Arabella 8

10.3K 910 6
                                    

Setelah berhasil menyelamatkan Ara, karena tubuhnya yang sudah di penuhi telur-telur, Rey memutuskan untuk pulang ke rumahnya. Berhubung hari ini guru sedang mengadakan rapat, jadi Rey dengan mudah mendapatkan izin untuk pulang lebih awal. Renata yang merupakan ibu Rey, awalnya sangat khawatir dan kebingungan melihat Rey pulang dengan keadaan yang dipenuhi telur. Namun Rey mencoba menjelaskan, bahwa tadi ia menolong siswi yang sedang terkena bully.

Setelah selesai membersihkan tubuhnya dari sisa-sisa telur yang menempel di tubuhnya, Rey berbaring dengan tangan yang dijadikan sebagai bantal, menatap kosong langit-langit kamar. Begitu banyak pertanyaan yang muncul di otaknya. Wajah gadis yang akhir-akhir ini selalu mengusik kehidupannya, seakan terus-menerus muncul di pikirannya. Rey mengacak rambutnya frustasi. "Kok gue nolongin tuh cewek sih? Untuk apa gue ngorbanin diri gue buat lindungin dia?" gumamnya bermonolog.

Sejak tadi ia tak bisa menyingkirkan pikirannya, tentang seorang gadis yang bernama Arabella Stefani Alexander. Bukan tanpa alasan ia terus-menerus memikirkan gadis itu, Rey bertanya-tanya kenapa gadis itu sangat suka membuatnya kerepotan. Kejadian demi kejadian saat awal ia bertemu dengan Ara, seakan menjadi memori yang terus berputar di kepalanya. Lama berdiam diri, pria itu beralih meraih benda pipih yang tadi ia letakkan di sisinya. Rey mencari posisi yang nyaman untuknya, pria itu duduk di tepi ranjang dan mulai membuka salah satu game online yang ada di handphonenya.

****
Setibanya Ara di rumah mewahnya, ia dihadapkan dengan banyak pertanyaan dari para bodyguard dan maid yang bertugas di rumahnya. Namun saat ini keadaan hati Ara sedang tidak baik untuk menjawab semua pertanyaan-pertanyaan itu, ia belum pernah mendapat perlakuan seperti ini dari siapapun.

Gadis itu langsung masuk kedalam rumah, tanpa berniat membersihkan dulu kotoran-kotoran telur yang masih menempel di tubuhnya. Yang ia tahu sekarang, ia hanyalah ingin membunuh. Mendengarkan jeritan-jeritan menyakitkan dari mangsanya nanti. Mendengarkan kata ampun yang mereka lontarkan, saat ini ia harus melampiaskan amarahnya.

"Pak Arga, dimana?" Ara bertanya pada salah satu bodyguard yang biasanya selalu bersama dengan Arga.

"Ada di ruang kerjanya, nona!" Mendengar itu, Ara lantas berlari ke ruang kerja pak Arga. Hanya pak Arga yang bisa mengerti yang ia inginkan untuk saat ini.

Setelah kepergian Ara, Bodyguard yang masih terus menatap lurus ke depan itu, hanya geleng-geleng siapa orang yang memiliki keberanian memperlakukan Ara seperti itu? Apakah mereka tak tahu dampak dari perbuatan mereka? Apakah mereka sudah bosan hidup? Entahlah, hanya mereka yang bisa menjawab semua pertanyaan itu. Bodyguard ini yakin, bahwa akan ada orang yang menjadi tempat untuk melampiaskan amarah sang psycopat.

Tepat berada di depan ruang kerja pak Arga, tanpa mengatakan apapun langsung saja gadis itu memasuki ruangan yang bernuansa hitam putih itu.

Melihat Ara dengan kondisi seperti ini, pak Arga yang tengah sibuk berkutik dengan laptopnya langsung menghentikan aktivitasnya. Wajahnya terlihat sangat khawatir, ia berjalan mendekati Ara. "Nona apa yang telah terjadi, Sampai nona menjadi seperti ini? Siapa yang telah berani berbuat seperti ini kepada, nona? Apakah nona mengalami luka yang lain?" Pak Arga memberikan begitu banyak pertanyaan, namun yang menjadi pusat kekhawatiran pak Arga itu masih terus bungkam dengan wajah yang masih menahan amarahnya.

Ara berjalan ke arah meja Arga dan mengambil sebuah pisau tajam yang selalu Arga siapkan untuk keadaan darurat. Ara kembali melirik salah satu kursi sofa yang ada di ruangan itu, dengan brutal gadis itu mencabik-cabik kursi itu dengan pisaunya. Tak perduli jika ia akan ikut terluka nantinya, ia harus meluapkan sedikit emosinya. "Bajing*n!" teriaknya.

Tak berniat menghentikan aksi Ara, pak Arga hanya diam. Pria itu mengerti bahwa saat ini Ara sedang berusaha melampiaskan amarahnya. Ia bersedekap dada, menunggu sampai Ara bisa menghentikan aksinya itu.

The Mission  [END]Where stories live. Discover now