Arabella 51

4.3K 509 115
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
.

Ara pikir setelah ini selesai, setelah misinya berakhir hari ini, ia akan langsung mencari keberadaan Justin dan mengucapkan terimakasih. Setidaknya, kedatangannya yang tiba-tiba mampu mengubah ketidaktahuannya tentang sesuatu yang terjadi di masa lalu menjadi lebih jelas dengan informasi dan teka-tekinya.

Ara pikir, Justin akan menjadi rumah tempatnya pulang setelah selama beberapa tahun ini ia merasa tersesat di tengah keramaian, dan ia tidak mengenal siapapun. Namun kepercayaannya kembali dihancurkan hari ini, luka itu kembali terasa begitu menyakitkan. Bahkan luka pertamanya saja belum juga sembuh, namu saat ini luka baru kembali hadir dengan rasa yang sama.

Bagaimana ia bisa melampiaskannya? Merasa sakit namun air mata bukanlah jawabannya. Ingin berteriak? Namun seluruh dunia terasa telah menutup telinga hanya untuk mendengar satu kata pilu yang selama ini dirasakannya. Tentang bagaimana mengekspresikan diri, Ara tidak tau itu. Layaknya orang tidak bisa melihat, Ara merasa tidak mengetahui apapun mengenai makna dari arti ekspresi.

Sudah sejak awal ia telah mendaftar hitamkan siapa saja yang ingin masuk ke dalam dunia gelapnya. Namun, kehadiran Justin yang bertindak sebagai pengarah dan jawaban dari segala pertanyaan yang tercipta selama ini, membuat gadis itu sedikit memberikan celah kecil untuk mempersilahkan cowok itu masuk ke dalam ruangan gelap nan hampa yang yang telah ia kunci tersebut.

Hari ini cowok misterius itu datang kembali. Membantunya dan mengorbankan nyawanya. Suatu pengorbanan yang Ara benci, pengorbanan yang membuatnya merasa tidak layak untuk ada, ia benci dirinya yang berada pada posisi menjadi alasan seseorang mengorbankan nyawanya.

Jika mereka pergi, Aralah yang akan menanggung rasa sakitnya, rasa sakit yang tercipta karena sebuah penyesalan bahkan siapapun tak akan tahan jika menjadi dirinya.

Apakah setelah kematian mereka, Ara akan baik-baik saja? Hidup dari pengorbanan seseorang bahkan lebih menyakitkan dibandingkan harus mati.

Dari kejadian beberapa tahun yang lalu, ia belum juga mendapatkan obat yang dapat menyembuhkan rasa penyesalan yang ia rasakan. Namun hari ini hal itu kembali terulang. Jika diberikan kesempatan untuk memilih ia lebih baik mati saja, setidaknya tidak akan ada rasa sakit yang membutuhkan waktu untuk disembuhkan itu. Terdengar egois, akan tetapi Ara banci ditinggalkan.

"Justin! Bangun Nak. Papa bilang bangun, 'kan? Cepat bangun, Nak! Dengerin Papa kali ini, kamu tujuan Papa, kamu harta Papa. Papa udah bilang, kan Ibumu salah mendidikmu, wanita itu pasti mengajarkanmu untuk tidak mendengarkan Papa."

Mendengar tangis pilu Regantara yang entah sejak kapan berada di dekat Justin, kesadaran Ara kembali. Cepat-cepat ia bangkit dengan mawar hitam yang berada di genggamannya, tidak perduli dengan beberapa duri yang berhasil melukainya.

Kemarahannya memuncak kala mengetahui cowok yang mendapat tempat tersendiri di kisahnya itu telah tiada, pikirannya tidak lagi dapat berpikir jernih.

Netra itu menatap punggung Regantara yang bergetar karena menangis, lagi-lagi pria itu yang kembali menjadi alasan dirinya merasa kehilangan.

Napasnya memburu, dadanya terlihat naik turun dengan tangannya mengepal kuat menampilkan urat-urat tersembunyi di balik kulit putihnya.

"Anjing! Kali ini enggak akan gue lepasin!" Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, gadis itu dengan penuh amarah mencederakan kaki Regantara, dengan cara menendang kedua penopang tubuh besarnya. Dampak yang terjadi adalah tubuh pria itu terhempas tak jauh dari tubuh kaku Justin.

Regantara yang mendapat serangan tiba-tiba itu, tidak dapat melakukan perlawanan. Tubuhnya terlihat tidak bergerak, darah segar mengalir keluar dari dalam mulutnya yang menjadi objek pertama yang terbentur di lantai. Darah itu berasal dari gigi depan yang ikut copot karena kuatnya tendangan gadis itu. Inilah kemarahan yang sudah sejak lama terkurung di dalam diri gadis itu, biarkan ia melampiaskan segalanya dengan cara yang ia anggap itu benar.

The Mission  [END]Where stories live. Discover now