Arabella 44

6.7K 828 173
                                    

Sebaiknya bacanya jangan di skip-skip, biar kalian bisa mengerti bacanya dan nggak ada lagi yang bingung dengan alur nya. Membaca narasi itu penting, soal penjelasan alur ada di sana. Part selanjutnya akan aku update sebentar sore.

Happy Reading 🖤
.
.
.
.

Malam ini, Ara benar-benar sedikit gelisah. Rasanya ada sesuatu yang terus mengangu pikirannya. Dilihatnya cowok yang tengah duduk di tepi ranjangnya. Sejak pulang sekolah tadi, Ara disambut dengan kehadiran sosok Justin yang secara tiba-tiba muncul lagi di kamarnya. Yang membuatnya heran, meskipun dirinya sudah bertanya kenapa cowok itu hilang beberapa hari terakhir, cowok itu selalu saja menolak untuk menjawabnya. Justin lebih banyak diam kali ini, cowok itu hanya berucap akan hal-hal yang sama sekali Ara tidak pahami.

"Ara ...."

Ara menoleh sekilas sembari mengangkat sebelah alisnya seakan tengah bertanya ada apa. "Gue nggak liat Pak Arga. Dia di mana?" tanya Justin penasaran.

Dia tahu Pak Arga? Bahkan Ara saja belum pernah menceritakan dengan siapa saja ia tinggal di rumah mewah itu. Namun, mengapa Justin seperti sudah mengenal pria yang sudah merawatnya itu.

"Lo kenal dia? Dari mana?" tanya Ara balik.

"Itu nggak penting! Gue cuma mau lo turutin kemauan gue untuk nggak ngasih tau kehadiran gue sama Pak Arga. Dan gue harap lo nggak bertanya soal alasan permintaan gue," ucap Justin serius.

'Karena pastinya itu akan membahayakan posisi gue!' sambungnya membatin.

Ara mengangguk. Meskipun memang hatinya tengah bertanya-tanya perkara alasan Justin, tapi itu bukanlah hal yang sangat penting.

"Setelah seminggu ini gue nggak pernah datang, apa lo ada sesuatu yang buat lo bingung. Nggak, gini maksud gue, apa ada sesuatu yang mengganjal pikiran lo? Atau pertanyaan yang belum terjawab, lo bisa tanyakan ke gue. Apapun itu, pasti bakal gue jawab!" Netra keduanya saling bertemu. Hanya dengan melihat itu, Justin dapat mengerti masih banyak pertanyaan yang mungkin dirinya sudah tau jawabannya akan tetapi gadis di depannya itu tidak mengetahuinya.

Ara terlihat berpikir. Apakah ia harus mengatakannya pada orang yang bahkan baru beberapa minggu ia kenal? Apakah itu pantas? Tapi, jika tidak mengutarakannya pun pasti ia akan dirugikan. "Iya. Tujuh tahun lamanya, ada satu hal yang selalu mengganjal pikiran gue, dan gue harap lo memang betul bisa bantu gue!"

"Pasti, apapun itu!" Senyuman itu terbit di bibir Justin. Semoga saja dengan membantu Ara, beban yang selama ini ia rasakan perlahan akan berkurang.

"Isi kamar nyokap gue. Gue pernah di kasih kunci. Gue pikir itu kunci kamar nyokap gue, tapi ternyata salah. Gue udah coba beberapa kali untuk buka itu, tapi rasanya itu percuma. Pintunya masih nggak bisa kebuka." Ara melepaskan kalung yang berbandul kunci yang pernah diberikan oleh ibunya, gadis itu memperlihatkannya pada Justin.

Justin terlihat santai menatap kalung tersebut, itu bukan lagi hal yang mengejutkan baginya. "Gue bisa bantu!"

Perlahan cowok itu mulai berdiri dan sontak Ara juga mengikutinya. "Mau kemana?" tanya Ara bingung.

"Ke kemar nyokap lo. Cepat bergerak, dan jangan terlalu banyak bertanya karena itu hanya akan buang-buang waktu!" Justin berjalan lebih dulu, dan Ara mengekor di belakangnya.

Tidak membutuhkan waktu yang cukup lama, kini keduanya tengah berdiri menatap pintu kamar yang hampir tujuh tahun ini tak pernah lagi terbuka. Ara sengaja memerintahkan beberapa bodyguard yang setia menjaga di depan pintu kamar kedua orang tuanya untuk pergi agar tidak menganggunya dan Justin.

The Mission  [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang