Arabella 48

6K 741 367
                                    

Happy reading 🖤

“Ikat anak gadis dan cowok itu di dekat Indra. Dua orang berjaga di depan pintu dan sisanya mari kita bersenang-senang dengan Keponakanku ini,” ujar Regantara berdiri dengan gagahnya di depan Reno.

Para orang suruhannya mengerti dan langsung melakukan sesuai perintah Regantara. Rey, cowok itu seperti biasa tentu saja memberontak hingga salah satu dari orang suruhan Regantara memukulnya sampai darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Ada amarah yang tertahan, sebenarnya bukan tertahan hanya saja sedang tunduk akan keadaan. Gejolak dihatinya mengatakan bahwa apa yang dilakukan Reno salah.

“Bang! Jangan gila! Kalau Papa tau lo begini dia pasti bakal marah. Nggak ada pengorbanan kayak gitu, kita hanya butuh kebersamaan. Jangan lakuin itu, semuanya bakal sia-sia dihadapan bajingan itu. Nggak ada janji, nggak ada pengorbanan,” teriak Rey sembari memberontak walau dalam keadaan lemah.

Mendengar ucapan Rey. Salah satu dari mereka dengan brutal menendang Rey tepat di perut cowok itu. Tubuh itu terbaring tanpa ada keseimbangan. Semuanya diam menyaksikan Rey dalam posisi tengkurap itu bahkan kepalanya pun tidak ada gerakan. Semuanya panik termasuk Alexa.

Lama dalam situasi hening, tiba-tiba terdengar isak tangis dari mulut Rey. Reno terkejut, bibir cowok pemilik mata jernih itu bergetar menyaksikannya. Sebenarnya dia tahu, dia takut, hanya saja tidak ada pilihan lain. Dihadapkan dengan pilihan, yang mana kedua pilihan sama-sama memberatkan. Tapi lagi-lagi semesta menunjukkan bahwa setiap langkah itu selalu diiringi dengan pilihan. Bagaimana nanti dan apa hasilnya, hanya waktu jawabannya.

“Lo pengecut, Bang! Bagaimana bisa lo berpikir untuk mati dengan cara konyol di depan bajingan ini. Sangat tidak pantas untuk orang yang memegang kebenaran seperti kita. Setidaknya kita mati tidak dalam keadaan tunduk sama mereka semua. G—gue juga bingung tapi bukan itu satu-satunya cara. Apa tidak akan ada napas kebebasan setelah ini? Apa kebenaran harus dikubur dan kejahatan hidup dalam kedamain,” teriaknya di sela-sela isakkan.

Setelah mengatakan itu, suara ringisan dari Rey terdengar. Rupanya, posisi tengkurap tadi telah berubah menjadi posisi telentang dengan kaki salah satu dari orang suruhan Regantara berada di dadanya sambil menekan lebih kuat. Sungguh, rasanya sesak.

“Tuan Regantara Anda sudah berjanji untuk tidak menyentuh mereka, 'kan? Tepati janji itu.” Reno menatap Regantara.

Regantara tertawa kecil, lalu melihat ke arah orang suruhannya itu. “Cepat ikat mereka dengan rantai! Saya harus menepati janji kepada ponakanku ini.”

Rasanya, malam ini terasa begitu panjang. Di luar sana hujan turun dengan derasnya, padahal sebelumnya hanya rintik kecil dengan angin sebagai temannya. Dalam gedung tua yang penuh dengan kebimbangan itu, Reno menunduk dalam keadaan yang membuat cowok itu tidak berdaya. Satu-satunya pilihan  tepat untuk situasi yang bahkan dirinya sendiri bertanya bagaimana cara mengatasinya. Tidak ada waktu untuk berpikir lebih jauh karena setiap detik ada tindakan yang sudah dimulai sejak langkah pertama saat mereka memasuki gedung itu.

'Maaf Rey. Mungkin kita gagal tapi kebenaran tidak akan pernah kalah,' batin Reno.

Reno dipaksa berdiri lalu tubuhnya dibanting ke tembok. Sesuai perkataannya tadi, Cowok itu tidak melawan. Ia hanya pasrah jika tubuh itu terus dipukuli dan tercipta luka-luka di tubuhnya. Satu per satu anak buah Regantara memukulnya tanpa ampun. Kulit putih pucat itu  melepuh akibat pukulan yang diterimanya. Tentu saja rasanya perih, sangat sakit. Reno menerima semuanya dengan harapan bahwa semua itu dapat membalas budi kepada Indra.

Sebisa mungkin cowok itu mencoba untuk tidak meringis. Namun, rupanya rasa sakit berhasil mengalahkan ego itu. Ringisan demi ringisan keluar dari bibirnya. Sebisa mungkin Reno mempertahankan kesadaran dan keseimbangan tubuhnya agar tetap terlihat stabil. Hingga satu pukulan tepat di mata kanannya lalu disusul tendangan yang amat kuat di perutnya berhasil meruntuhkan seluruh pertahanan cowok dengan mata jernih itu.

The Mission  [END]Where stories live. Discover now