Arabella 16

8.9K 921 31
                                    

Pokoknya buat kalian makasih banget, udah selalu ikuti perjalan Ara.

So, Happy reading 🖤
.
.
.
.
.

"Kau?!"

Orang yang sejak tadi duduk santai sambil memainkan handphonenya itu kini berbalik. Ara perlahan-lahan mulai melangkah mendekati pria itu. Yah ... Dia seorang pria dengan tampilan yang sangat rapi dan formal.

"Anda, siapa?" tanya Ara datar.

Tanpa memperdulikan lagi ucapan Ara, pria itu langsung mengembangkan senyumannya dan beralih memeluk Ara dengan sangat erat. Seakan-akan ia sedang melempiskan sebuah kerinduan yang amat besar. "Akhirnya saya bisa menemukanmu, Nak. Saya sudah mencari-cari kamu selama bertahun-tahun, saya sangat merindukanmu!" ucapnya lirih.

Ara terdiam sejenak, rasanya hangat. Sangat hangat, seperti sebuah pelukan dari seorang Ayah. Tapi siapa pria itu? Wajahnya yang menampilkan sebuah kerutan, menandakan pria itu sudah tidak muda lagi. Menurut perkiraan Ara, usianya mungkin hampir sama dengan usia ayahnya jika masih hidup. Ara melepaskan pelukan itu dan kembali menampilkan wajahnya yang datar. "Cukup lancang!" ujar Ara.

Pria itu tersenyum kikuk, mencoba menghilangkan jejak air mata yang sempat menmbasahi pipinya tadi. "Maafkan atas tindakan saya yang menurutmu lancang. Pasti kamu tidak mengenali saya, 'kan?" Ara hanya menjawab dengan deheman saja.

"Nama saya Indra. Kamu bisa memanggil saya Paman Indra! Saya sahabat Ayah dan Ibumu. Dulu waktu kamu kecil, saya sering berkunjung ke rumah ini. Saya sangat terpukul saat mendengar keluargamu terbunuh dengan sangat tragis, hingga akhirnya takdir kembali mempertemukan saya sama kamu. Wajahmu mengingatkan saya dengan Adrian!"

Ara hanya mengangguk saja, ia tidak tau harus menanggapinya seperti apa.

"Kamu terlihat sangat lugu seperti Ibumu. Di rumah ini kamu tinggal sendiri?" tanya Indra.

"Nggak, di sini ada beberapa bodyguard, maid dan ada juga Pak Arga, orang kepercayaan keluarga saya. Emangnya ada apa, ya?" tanya Ara.

Indra kembali duduk di tempatnya semula, dan disusul oleh Ara. "Oh, nggak papa. Rencananya saya mau ngajak kamu tinggal di rumah saya. Kasian juga, kamu pasti selalu kesepian. Gimana, kamu mau?"

"Nggak! Saya lebih merasa nyaman di rumah saya sendiri." Tanpa berpikir panjang, Ara langsung menolak tawaran itu.

Meskipun sedikit kecewa dengan keputusan Ara, Indra berusaha untuk tersenyum dan mengerti pasti ada alasan dibalik jawaban Ara. "Yaudah, nggak papa kalau kamu nggak mau. Tapi kalau kamu butuh sesuatu, silahkan langsung hubungin saya, ya! Saya sudah anggap kamu seperti anak saya sendiri!"

"Apa bapak ingin bertemu pak Arga?" tanya Ara kembali.

Pak Indra seketika gelagapan mendengar pertanyaan Ara. Ia mengatur napasnya dan berkata, "nggak usah, Nak! Bapak hanya ingin bertemu dengan kamu saja! Lagipula Arga pasti sedang sibuk di kantor," tolak Indra.

Ara menganguk. "Apa masih ada yang lain?" tanya Ara. Mungkin pertanyaan yang dilontarkan oleh Ara itu sedikit kurang sopan, akan tetapi ia tidak tahu harus mengatakan apa lagi.

"Sebenarnya masih banyak yang ingin saya bicarakan sama kamu, tetapi kelihatannya kamu masih letih dari sekolah. Kalau begitu saya pulang, dan ingat kalau kamu butuh sesuatu nggak perlu sungkan untuk hubungi saya!"

"Iya, terima kasih." Setelah mendapatkan jawaban yang tepat, Indra segera bangkit dari duduknya dan mulai melangkahkan kakinya pergi meninggalkan Ara.

Setelah memastikan kepergian pria itu, Ara segera bergegas menuju kamarnya. Rasanya hari ini ia ingin istirahat sebentar, terlalu banyak masalah yang ia hadapi akhir-akhir ini.

The Mission  [END]Where stories live. Discover now