Arabella 18

8.4K 789 23
                                    

Jangan lupa vote dan komen! Karena vote itu gratis....

So ... Happy Reading 🖤

Ara tepat berdiri di depan kamar kedua orangtuanya sambil memegang kalung berbandul kunci pemberian ibunya itu. Harapannya hanya satu, dapat menemukan hal-hal yang dapat membantu-nya menyelesaikan semua teka-teki keluarganya di masa lalu.

Karena rasa penasaran yang sudah mendominasi, Ara segera mengarahkan kunci itu ke arah gembok yang terpampang jelas di bagian atas dan bawah knop pintu. Keamanannya seolah sengaja dibuat ganda, kenapa tidak pintunya saja yang dikunci kenapa harus di tambahkan gembok lagi? Batin Ara.

Ara berkali-kali mencoba membuka gembok itu. Namun nihil, gemboknya tidak bisa terbuka. Ara berpikir bahwa kunci yang kini ada di tangannya bukan merupakan kunci dari gembok itu. Benar-benar keamanan ganda. Mungkinkah, kunci gembok itu berbeda, dan kunci pintu juga berbeda? Tapi mengapa harus seperti itu. Lantas di mana kunci yang satunya. Semuanya berputar di otak Ara saat ini.

Ara masih mencoba dan terus mencoba untuk membuka gembok itu, namun hanya kegagalan saja yang ia dapat. Rasa penasarannya semakin besar, menurutnya kamar kedua orangtuanya itu menyimpan banyak misteri, dan satu-satunya untuk dapat menguak misteri itu dengan masuk ke dalamnya.

"Oh, shit. Kenapa semua terlihat begitu sulit sekarang. Semuanya penuh teka-teki bahkan gue hanya pengen masuk kamar aja, harus berpikir, bagaimana caranya bisa masuk. Sebenarnya kunci apa ini?" tanya Ara pada dirinya sendiri, sambil mengangkat kunci itu tinggi-tinggi. "Apa gue harus ngerusak gembok itu biar bisa masuk?"

Ara mengambil napas panjang lalu menghembuskan perlahan. Saat ini harus tenang, jangan gegabah. Di dalam misi dan tujuannya yang penuh teka-teki seperti ini, tidak seharusnya sesuatu di paksakan. Sama halnya dengan gembok itu, jika ia tidak bisa terbuka hanya dengan satu kunci pasti ada kunci yang lain sedangkan kunci yang berada di tangannya itu, munkin kunci sesuatu yang lebih penting daripada sekedar untuk membuka pintu.

Ara sedikit menajamkan pendengarannya, memastikan derup langkah yang terdengar sedang berjalan mendekatinya. "Ada apa?" tanya Ara sambil membalikkan badannya, menatap tajam maid itu.

"Permisi nona muda. Saya hanya ingin menyampaikan, kalau ada teman nona di bawah sedang menunggu nona." Suara itu berhasil membuat Ara mengehentikan aktivitasnya.

Dengan terus menampilkan wajah datar dan tatapan tajam, Ara menarik napasnya lalu menghembuskannya gusar. "Siapa? Kalau yang kemarin datang ke sini, langsung aja usir!"

Maid yang mendapatkan tatapan tajam Ara, lantas terlihat ketakutan. Mengetahui Ara seorang psycopat saja ia sudah sangat takut, apalagi saat ini ia sedang mendapatkan tatapan elang gadis itu.  "Bu--bukan nona! Kali ini berbeda."

Ara menatap nanar ke arah pintu yang sejak tadi berusaha ia buka. Mungkin belum waktunya. Teka-teki pintu itu nanti saja akan ia pecahkan, sekarang ia harus melihat siapa lagi yang berani mengangu waktunya. Sangat merepotkan.

Perlahan-lahan Ara mulai menuruni satu persatu anak tangga sambil menguncir rambut panjangnya sedangkan orang yang sejak tadi menunggu di ruang tamu mendongakkan kepalanya melihat Ara yang berjalan mendekatinya. Senyuman indah langsung tercetak di bibirnya, tapi nihil senyuman manisnya malah di sambut oleh tatapan dingin Ara. "Ngapain lo ke sini?" tanya Ara to the poin.

"Aku boleh duduk dulu?" tanyanya lembut dan hanya dibalas deheman oleh Ara.

"Kamu nggak mau buatin aku minum dulu?" tanyanya lagi.

