Menurut gadis itu, hitam memiliki arti dan keindahan tersendiri yang tak semua orang bisa memahaminya.

Yaps, sejak sejam yang lalu Ara sudah tiba di Jakarta dan langsung disambut oleh para bodyguard setia keluarga Alexander.

Ara memandangi setiap inci kamarnya, yang terdapat banyak foto-foto bahagia dirinya dan keluarganya. Ia sangat merindukan perlakuan hangat dari sang Ibu, rindu dibacakan dongeng setiap malamnya dari sang Ayah, rindu senyuman dan kasih sayang dari Kakak laki-lakinya, dan terakhir ia sangat merindukan sosok sahabatnya yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri. Sahabat yang selalu mendampinginya dan selalu menampilkan senyuman manis saat berada dengan Ara.

Ara sangat merindukan keluarganya, dimana tak ada rasa kesepian yang ia rasakan. Tangan gadis itu beralih mengambil sebuah foto yang sedari tadi ia pandangi, dimana terdapat dirinya dan keluarganya yang tengah tersenyum bahagia. Gadis itu memeluk erat foto tersebut.

Memikirkan semua itu Ara serasa ingin meneteskan air matanya, menumpahkan semua rasa rindu, dan dendam yang ia rasakan selama ini. Tapi dengan cepat gadis itu menepis jauh-jauh pikirannya. "Gue bukan Ara, si gadis kecil yang lemah! Gue balik ke sini bukan untuk menangis! Tapi gue balik kesini untuk menangin sebuah permainan, membunuh setiap hama yang tersisa di dunia ini!" monolog Ara mantap.

Ara melirik ke arah jam yang kini telah menunjukkan pukul 20:00. Gadis itu beranjak dari duduknya dan meraih gawainya yang ada di atas nakas, ia berjalan ke ruang tengah tempatnya dulu berkumpul bersama keluarganya. Sepanjang perjalanan menuruni tangga, gadis itu mendapat sapaan rama dari beberapa bodyguard yang bertugas menjaga ruangan yang ada di dekat kamar Ara, yang tak lain adalah kamar mendiam kedua orangtuanya. Entahlah gadis itu juga kebingungan, mengapa kamar kedua orangtuanya dijaga dengan begitu ketatnya.

****
Pak Arga yang sedang berjalan ke arah ruangan kerjanya, mengehentikan langkahnya karena melihat Ara yang sedang duduk santai sambil memainkan gawainya. Pria itu lantas berjalan mendekati Ara, dengan membawa beberapa dokumen di tangannya. "Nona muda kenapa belum tidur?"

"Saya belum ngantuk!" jawab Ara seadanya.

"Baiklah kalau begitu, ada yang ingin saya bicarakan kepada nona muda!"

Ara menyimpan gawai yang sedari tadi ia mainkan, di sisinya. Ara mulai menatap Pak Arga serius. "Apa?"

"Ini tentang pembunuhan keluarga nona, saya sudah mendapatkan beberapa identitas dari para pembunuh bayaran itu. Akan tetapi, identitas pelaku utama sekaligus otak dari pembunuhan itu belum bisa saya dapatkan. Karena dia menyembunyikan identitas dari publik dan sepertinya dia juga cukup hebat hingga ia berpengaruh di negara ini." Arga menyodorkan beberapa berkas itu kepada Ara.

"Kehebatan pak Arga emang nggak perlu diragukan lagi, meskipun waktu itu pak Arga nggak ada di tempat pembunuhan itu, tapi pak bisa dapet identitas dari para pembunuh itu," ucap Ara kagum.

"Itu bukan hal yang sulit nona, beberapa bulan terakhir ini, saya sudah mengerahkan seluruh bodyguard untuk menyelidiki kasus ini, dan mereka berhasil menemukannya! Meskipun pelaku utama masih belum ditemukan, tapi sedikit informasi dia memiliki anak gadis yang seumuran dengan nona muda, pelaku utamanya hanya tinggal dengan anak gadisnya itu!"

"Tidak masalah, saya yang akan turun tangan untuk mencari pembunuh utama itu beserta anak gadisnya, dia harus merasakan apa yang saya rasakan!"

"Saya akan tetap berusaha untuk mencarinya!"

The Mission  [END]Where stories live. Discover now