Arabella 28

6.7K 680 15
                                    

Happy reading🖤
.
.
.
.
.

"Mau ngomong apa?" tanya Ara sambil berbalik menatap Rafael.

"ini soal pem—" Ucapan Rafael terpotong kala suara megafon yang menggema di seluruh penjuru SMA Jaya Bangsa tiba-tiba memberi informasi, agar Ara secepatnya pergi ke ruang guru. Guru yang terus saja berbicara itu, tak henti-hentinya menyebutkan nama Arabella Stefani. Rafael mengumpat kasar, baru tiga kata yang ia ucapkan dan harus terganggu karena informasi itu. Semuanya gagal.

Perhatian Ara teralihkan, dengan cepat gadis itu berlari menuju ke ruang guru. Ia yakin pasti akan ada masalah baru yang akan menyambutnya. Ara berhenti sejenak lalu kembali berbalik menatap Rafael. "Gue pergi dulu," ucapnya lalu kembali berlari.

Rafael hanya mengangguk pasrah. Ia menatap nyalang Ara yang semakin jauh berlari. Informasi yang ingin ia sampaikan tak kalah pentingnya dari panggilan guru tersebut, bahkan informasi yang akan disampaikan Rafael mungkin akan membantu Ara dalam tujuannya selama ini. Rafael sedikit iba melihat Ara yang selalu berjuang sendiri dalam menghadapi semua masalahnya. Bukan apa-apa, cowok itu hanya kehabisan kesabaran untuk merahasiakan segalanya, segala yang ia ketahui selama ini. Bersama Rey, Nathan, dan Bang Reno.

'Bahaya itu selalu mengintai lo, Ara!' batinnya berkata.

Rafael lalu melangkah pergi menyusul Ara. Ia sedikit kepo dengan apa yang terjadi di ruang guru hingga tiba-tiba gadis itu dipanggil. Rafael sangat yakin, masalah kali ini tidak jauh-jauh dari persoalan di rooftop tadi.

Via yang sejak tadi menjadi saksi keseriusan antara Ara dan Rafael hanya bisa terdiam, dengan otak yang terus saja berpikir untuk menemukan jawaban dari kebingungannya. Via selalu saja tidak mengerti dengan kata-kata yang mereka ucapkan. Bukan hanya itu, Via sejak tadi seperti orang bodoh yang tidak dianggap ada oleh Ara dan Rafael. Iya, Via melupakan hal itu. Bisa-bisanya mereka tidak menganggap kehadiran Queen Via di tengah-tengah mereka. "Ih, Via kok ditinggal sendirian, sih! Rafael dan Ara pake sok-sok-an misterius gitu lagi. Kesal Via jadinya. Ih, pokoknya Via kesel!" teriak Via lalu mengatur kembali napasnya. "Oke, Queen Via harus tetap keliatan cantik. Ayo kita susul dua manusia misterius itu." Via mengibaskan rambutnya ke kanan dan ke kiri lalu mulai melangkah pergi.

                      _ARABELLA_

Hal pertama yang Ara liat ketika membuka pintu adalah, Nadin yang sedang menangis sesenggukan di dalam pelukan seorang pria paruh baya. Entahlah, Ara juga tidak mengenal orang itu. Semua orang melihat ke arah Ara. Untuk menstabilkan napasnya, Ara berdehem lalu mulai melangkah masuk. "Ada apa, Pak?" tanya Ara sopan.

Orang yang sejak tadi memeluk Nadin mendelik tajam ke arah Ara, tatapan kemarahan terpancar jelas dari pria paruh baya itu. Ara yang tidak mengerti apa pun sejak tadi hanya diam dan tentu saja dengan ekspresi andalannya, datar.

"Oh, jadi kamu yang namanya Ara?" tanya pria itu sembari bangkit dari duduknya. "Siswi yang sudah berani buat anak gadis saya terluka? Coba jelaskan, kenapa kamu berani berbuat kasar kepada anak saya!? Setahu saya, anak saya itu adalah anak yang baik, dan penurut. Apa kesalahannya, sampai kamu berbuat hal yang dapat membuat anak saya trauma?" sergah pria paruh baya itu, seakan-akan di sini Ara-lah yang bersalah, dan Nadin? Ia adalah korban.

Ara nampak santai, gadis itu hanya memandang datar semua orang yang ada dalam ruangan itu. "Memangnya masih perlu penjelasan saya?" tanyanya bersedekap dada. Bukannya kekurangan ajaran sopan santun, hanya saja Ara akan bersikap baik pada orang yang tepat.

"Arabella, jaga bicara kamu!" sahut Pak Budi selaku guru BK.

"Saya juga ingin mendengar penjelasan dari kamu, karena saya tidak hanya ingin mendengar penjelasan dari anak saya. Jadi ... saya harap kamu bisa menjelaskannya!" Pria paruh baya yang berstatus sebagai Ayah dari Nadin itu masih berusaha untuk sabar, menghadapi sikap Ara. Sebelumnya Nadin sudah pernah mengelukan masalah Ara padanya, tetapi ia masih mengabaikan ucapan putrinya itu. Tapi sekarang Ara sudah kelewatan, gadis itu hampir saja melempar Nadin dari atas rooftop.

The Mission  [END]Onde histórias criam vida. Descubra agora