Ara menatap tajam gadis itu, kedatangannya saja tidak diinginkan oleh Ara dan sekarang ia meminta dibuatkan minum. Tidak tau malu. "To the poin aja, ngapain lo ke rumah gue? Dan dari mana lo tau alamat gue?"

Senyuman miring tercetak jelas di bibir gadis itu. "Hal itu bukan hal yang sulit bagi seorang Naya, hanya dengan satu detik gue bisa dapetin semua informasi tentang lo, Arabella yang terhormat."

Ara berdecih. "Gue suka lo mau terbuka ke gue, setidaknya gue orang pertama yang tau sifat busuk lo itu!"

"Kenapa, kaget? Naya nggak selemah yang lo pikir, dan sekolah itu ... Akan gue ubah jadi neraka buat lo. Di dunia ini semuanya bohong, masa gue nggak bisa memerankan dua karakter sekaligus, gimana Arabella yang kuat? Gue benar, 'kan?"

Ara menampilkan wajah datarnya, semua dugaan sejak awal benar. Jika Karena tidak malas mengurus hal yang tidak penting seperti itu, sudah ia bongkar semua kebusukan Naya, bahkan Nadin dan teman-temannya itu. Semuanya hanya karena malas bukan tidak mampu. Malas bisa saja berubah sewaktu-waktu, bukan? Apapun akan Ara lakukan jika berkali-kali ada yang ingin mengusik ketenangannya.

"Naya, Naya. Sangat polos! Jangankan lo, bahkan Nadin dan teman-temannya juga bisa gue hadapin. Hanya saja waktunya belum tepat, wait and see, okay!" ucap Ara tersenyum devil. "Sebenarnya tujuan lo datang ke sini apa, sih? Gue nggak punya banyak waktu!"

"Gue datang ke sini buat memberikan lo satu peringatan. Jauhin Rey! Dia milik gue, sesuatu yang sudah gue klaim milik gue akan seterusnya menjadi milik gue! Nggak ada yang pantas bersanding dengan Rey selain gue. Gue yang lebih dulu hadir dan berjuang! Berani lo ngusik hubungan gue sama Rey, jangan harap lo bisa hidup tenang!" balas Naya dengan angkuh.

"Kebanyakan basa-basi tau nggak?! Nggak tertarik gue sama pacar lo itu, dan ingat ... Gue nggak pernah berniat deketin atau rebut siapapun," tegas Ara dengan kekehan mengejek. "Tau nggak, kelakuan lo kayak gini sama seperti bitc* yang takut kehilangan langganannya. MURAHAN!"

Naya menggeram marah karena mendengarkan semua penuturan Ara, ia hendak berdiri menghampiri Ara. Namun seluruh bodyguard yang sejak tadi berdiri sambil mengamati gerak-gerik mereka segera maju, Karena melihat Naya yang hendak menyakiti Ara. Dengan cepat Ara, mengangkat tangannya dan memerintahkan mereka semua untuk pergi.

"Kenapa? Mau gampar gue? Sini kalau lo berani! Tapi jangan nangis kalau gue balas lebih sakit!" tegas Ara dengan wajah mengejek.

"Why, not? Di sekolah lo bisa bertindak sebagai antagonis dan gue sebagai gadis yang lemah dan selalu membutuhkan perlindungan, tapi sekarang kita sama-sama berperan sebagai antagonis. Gue bakal baik sama lo, kalau lo jauhin Rey!"

"Jangan samakan gue dengan lo, kita berbeda! Lo munafik sedangkan gue apa adanya, nggak sok baik dan ingin selalu mendapat pujian!"

Naya segera tersenyum miring, kala mendengar suara derup motor dari arah luar. Gadis itu segera berjalan mendekati Ara dan langsung memeluknya erat. "Bahkan permainan baru saja dimulai Ara!" bisiknya di telinga Ara.

Ara yang mendapat perlakuan seperti itu, dengan sigap mendorong tubuh Naya dengan kuat. Yang membuat tubuh gadis itu tersungkur di lantai dan bokong yang terbentur di kaki meja. Naya meringis kesakitan, menampilkan sisi lemahnya. Sungguh saat ini ia benar-benar kesakitan, munkin.

Ara!!!

To Be Continue....

Sorry for typo 🙏

Satu kata buat part ini?
Satu kata buat Naya?

The Mission  [END]Where stories live. Discover now