Arabella 40

7.4K 787 168
                                    

Hey guys! Aku update jam segini masih ada yang baca nggak yah?

Dalam part ini ada banyak kata-kata kasar. Kalau ada yang nggak suka atau nggak bisa baca. bisa skip yah.

Yaudah happy reading
.
.
.
.
.

Ara berdiam diri di balkon kamarnya setelah kembali dari luar tadi. Mendongakkan kepalanya menatap langit malam dengan berhiaskan bintang dan bulan. Matanya ia pejamkan, sengaja Ara melakukan itu karena menurutnya malam yang gelap itu sudah cukup tanpa bulan dan bintang karena kegelapan itu lebih cocok untuknya. Memang sejak dulu selalu begitu ... gelap dan kesepian tanpa teman.

Ara sedikit menendang tembok untuk meluapkan sedikit emosinya karena orang yang tadi sudah berani bermain-main dengannya. Ara dengan kecepatan penuh pergi menuju alamat yang dikirimkan oleh seseorang yang menelpon Ara tadi tapi setibanya di sana tak ada tanda-tanda bahwa ada seseorang yang telah menunggunya. Lama Ara menunggu, hingga hari berganti malam tapi tak ada juga seseorang yang datang. Sepertinya ada orang yang mencoba mempermainkannya. Ara tidak bodoh, pasti ada sesuatu yang sedang direncanakan oleh para hama-hama itu.

Lagi dan lagi Ara berdecak saat pikirannya kini masih belum menemukan titik terang dari perkataan pak Arga tadi. Sebenarnya hal apa yang banyak orang sembunyikan darinya. Mengapa ia terlihat seperti orang bodoh di tengah-tengah mereka semua.

"Shit, pak Arga pikir gue orang bodoh. Dia boleh saja berusaha mengalihkan pembicaraan itu, tapi tetap saja. Gue tau arah pembicaraannya. Argh, kenapa? Kenapa lagi-lagi semuanya masih abu-abu? Kenapa semuanya seperti penghianat di depan gue?!" gumamnya bermonolog.

"Apa sebenarnya maksud pak Arga itu?"

Hembusan napas berat keluar dari mulut Ara. Tangannya mengepal dengan mata yang seakan menyiratkan banyak dendam. Rambut panjangnya yang terbang karena angin yang menerpa membuat beberapa helai menutupi wajahnya.

"Gue nggak bisa gini terus. Gue harus cari tau semuanya!"

Ara lalu berbalik hendak masuk ke dalam kamarnya. Ara berencana akan keluar malam ini menyelidiki lebih jauh tentang kejadian-kejadian yang sering kali membuatnya bertanya-tanya. Termasuk menyelidiki beberapa namelist yang akhir-akhir sangat mencurigakan.

Ara segera mengambil jaket kulit dan berencana untuk segera pergi. Namun, baru selangkah ia meninggalkan kamar terdengar suara pecahan kaca dari arah belakangnya. Ara berbalik, dan mendapati kaca jendelanya kini telah pecah dan berhamburan.

Ara berlari masuk ke dalam dan melihat keluar jendela mencoba mencari tau siapa sebenarnya yang melakukan hal itu. Netranya mendapati seseorang yang sedang berdiri di bawah kamarnya sambil melambai-lambaikan tangannya tersenyum ke arah Ara. Memakai topi dan hoodie membuat Ara memicingkan matanya agar lebih mengenali orang tersebut. Umpatan terdengar jelas dari mulut gadis itu karena lagi-lagi orang yang sama selalu mengusik hidupnya dengan cara-caranya yang misterius. Justin, satu nama yang akhir-akhir ini selalu mengikuti ke mana gadis itu pergi dengan cara berbeda.

Justin perlahan-lahan naik menggunakan tangga yang entah ia dapat dari mana dan mulai memanjat balkon Ara. Ketika telah sampai Justin sendiri melompat dan tersenyum miring ke arah Ara sambil menaik turunkan alisnya. Ara hanya menatap datar cowok itu, percayalah Justin adalah satu-satunya orang yang Ara sendiri tidak dapat menebak kepribadian serta tindakannya. Semuanya tentang Justin hanya menyisakan kata aneh dan misteri.

"Ngapain lo?"

Justin tampak sedang berpikir mempertimbangkan jawaban dari pertanyaan Ara tadi. "Ngapain, ya? Pengin ketemu lo dong pastinya," jawabnya asal lalu mulai berjalan menuju kasur Ara.

The Mission  [END]Where stories live. Discover now