Arabella End

6.3K 563 77
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.

"Lo kira gue bodoh? Enggak mungkin Lo gunain belati alih-alih pistol buat ngelumpuhin gue tadi. udah pasti ada yang salah dengan pistol lo itu. Nikmatin detik-detik kematian lo dengan kesendirian."

Ara terjatuh. Bertumpu dengan kedua lututnya. Napasnya tak teratur dengan kesadaran yang berupaya tetap ia pertahankan. Sesekali gadis itu menggeleng, dengan tangan memukul kepalanya sendiri agar ia tetap dengan kesadarannya.

"Seharusnya sekarang waktunya mereka tiba," gumamnya bermonolog.

Mengulur waktu.

Hanya itu yang ia bisa lakukan saat ini.

"Jangan menyesal kalau nantinya lo tau kenapa gue pengen bunuh Regantara itu."

Benar. Via tidak pernah diberitahu alasan sebenarnya mengapa ia harus membunuh Ara. Via menatap Ara dengan tatapan penuh keinginan tahuan.

"Dilihat dari wajah lo, sepertinya lo belum tau." Ara terkekeh. "Nyawanya adalah satu-satunya bayaran atas apa yang dia lakukan kepada keluarga gue tujuh tahun silam. Semuanya terbayar hari ini dan itu sudah lebih dari cukup. Bahkan kalau lo bunuh gue sekarang, gue bisa mati dengan penuh kelegaan. Gue bener-bener siap untuk itu."

Via terkejut. Fakta baru dan jawaban atas pertanyaanya selama ini. "Tuan Regantara bu—"

"Dia bunuh semua orang berharga dari hidup gue. Merenggut dan menyentuh apa seharusnya tidak dia sentuh. Gue sendiri di dunia fana penuh kekejaman karena dia!"

***

Di luar bangunan itu, dengan kondisi yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja, di dalam hatinya pak Arga terus saja berdoa untuk hal baik sedang berpihak pada Ara. Usai beberapa saat mendengar suara pelatuk itu hatinya tak bisa tenang.

"Sudah sekitar 30 menit dan mereka belum juga keluar. Bagaimana?" tanya salah seorang Bodyguard. Sepertinya ia bertanya kepada ketua mereka.

"Bawa saja semua alat yang diperlukan ke mari. Kita tidak bisa menunggu lebih lama. Kata Tuan, barang bukti juga harus dihilangkan. Ambil mayat Tuan Regantara lalu kita bakar habis tempat ini," jawabnya memberi interupsi.

"Bagaimana dengan Nona Oliv, Tuan?"

"Tugasnya sudah selesai dan sudah waktunya dia juga mati, 'kan? Secara otomatis ia harus di hapus dari misi ini."

"Baik, Tuan."

Walaupun tuannya sudah terbunuh hari ini, tetapi ia akan tetap melanjutkan semua misi ini. Menjadi tangan kanan Regantara selama ini, membuat ia memiliki wewenang memerintah. Mulai saat ini, ia yang akan mengambil alih sisanya. Hanya dengan misi ini berhasil, Tuannya bisa pergi dengan tenang.

Sesuai perintah, para bodyguard itu mulai menyiram seluruh bangunan tua itu dengan bensin. Setelah selesai, orang yang diketahui sebagai tangan kanan Regantara itu menyeringai dengan korek api yang menyala ditangannya. Tanpa membuang waktu lagi segera ia lemparkan ke bangunan tua yang di dalamnya masih terdapat Ara dan Via.

Melihat aksi gila di depannya Reno dan yang lainnya terus memberontak berharap ikatan yang melilit mereka terlepas. Melihat bagaimana si merah melahap bangunan itu dengan cepat sehingga secara naluri mereka meronta. Bagaimana pun Ara masih di dalam sana entahlah masih hidup akan tetapi perasaan ingin menolong Ara di sana tetap hadir.

Melihat bagaimana para bodyguard itu pergi menghiraukan Via sehingga muncul spekulasi bahwa sebenarnya Via selama ini hanyalah boneka untuk Regantara tak lebih. Lihatlah di sana mereka bahkan tak menyelamatkan Via.

The Mission  [END]Where stories live. Discover now