Arabella 33

7.1K 728 22
                                    

Happy Reading
.
.
.
.

Sudah tiga hari lamanya Ara tidak masuk sekolah, selama itu juga tidak ada kabar apa pun dari gadis itu. Bahkan absensi-nya selalu tanpa keterangan. Tak ada yang tau pasti tentang hal itu, begitu pun dengan Via. Pernah sekali Via berusaha untuk mengunjungi rumah Ara namun, penjagaan di rumah gadis itu sangat ketat, lebih ketat dari biasanya. Selangkah saja ia tidak dibiarkan untuk menginjak rumah Ara, menghubungi gadis itu juga sia-sia.

Hari ini seperti biasa, Via berangkat sekolah diantar oleh supir pribadinya tapi wajah gadis tampak lesu, tak ada sedikit pun ekspresi yang menggambarkan bahwa ia sangat bersemangat seperti biasanya. Ketidakhadiran Ara seakan menghilangkan semangatnya.

Gadis itu memilih untuk segera melangkah masuk ke dalam gerbang sekolah. Namun, tatapannya jatuh kepada Rey, Naya, Nathan, Rafael, serta Alexa yang sedang duduk di depan gerbang sekolah sambil menyapa satu persatu murid yang masuk ke gerbang. Bukan hanya mereka, ada juga siswa lainnya ikut andil dalam kegiatan itu dan Via yakin itu adalah anggota OSIS yang bertugas untuk memeriksa kelengkapan seragam para siswa. Via benar-benar sangat muak melihat mereka semua.

Via berlalu begitu saja tanpa niat menyapa apalagi menatap mereka terlebih Nathan. Ia tidak lagi ingin mengejar-ngejar pria itu, kini hanya ada rasa benci yang tersemat di hati Via. Mereka semua lah yang menjadi penyebab Ara menghilang tanpa ada sedikit pun kabar. Naya, satu nama itu yang menjadi dalang dari penculikan Ara, Via telah berjanji memberikan gadis itu rasa sakit yang sebenarnya, lebih dari apa yang Ara rasakan.

Rey tak sengaja menjatuhkan pandangannya pada Via, lagi-lagi gadis itu hanya sendiri. Sudah beberapa hari ia tidak pernah melihat keberadaan Ara, timbul banyak pernyataan di dalam benak pria itu mengenai kondisi Ara saat ini. Setelah satu hari dirawat di rumah sakit, dokter menyatakan jika Naya baik-baik saja dan ia sudah diperbolehkan untuk pulang. Hal itu berhasil membuat Rey bisa bernapas lega, pria itu tidak pernah mencari tau lagi kejadian sebenarnya yang terjadi di gudang tua itu. Ia sangat percaya dengan semua apa yang dikatakan Naya, gadisnya itu tidak pernah berbohong padanya.

"Hai, Via. Gabung sama kita aja, yuk! Lagian udah beberapa hari ini aku liat kamu sendirian mulu, kalau boleh tau, Ara kemana, ya?" Itu pertanyaan yang dilontarkan Naya, meskipun di dalam hatinya merasa bahagia karena Ara tidak pernah lagi bersekolah, namun ia harus tetap terlihat baik di depan Rey.

Melihat Via yang acuh atas ucapan Naya, Nathan merasakan ada perubahan dalam sikap Via. Biasanya gadis itu akan mengeluarkan sumpah serapah jika Naya berlaku baik padanya, tapi berbeda dengan apa yang dilakukan Via kali ini. Tiga hari terakhir ini sejak kejadian itu Via tidak pernah menyapanya, tidak pernah menganggunya bahkan gadis itu tidak se-cerewet biasanya, saat ini ia lebih banyak diam dan menyendiri. Senyuman serta tingkah absurt-nya yang membuat Nathan biasa pusing kini berubah menjadi wajah datar dan dingin.

Naya menghembuskan napasnya gusar, kesal sekali melihat tingkah Via yang sok jual mahal padanya. Namun Naya adalah malaikat dengan berbagai kelembutannya, ia harus bersabar jika ingin mendapat simpati dari semua orang. Gadis itu mencoba untuk mendekatkan dirinya dengan Via. "Via, dari tadi aku ngajak kamu bicara. Kok kamu malah diam aja, sih?! Emang salah, ya, kalau aku mau berteman sama kamu? Beruntung banget, ya, jadi Ara. Dia punya sahabat sebaik kamu. Kamu selalu dampingin dia, kamu selalu berusaha buat Ara nyaman di dekat kamu. Emang apa, sih, yang buat kamu benci sama aku, dan lebih milih Ara?! Apa nganggep aku sebagai teman aja itu sulit banget bagi kamu!?"

"Heh, Via nggak usah belagu deh lo. Udah syukur Naya mau ngajakin lo gabung sama kita di sini, tanpa mau mempermasalahkan lo yang udah bantu Ara buat culik dia." Itu suara Alexa, sejak tadi ia sudah muak melihat tingkah Via yang menurutnya sangat tidak sopan.

The Mission  [END]Where stories live. Discover now