Arabella 37

7.8K 853 129
                                    

Halo semua maaf banget telat update.

Jawab pertanyaan aku dulu bisa?

Dari mana kalian nemuin cerita ini?

Askot mana?

Yaudah itu aja, thanks udah mampir.

Happy Reading 🖤

"Akhirnya datang juga. Lama tidak bertemu, Ara. Lemah banget, gitu doang nangis! Kedepannya akan lebih menyedihkan atau bahkan mengerikan," ucap seseorang disertai kekehan kecil di akhir kalimatnya.

"Siapa lo?" sergah Ara menatap tajam seseorang itu.

Kepalanya yang menduduk perlahan-lahan terangkat, kemudian tangannya bergerak membuka kupluk hoodie yang sejak tadi menutupi sebagian wajahnya. Seringai tajam terbentuk jelas di bibirnya dan tak lupa tatapan yang seakan mengintimidasi. Wajah tampannya terlihat sangat tenang, bahkan orang tidak akan tau bagaimana raut wajah cowok itu ketika sedang takut.

"Gue? Ibarat lo gembok, dan gue kuncinya. Sama dengan ibarat lo pertanyaannya, dan gue adalah jawabannya. Saling terikat dan membutuhkan. Anggap saja seseorang yang datang dari masa lalu untuk membantu gadis bodoh seperti lo untuk menentukan masa depan."

Ara mengangkat sudut bibirnya. Menatap  dari atas hingga bawah orang yang berdiri di hadapannya saat ini. "Ck, gue nggak butuh bantuan siapa pun."

Bisa di lihat dari penampilannya, mungkin saja cowok itu memiliki usia yang sama dengan dirinya. Tatapannya sangat tajam, sikapnya pun dingin tidak jauh berbeda dengannya. Sosoknya terkesan sangat misterius dan juga ... menyeramkan bagi orang-orang yang melihatnya.

"Jangan terlalu sombong, gadis bodoh! Hampir sepuluh tahun nggak ketemu dan ternyata lo nggak berubah," ucapnya penuh penekanan di setiap katanya. Bukannya marah mendengar ucapan Ara, pria itu malah menampilkan sebuah senyuman penuh arti.

"Sok kenal!" Ara berusaha untuk tidak peduli dengan ucapan cowok itu, meskipun ia sedikit bingung dengan maksud dari ucapannya. Cowok itu mengatakan jika ia datang dari masa lalu, sungguh Ara tidak mengenalnya.

"Terserah! orang bodoh memang selalu bersikap bodoh amat." Cowok itu beralih mengambil sebuah tas berukuran cukup besar yang ia letakkan tidak jauh dari dirinya. Sesekali matanya menatap seragam Ara yang penuh dengan darah, tanpa diberitahu pun ia sudah tahu bahwa gadis psikopat itu baru saja melancarkan aksinya, memberikan sedikit penyiksaan pada para mangsanya. "Hari ini melelahkan, nungguin lo kayak nungguin siput jalan!"

Ara menautkan alisnya, setiap kata yang keluar dari mulut cowok di hadapannya ini terkesan sangat misterius dan tidak mudah dipahami. "Nungguin? Apa kita pernah ketemu? Kata-kata lo seperti nunjukin bahwa lo udah kenal gue dari lama dan pertemuan ini sudah direncanakan. Sebenarnya siapa lo?"

"Cih, lebih tepatnya lo yang nunggu dan gara-gara itu gue yang harus turun tangan bantuin cewek bodoh kayak lo!"

"Stop bilang kalau gue itu bodoh atau ...." Ara menggantungkan ucapannya, menatap tajam cowok di hadapannya itu.

"Atau apa? Lo bakal bunuh gue? Dengar baik-baik ini Nona Arabella Stefani Alexander ... baik gue maupun lo sama-sama berada di situasi yang sama hanya saja persoalannya berbeda. Gue paham masalah lo itu bahkan tanpa lo bicara satu kata pun. Lebih dari diri lo sendiri, gue lebih mengenal lo. Tentang sesuatu di masa lalu, gue lebih mikul beban berat, bagaimana pihak pelaku yang membantu korban? Kita sama-sama kehilangan tawa di masa lalu. Kita sama-sama mengaku bahwa kita orang yang tidak memiliki hati," ucap cowok itu mengambil langkah menjauh dari Ara.

Ara semakin dibuat bingung dengan kata-kata cowok dihadapannya itu, tak ada satu pun yang dapat ia mengerti. "Dari mana lo tau sem—"

"Jangan tanya darimana gue tau semuanya! Bagaimana mungkin duri tidak mengenal mawarnya?" Cowok itu memotong ucapan Ara.

The Mission  [END]Where stories live. Discover now